Dunia
mimpi, adakah itu? Perlu jawaban yang memuaskan, meskipun belum tentu
kebenarannya. Tiap manusia pasti pernah mengalami dengan apa yang namanya
“mimpi”. Tapi hanya sedikit saja yang tahu makna atau takwil dari mimpinya itu.
Hal ini tidak lah mengherankan karena memang sangat sedikit kajian tentang
mimpi bila dibandingkan dengan diskursus ilmu2 yang lain. Dari cendekiawan Islam yang
saya tahu, di antara yang membahas masalah mimpi adalah Muhamad ibn Sirin. Tapi
saya lupa isi bukunya. Akhir2 ini, di kala zaman telah sangat canggihnya,
orang2 berlomba2 untuk dapat menciptakan penemuan baru. Dan yang coba
dipecahkan adalah perihal mimpi. Para ilmuwan berkeyakinan bahwa alam mimpi itu
ada, tentunya dengan sejumlah bukti. Dan ini masih terus diusahakan untuk dapat
menyelam ke alam mimpi itu. Terlepas dari itu semua, kita sebagai umat Islam
telah diberikan bimbingan yang jelas dan terang berupa wahyu dari Allah Yang
Maha Esa berupa Al Qur’an sebagai pedoman hidup, dan As Sunnah. Dan terkait
dengan mimpi, memang ini permasalahan pelik. Tidak mudah untuk dapat dipahami
oleh setiap orang. Jika kita bermimpi kemudian kita menafsirkan mimpi tersebut,
boleh. Asal jangan merasa itu sebagai satu2nya kebenaran. Ingat, kebenaran
hanya apa yang datang dari Allah. Selain itu, bisa saja salah. Dan mimpi, ada
yang dari Allah. Tapi ada juga yang dari jin atau setan. Untuk yang terakhir
ini, kita berlindung kepada Allah SWT dari gangguannya.
Berbicara tentang mimpi, saya jadi teringat dengan
kisah Al Makmun. Dia
adalah salah satu khalifah dari Dinasti Bani Abbasiyah. Kebijakannya dalam
pemerintahan yang berkaitan dengan ideologi Negara dan ia menetapkan Mu’tazilah
sebagai mazhab resmi negara. Entah apa pertimbangannya, buku2 sejarah mencatat
banyaknya ulama yang menjadi “korban” karena menolak paham ini. Yang salah satu
konsekuensi dari diterapkannya ideologi ini
adalah pengakuan bahwa Al Qur’an adalah makhluk.
Meskipun alasannya cukup logis. Karena selain Allah adalah makhluk. Dan
Mu’tazilah beranggapan bahwa ideologinya adalah yang serius mensucikan Allah
SWT. Dalam Ushul al Khomsah (mu’tazilah) menyebutkan dirinya sebagai Ahli Tauhid.
Kembali
ke kasus Al Makmun. Dalam keadaan negara yang tegang karena sebagian besar
ulama tidak menerima. Saat itu dalam tidurnya Al Makmun mimpi bertemu dengan
Aristoteles. Dan setelah bangun, pikirannya menjadi lebih tenang.
Nah, yang kedua, ingat Mazhab yang kita akui sebagai
mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah ini? Setidaknya ada 3 atau 4 golongan yang
menisbatkan diri sebagai pewaris yang sah dari mazhab sunni (ahli sunah wal
jamaah) ini.
Pertama adalah yang oleh para penerusnya,
Imam Ahmad bin Hanbal diakui sebagai Imamnya. Mengapa tidak yang lain, mungkin
kasusnya hampir sama dengan mengapa yang disebut Imam (yang populer) di antara
Khulafaurrasidin adalah Ali bin Abi Thalib, dan bukan yang lain. Kaum sunni pun tidak
keberatan dengan sebutan Imam pada Ali r.a. Jawabannya adalah karena Ali hidup
disaat badai fitnah muncul dengan derasnya, banyak bermunculan golongan2 yang
masing2 merasa benar.
Dalam memegang tampuk khalifah, beliau juga ibarat menembel
baju yang sudah usang.
Alih2 jadi baik, malah tambah sobek. Inilah sosok Imam Ali karomallohu wajhah.
Kebijakan dan keputusannya dalam bertindak, baik pribadi maupun dalam
kapasitasnya sebagai kahlifah dalam masa2 sulit itu telah menjadi acuan hukum
bagi generasi2 setelahnya.
Yang
kedua, adalah Imam Abu al Hasan al Asy’ari; Yang ketiga, adalah Imam Abu Mansur al
Maturidi; Yang keempat, adalah Abu Ja’far at Tohawi
Saya
tadi ingin bercerita tentang mimpi, kok malah dongeng. Tapi sebenarnya tetap
ada kaitannya. Abu Hasan al Asy’ari, sebelum mendirikan Mazhab Asyariah beliau
telah 40 tahun (kalau tidak salah) berpaham Mu’tazilah. Singkat cerita, dalam
kegundahannya, beliau bermimpi ketemu Nabi Muhamad SAW. Diberitakan bahwa yang
benar adalah Mazhab Ahlu Sunah wal Jamaah. Kemudian setelah bangun ia dengan
gigih memperjuangkan Ahlu Sunah wal Jamaah dan berbalik menentang Mu’tazilah.
Intinya,
mimpi itu ada. Apakah itu di alam lain? Terus kita bisa bertemu dengan ruh2
orang, bahkan yang sudah meninggal dunia? Setidaknya mimpi itu dapat menguatkan
keyakinan kita terhadap sesuatu. Selain cerita di atas, masih banyak kisah
serupa. Wallahu a’lam…