Shalat sunnah rawatib berfungsi sebagai penyempurna jika terjadi kekurangan dalam shalat fardu seseorang, karena dalam shalat fardu kita seringkali melakukan banyak kesalahan, apalagi jika dikaitkan dengan kekhusyuan, maka sangat susah untuk mencapainya. Oleh karenanya jangan sepelekan shalat sunnah rawatib karena hal itu untuk menambal apa yang kurang dan sekaligus bernilai pahala yang tinggi,” demikian dikatakan KH Syaerozi HS dalam Pengajian Kitab Fathul Mu'in karya Syekh Zainudin al Malibary yang digelar rutin setiap hari Jum'at pukul 13.00-16.00 WIB di Kantor MWCNU Krangkeng, Indramayu.
Pada pengajian rutin, Jumat
(18/09), KH Syaerozi HS membahas Bab Shalat Sunnah. Menurutnya, secara
etimologis al naflu (sunnah) bermakna tambahan (al ziyadah). Sedangkan secara
terminologi syara’, al naflu (sunnah) berarti mendapat pahala jika dikerjakan, dan
tidak masalah (tidak mendapat ancaman sangsi hukuman) jika ditinggalkan. term
al naflu juga biasa disampaikan (ditulis) dengan term tathawu’, sunnah,
mustahab dan mandub.
“Adapun shalat rawatib dalam
sehari berjumlah 20 rakaat sebagaimana disebutkan oleh Syekh Zainuddin
Al-Malibary dalam kitab Fathul Muin ini:
يسن
للأخبار الصحيحة الثابتة في السنن أربع ركعات قبل عصر وأربع قبل ظهر وأربع بعده
وركعتان بعد مغرب وندب وصلهما بالفرض ولا يفوت فضيلة الوصل بإتيانه قبلهما الذكر
المأثور بعد المكتوبة وبعد عشاء ركعتان خفيفتان وقبلهما إن لم يشتغل بهما عن إجابة
المؤذن فإن كان بين الأذان والإقامة ما يسعهما فعلهما وإلا أخرهما وركعتان قبل صبح
Artinya,
Disunnahkan shalat sunah 4 rakaat
sebelum shalat ashar, 4 rakaat sebelum dzuhur dan setelahnya, 2 rakaat setelah
maghrib dan disunahkan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib dengan shalat
fardhu, dan tidak hilang keutamaan menyambung 2 rakaat ba’diyah maghrib sebab
melakukan zikir ma’tsur setelah shalat fardhu, kemudian setelah isya 2 rakaat
yang ringan, begitu juga 2 rakaat sebelum shalat isya jika tidak sibuk menjawab
azan. Apabila di antara azan dan iqamat ada waktu luang untuk mengerjakan 2
rakaat sebelum isya, maka dapat dikerjakan. Jika tidak, maka diakhirkan
(setelah shalat isya), dan dua rakaat setelah subuh,” ungkap KH Syaerozi HS
dalam pengajian yang dihadiri seluruh pengurus MWCNU Krangkeng, perwakilan
pengurus Ranting NU dari beberapa desa dan para jamaah.
KH Syaerozi HS menambahkan,
menurut Syekh Zainuddin Al-Malibary, diantara shalat itu ada yang disebut
dengan sunnah muakkad yaitu 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dzuhur, 2
rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat setelah isya.
Amalan sunah muakkad sangat penting sebagaimana dalam ilmu ushul fiqih :
وهو
الذي يكون فعله مكملا ومتمما للواجبات الدينية كالأذان والإقامة والصلاة المفروضة
في جماعة
Artinya, “Yaitu adalah Sunnah
yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan kewajiban agama seperti
azan, iqamat, dan shalat fardhu berjamaah.”
“Mengingat sedemikian pentingnya
shalat sunnah rawatib terutama yang muakkad, maka sekali lagi saya berharap agar
kita semua tidak menyepelekan shalat tersebut. mari kita istiqamahkan untuk
senantiasa melaksanakannya, karena faedahnya sangat besar, dan tentunya dengan
semakin memperbanyak amalan sunnah maka diharapkan kita akan semakin dekat
kepada Allah, kita juga harus terus meningkatkan nilai ibadah kita, bukan hanya
semata-mata mengejar pahala tetapi untuk mencapai ridho Allah dan kita
mengerjakan amalan sunnah tersebut semata-mata karena rasa rindu dan cinta kita
kepada Allah SWT,” beber KH Syaerozi HS.
Sementara Rais Syuriyah MWCNU
Krangkeng, KH Badruddin Yuha berharap agar kegiatan ngaji rutin setiap Jum’at
terus dijaga dan ditingkatkan, karena disamping memperdalam pemahaman keilmuan,
juga sebagai ajang silaturrahim sesama warga dan pengurus NU serta tabarrukan
dengan ulama salafusholihin.
“Jangan pernah puas dalam
menuntut ilmu meskipun usia kita tidak muda lagi, kita harus terus mengaji dan
mengaji, maka kegiatan ngaji rutin Kitab Fathul Mu’in ini sengaja kami gelar
untuk terus memberikan kesempatan kepada kita semua menyempatkan diri mengaji
di tengah kesibukan kita sehar-hari,” tutup KH Badrudin Yuha