"NGOPI" SEBUAH PEREMAJAAN WARISAN LELUHUR

oleh : Andika Wayan

Tradisi ngopi merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang-orang Tulungagung pada umumnya. Seakan tradisi ini sudah melekat sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh para pecinta kopi. Tak heran jika Tulungagung merupakan kota yang identik dengan warung cete--nya. Hal ini terbukti dengan maraknya warung kopi yang ada di Kota cete ini, serta banyaknya pecinta kopi mulai dari kalangan tua, muda, remaja bahkan sampai pada anak-anak.

Mereka dengan asyiknya menikmati secangkir kopisambil nongkrong di pinggiran kali. Sebuah tradisi yang membentuk cara hidup bersama-sama secara turun-temurun ini, sudah menjadi sebuah kebudayaan masyarakat Tulungagung pada umumnya. Sehingga dalam pengertiannya, tradisi ini mempunyai cakupan yang masih sempit, dan budaya mempunyai cakupan yang lebih luas. Artinya, tradisi ini sudah menjadi sebuah kebudayaan yang sering dilakukan oleh masyarakat secara mayoritas.
Menyoal permasalahan pandangan yang berkembang di masyarakat terhadap kebudayaan ini, maka dianggap urgen apabila masyarakat secara keseluruhan ikut menilainya, agar tidak terjadi diskontinuitas antara kelompok masyararakat tertentu.Terlepas dari penilaian atau klaim positif dan negatif, saya dahului berpandangan bahwa tidak selamanya yang dianggap buruk akan tetap buruk, begitu pula sebaliknya. Semua harus dipandang secara objektif, baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Dulu pada era tahun 2004--2010, banyak warkop (Warung Kopi) di Tulungagung yang menyediakan tempat ngopi pangkon. (red: minum kopi ditemani wanita seksi). Sehingga pandangan masyarakat secara umum menganggap semua aktivitas di warkop merupakan perbuatan yang negatif. Dalam hal inilah yang kemudian menjadikan klaim dikalangan masyarakat secara umum, bahwa kebudayaan tersebut tidak memberikan dampak yang positif.
Namun, coba kita lihat konsep dan orientasi warkop (Warung Kopi) pada hari ini, apakah masih sama dengan yang dulu? Jika melihat hari ini banyak terjadi perubahan orientasi. Meskipun masih ada yang memakai sistem lama yang telah saya sebutkan di atas. Terjadinya perubahan orientasi tersebut setidaknya merupakan sebuah antitesa dari sistem sebelumnya. Hal ini sangat membantu masyarakat untuk menghindari dan meminimalisir aktivitas-aktivitas malam yang berbau prostitusitersebut.
***
Melihat dari tradisi dan kebudayaan tersebut, sekarang kita menjadi banyak pilihan untuk sekedar mencari kopi. Karena pilihan-pilihan itu kita sendiri yang akan menentukan, apakah hanya sekedar ngopi atau yang lainnya. Pantas jika masyarakat pada umumnya menganggap dan mengeklaim bahwa semua aktivitas di warkop merupakan perbuatan yang negatif. Ya, pandangan ini tidak salah, karena mereka menilainya dari kebanyakan para pecinta kopi yang masih suka dan senang dengan sistem warkop pangkon.
Tetapi menjadi tidak adil jika pandangan itu dipukul rata tanpa melihat sisi yang lainnya, sisi positif  yang saya maksud kan adalah melihat dari aktivitas yang dilakukannya pada waktu ngopi. Jadi kita harus melihatnya secara objektif dalam kasuistik yang demikian. Melihat kontradiksi yang terjadi pada masyarakat pada umumnya, kiranya penting jika hal ini menjadi bahan evaluasi kita semua. Bahwa perilaku sosial tidak bisa kita nilai secara subjektif—subversive.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post