Dunia
tempat kita hidup ini penuh dengan misteri. Misalnya saja mengapa manusia
lambat laun akan menua (menjadi tua). Dapatkan ia diibaratkan mesin yang jika
dipakai terus ia semakin lama semakin lemah kemampuan dan akhirnya rusak?
Mungkin ada benarnya tapi kurang ilmiah. Berbagai pendekatan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan di atas. Dari berbagai jawaban yang dikemukakan
sesungguhnya hanya akan menunjukkan kemahabesaran Tuhan yang Maha Kuasa, Allah
SWT. Dia yang kuasa menciptakan manusia dari permulaan tentu kuasa pula
menciptakan untuk kedua kalinya. Manusia diutus Tuhan ke dunia ini, pertama
sebagai hamba yang harus senantiasa mengabdi. Yang ke-2, ia bertugas untuk
memakmurkan dan menciptakan kedamaian serta ketenteraman bagi masyarakat
sekitarnya. Dalam kurun waktu nornal manusia hidup yakni kurang lebih 60 tahun,
ada masanya manusia itu kuat, dan ada masanya ia lemah. Jika dibuat grafik, ia
seperti huruf “v” terbalik. Dan puncaknya ialah antara usia 30 – 40 tahun. Di
usia 40 tahun itu seseorang dapat dilihat ia seperti apa dia dan bagaimana pula
pandangannya terhadap permasalahan2 di sekitarnya dan bagaimana konsepnya
terhadap yang nyata dan yang ghaib. Yang nyata seperti yang biasa kita saksikan
sehari-hari, manusia, hewan mobil; sedang yang ghaib misalnya, jin, setan ,
Tuhan, alam kubur.
Agama
menawarkan suatu cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Ia ibarat kunci penolong dari
semua permasalahan yang menghimpit manusia. Ia tidak sebagaimana yang dikatakan
Karl Mark, bahwa agama adalah candu. Mark mengatakan demikian karena ia tidak
melihat islam yang rahmatan lil ‘alamin. Mark hidup di suatu wilayah yang sudah
jauh dari nilai2 agama. Bagaimana mungkin agama yang berasal dari Tuhan
membenarkan ketidakadilan, dibiarkan semakin melebarnya jarak antara yang kaya
dan yang miskin. Jika terjadi demikian yang salah bukan agamanya, tapi oknum
dari agama tersebut. Bahkan dalam Surah Al Ma’un telah jelas bahwa orang2 yang
demikian tadi telah mendustakan agama.
Namun
bukan menjadi garapan agama islam untuk menjawab pertanyaan yang
menyangkut sebab akibat yang membutuhkan penalaran yang rasional. Rasionalitas
diperlukan namun disisi lain tidak boleh kita menolak beragama karena menurut
kita agama tidak rasional. Agama islam, ia berasal bukan dari pemikiran Nabi
Muhammad SAW, tapi ia adalah wahyu dari Allah SWT. Banyak pernyataan dari para
ulama yang menyatakan demikian, lebih2 para teolog tradisional dari kalangan
asyariah. Bahkan Ali ra. pun berkata, “kalau agama itu akal maka membasuh
telapak kaki itu lebih mungkin daripada membasuh atas kaki (pada saat wudlu).” Walaupun
sesungguhnya kalau dikaji lebih dalam lagi tidak ada ajaran2 dalam agama islam
yang bertentangan dengan akal manusia.
Terlepas
dari itu semua, dari perjalanan sejarah Nabi SAW, beliau sangat tegas dalam
urusan aqidah. Beliau dengan terang dan jelas mengharamkan apa yang dinamakan
takhayul, bid’ah, khurafat, percaya pada ramalan, dan pergi ke dukun. Memang
membutuhkan waktu untuk mengerti dan memahami, akan tetapi agama itu hadir
untuk manusia bukan untuk diperdebatkan. Melainkan untuk diamalkan ajaran2nya.