Asal usul
Nama lengkapnya adalah Muhammad Mahfudz bin Al Allamah Haji Abdullah bin Haji Abdul Manan bin Abdullah bin Ahmad At Turmusi dan sapaan akrabnya adalah Syekh Mahfudz Termas. Lahir di desa Termas (ada yang menyebut Tremas), Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Jumadil Awal 1285 H atau 31 Agustus 1868 M. Ia adalah putra Kyai Abdullah, sebagai pemimpin pondok pesantren Termas yang sangat terkenal sejak pertengahan abad 19.
Syekh Mahfudz Termas adalah ulama nesar memiliki reputasi internasional di dunia Islam. Ia sangat dikenal sebagai muhadist (ahli Hadist), Musaid (mata rantai sanad hadist), Faqih (ahli Fiqih), ahli ushul Fiqih, mullaif (pengarang kitab) dan ahli qiro’ah serta mursyid tarekat Syadzliyah. Selain itu dikenal sebagai imam dan guru di Masjidil Haram Mekah hingga akhir hayatnya. Ia wafat di Mekah pada tanggal 1 rajab 1338 H atau 20 Mei 1920 M.
Menuntut Ilmu
Sejak kecil beliau sudah ditempa oleh ayahnya sendiri sampai khatam beberapa kitab seperti Fathul Muin, Fathul Wahab, Syarah Syarqawi, Minhajul Qawim dan tafsir Jalalain. Setelah itu ia berguru kepada beberapa ulama terkenal seperti Syekh Soleh As-Samarami (Kyai Sholeh darat Semarang). Bersama beliau, Syekh Mahfudz Termas belajar Tafsir Jalalain, Syarah Al Hikam, kitab kitab ilmu falak.
Dalam menuntut ilmu itu, Syekh Mahfudz Termas tergolong anak yang cerdas, sehingga mendorong ayahnya untuk mengirim dia ke Mekah untuk menuntut ilmu. Ia lalu dikirim ke Mekah bersama adiknya Dimyathi bi Abdullah.
Di Mekah keduanya belajar ilmu dengan ulama-ulama terkenal seperti Syekh Ahmad al-Munsyawi (ahli Qiro’ah), Syekh Amr bin Baslat Asy Syami (ahli Fiqih asal Syria), Syekh Mustafa bin Muhammad bin Sulaiman al Afifi (ahli ushul Fiqih), Imam al Hasab al wara al Nasib Sayid Husain Muhammad al Habsyi (ahli Hadist), Syekh As’ad bin Muhammad Babsil al-Hadrami (ahli Fiqih, mufti Mekah), Syekh Muhammad as Sarbini ad Dimyathi (ahli Fiqih asal Mesir), Syekh Abubakar bin Muhammad Syatho’ ad Dimyathi, Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Mekah)
Disamping ulama-ulama besar itu, beliau juga berkesempatan belajar dari ulama ulama nusantara seperti Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh wan Ahmad al Fathani.
Dengan kecerdasan dan ketekunannya itu, Syakh Mahfudz Termas berhasil menjadi pengajar di Masjidil Haram. Ayahnya menginginkan dia menjadi penggantinya memimpin pondok pesantren Termas, namun ia mempersilahkan adiknya untuk memenuhi panggilan ayahnya yaitu Dimyathi dan ia sendiri lebih memilih mnetap di Mekah.
Karya karyanya
Beberapa kitab karangan beliau :
- As Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah li Ashabinas Syafi’yah
- Muhibah Zil Fadhli ala Syarh al Allamah Ibnu Hajar Muqadimah ba Fadhal
- Kifayatul Mustafid lima ala minal Asanid
- Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati Ilmil Atsar
- Al Khil’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil Khairiyah
- Al badrul Munir fi Qiroatil ibni Katsir
- TanwirusnShadr fi Qiroati Ibni Amir
- Insyiratul Fawaid fi Qiraati Hamzah
- As Saqayah Al Mardhiyah fi Asma’i Kutub Ashabina as Syafiiyah
- Al Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qiroati Asyariyah
Sumbangan bagi Islam di tanah air dan dunia Islam
Meskipun sebagian besar hidupnya dihabiskan di Mekah, namun ajaran beliau banyak diserap berkat ilmu yang ditularkan kepada ulama ulama tanah air yang belajar kepadanya. beberapa muridnya yang tercatat adalah KH Hasyim Asy’ari, KH Dalhar Watu Congol, KH R Mas Kumambang, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, KH Mas mansyur, KH Ahmad Dahlan, KH R Asnawi .
Beliau adalah ulama yang produktif tidak kurang karya karyanya secara keseluruhan berjumlah 20 karya dan sudah menjadi referensi utama di hampir semua pondok pesantren di Indonesia. beberapa juga menjadi literatur wajib di beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah dan masih dipakai dalam pengajian di Masjidil Haram.
Syekh Mahfudz Termas wafat pada sabtu 1 rajab 1338 H/20 maret 1920 M. Jenazahnya di makamkan di pemakaman Ma’la berdekatan dengan makam Khadijah Ra. Sepeninggalnya, putranya yang belum dewasa, Muhammad, pulang kembali ke Demak dan mendirikan pesantren Tahfidz Quran di desa asli ibunya tersebut.
(dari buku Biografi Ulama Nusantara Ustadz Rizem Aizid)
Wallahu a’lam