PERSIAPAN
PELATIH
Untuk
Pelajaran in, Anda akan membutuhkan:
- Alat Peraga 5-1: Respon Anak terhadap Trauma
- Alat Peraga 5-2: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Anak terhadap Trauma
- Alat Peraga 5-3: Dukungan bagi Anak-anak dalam Krisis
- Untuk Pemanasan, Anda akan membutuhkan kertas dan pensil/krayon atau bahan-bahan transparan agar para peserta dapat menuliskan pengamatan-pengamatan mereka.
- Apabila para peserta latihan tidak memiliki latar belakang dalam perkembangan masa kecil yang sehat dan normal, gunakan catatan-catatan dalam Lampiran A sebagai persiapan untuk membahas topik ini sebelum menyajikan pelajaran.
- Bersiaplah untuk memceritakan cerita di bagian Diskusi dan dan pikirkanlah respon-respon yang tepat.
CATATAN: Pelajaran 6 adalah
pelajaran lanjutan tentang kesehatan emosional anak dalam trauma, yang berfokus
pada pengaruh trauma terhadap perilaku anak.
SEKILAS PELAJARAN (kolom 2)
Pemanasan
·
Menguraikan seorang anak yang sehat secara
emosional
Pelajaran
·
Tanggapan anak terhadap peristiwa traumatis
·
Gejala-gejala trauma
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon anak
terhadap trauma
·
Memahami respon anak terhadap trauma
·
Menyediakan dukungan dalam trauma
Kegiatan
Belajar
- Menentukan strategi-strategi penguasaan yang akan menolong kesehatan emosional anak ‘asuhan’ Anda
TUGAS PEMBELAJARAN
Para peserta latihan akan
mengenali fakor-faktor yang mempengaruhi kesehatan emosional anak dalam trauma
dan mampu menggunakan informasi ini dalam perencanaan perhatian efektif
terhadap anak-anak yang mengalami trauma.
Pemanasan
Dalam kelompok-kelompok
kecil, mintalah para peserta untuk membagikan cerita-cerita dari masa kecil
mereka yang merupakan pengalaman-pengalaman baik bagi mereka. Minta mereka
menuliskan kualitas-kualitas yang mereka alami
yang akan menguraikan seorang anak yang sehat emosinya (bahagia,
gembira, dikasihi, diperhatikan, dan lain-lain.) Jelaskan bahwa anak-anak yang
menderita trauma sering kehilangan perasaan-perasaan positif akan kasih dan
perhatian. Sangat penting bagi para pendamping untuk mengenali perkembangan
emosional anak yang sehat sebelum memahami pengaruh trauma terhadap kesehatan
emosionalnya.
Pelajaran
Catatan:
Apabila para peserta latihan tidak mengetahui tahapan-tahapan perkembangan masa
kecil yang normal, bahaslah pelajaran ini dengan mereka. (Lihat Lampiran A).
Respon Anak terhadap Trauma
Perilaku-perilaku
bermasalah dalam anak-anak diperoleh dari banyak sumber. Satu faktor potensial
yang mempengaruhi banyak anak ialah akibat-akibat yang datang kemudian secara
psikologis karena menyaksikan atau menjadi korban dari suatu persitiwa
traumatis. Bagi anak-anak, teror adalah kata yang jelas untuk menguraikan
trauma. Perilaku anak-anak sesudah suatu trauma yaitu mereka menjadi agresif,
apatis, kasar, penundukkan diri atau kemunduran yang berlebihan. Kebanyakan perilaku ini berakibat dari usaha-usaha mereka untuk
mengatasi tanggapan-tanggapan ketakutan dan untuk membangun kembali rasa aman
dalam dunianya. Bagaimanapun, tidak semua anak yang telah mengalami atau
menyaksikan trauma akan menunjukkan perilaku-perilaku bermasalah. Walaupun
tanggapan-tanggapan terhadap trauma hampir seragam di antara anak-anak yang
mengalami tekanan traumatis, cara-cara mereka bertindak dapat kelihatan
berbeda. Meskipun demikian, trauma secara luas mempengaruhi kesehatan emosional
tiap anak.
Gejala-gejala Trauma
ALAT PERAGA 5-1
Tekanaan
traumatis muncul dalam berbagai bentuk dan suatu tingkatan intensitas penuh,
sebagaimana tanggapan-tanggapan anak terhadapnya. Respon anak terhadap trauma dapat bervariasi tergantung sumber trauma tersebut dan
keadaan-keadaan dari trauma itu sendiri maupun anak. Memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi respon anak terhadap trauma akan membantu para pendamping
mendapatkan suatu pemahaman akan cara terbaik untuk memusatkan perhatiannya
pada isu-isu trauma yang sedang dihadapi anak.
Umumnya,
anak-anak yang mengalami atau menyaksikan ancaman atau trauma-trauma yang
ekstrim menanggapi dengan gejala-gejala yang sesuai dengan empat kategori
berikut:
- Memiliki ingatan yang kuat dan berulang-ulang muncul dan mengganggu jalannya fungsi normal mereka.
- Terlibat dalam perilaku yang diulangi secara terus menerus
- Mengembangkan ketakutan trauma yang khas
- Perubahan sikap terhadap teman, keluarga, hidup pada umumnya dan masa depan.
Anak juga mungkin ingin untuk tidak tahu menahu akan
perasaan-perasaan mereka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon anak terhadap trauma
Banyak
faktor yang sering dihubungkan satu sama lain menambahi tipe ini dan hebatnya
respon anak terhadap tekanan traumatis. Faktor-faktor ini termasuk trauma yang
terus menerus, hubungan anak dengan oknum pelaku, dekatnya anak terhadap
pengalaman, sistem dukungan anak dan kepercayaan-kepercayaan dasar anak
yang mempengaruhi pemahaman dan penanggulangan trauma.
Memahami
Respon Anak terhadap Trauma
ALAT PERAGA 5-2
Untuk
memahami repson anak yang tepat, sangatlah menolong bila kita pertimbangkan
hal-hal berikut:
Kepribadian Anak
Apakah si
anak emosinya normal dan bersikap tenang atau “lekas gugup” akan menjadi faktor
yang menentukan dalam responnya terhadap trauma. Tidak ada dua anak yang serupa
dan respon terhadap trauma sebagian tergantung kepada bagaimana dulunya anak
telah mengatasi krisis-krisis setiap hari yang normal.
Pengertian Anak terhadap Situasi
Anak-anak
muda berpikir dan mengkonsepkan dalam bentuk-bentuk yang nyata; mereka mengerti
hal-hal yang ada dan terjadi saat ini serta nyata (yang dapat mereka jamah). Mereka tidak mudah
mengerti apa yang sedang terjadi pada mereka dan apa implikasi-implikasinya
dari apa yang telah terjadi. Kurangnya pengertian ini membuat situasi yang
mereka hadapi menjadi lebih menakutkan sehingga mereka tidak punya cara untuk
memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka.
Sangat
penting untuk menilai bagaimana seorang anak merasakan suatu situasi trauma
dalam hubungan dengan peran dan tindakan-tindakannya, respon keluarganya,
respon teman-temannya dan respon orang-orang secara umum.
Sifat-sifat Trauma
Sifat-sifat
trauma, termasuk frekwensinya (sekali waktu atau terus menerus), intensitas,
konteks (alami atau dibuat-buat) dan apakah anak dapat menjadi aktif atau pasif
dalam trauma, semua mempengaruhi arti dan sumber-sumber yang dapat digunakan
anak-anak untuk untuk memulihkan kembali suatu peristiwa traumatis dan menolong
mereka untuk mendapatkan kembali kendali pribadi atas dunia mereka. Jika
traumanya sangat besar dan tidak diantisipasi, anak-anak akan mengalami
pengalaman yang berat dan gangguan pola pemikiran. Jika traumanya
berulang-ulang dan diantisipasi, seperti sering terjadi dalam kasus pelecehan
seksual atau fisik, anak-anak akan menunjukkan suatu kehilangan perasaan yang
kronis tentang peristiwa tersebut dan mengalami suatu rasa kemarahan, ketakutan
dan kesedihan yang disamaratakan. Kedua tipe trauma ini dapat saling melengkapi
dan berakibat dalam suatu percampuran gejala-gejala.
Hubungan terhadap oknum pelaku
Trauma-trauma
yang disebabkan oleh individu-individu yang anak-anak percayai dan bergantung
dapat menciptakan pengaruh-pengaruh yang berbeda daripada yang dilakukan oleh
orang-orang yang tak dikenal. Secara umum, lebih dekat hubungan antara oknum
pelaku dan korban, semakin berat gejala-gejala trauma tersebut.
Tempat tinggal
Tempat
tinggal adalah suatu faktor kunci dalam menentukan bagaimana anak sebaiknya
mengatasi. Sumber yang tersedia dalam keluarga akan mengatur kerangka bagi
mekanisme-mekanisme penanggulangan si anak dan akan memudahkan penyembuhan
dalam tiap anak. Anak-anak yang telah diberikan suatu tempat tinggal yang
kokoh, perhatian juga penerimaan dan kasih, dan yang telah dibantu untuk menghadapi pengalaman-pengalaman masa lalu
yang sedih, cenderung untuk mengatasinya lebih baik daripada mereka yang
mengatasinya sendiri. Frekwensi, kekerasan dan konsekwensi dari pengalaman
traumatis juga menentukan bagaimana anak-anak mengatasinya.
Waktu
dan Keamanan
Anak-anak
membutuhkan waktu dan keamanan untuk memperlihatkan emosi-emosi lewat
permainan, permainan dapat menjadi strategi penaggulangan yang kuat bagi
anak-anak. Anak-anak sering menarik diri dan bermain permainan-permainan yang
mereka sudah tahu berulang kali. Mereka sedang mencoba memulihkan suatu
kesadaran akan tatatertib di dunia mereka- untuk mendapatkan kembali suatu
kesadaran untuk hal-hal yang akan datang, keamanan dan hal-hal normal.
Anak-anak yang lebih besar dapat membaca sebuah buku yang telah mereka baca
berkali-kali atau juga berulang-ulang membicarakan hal-hal yang sama
(ingatan-ingatan yang baik dari masa lalu atau ingatan-ingatan yang buruk dari
trauma sekarang ini). Atau mereka mungkin memainkan permainan-permainan
anak-anak kecil untuk mencapai tujuan yang sama.
(Kemampuan untuk secara emosional menarik diri kembali dari
ketakutan atas situasi kepada rasa aman & perlindungan dari kasih Allah,
melindungi anak-anak secara psikologis dari menjadi rusak oleh bahaya di
sekitar mereka.)
Pemeliharaan Rohani
Pemeliharan rohani juga
memegang peran penting bagaimana anak mengatasinya. Anak-anak yang mengenal
Yesus sebagai teman dan Juru Selamat mereka memiliki seseorang untuk mereka
datangi, bicara & nyanyi. Mereka juga merasakan dijaga dan aman selagi
mereka melalui trauma. Kemampuan untuk secara emosional menarik diri kembali
dengan cara ini dari ketakutan atas situasi kepada rasa aman dan perlindungan
dari kasih Allah melindungi anak-anak dari menjadi rusak oleh bahaya disekitar
mereka. Sangat penting menolong anak-anak dalam bahaya untuk mengembangkan
hubungan pribadi dengan Yesus dan untuk menemukan cara-cara yang membangun dan
bukannya merusak untuk mengatasi tekanan mereka.
Kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi
bagaimana anak-anak menanggapi trauma. Mereka belajar sambil mengamati
bagaimana yang lain bereaksi terhadap kesedihan. Respon keluarga dan dukungan
adalah suatu faktor kunci tapi juga ini
ditentukan oleh budaya. Dalam kebanyakan
budaya, keluarga adalah pelindung dan penyedia bagi anak-anaknya. Ketika orang
tua ada dalam keadaan emosional yang sehat dengan kesadaran kontrol selama
krisis, situasinya akan menjadi tidak menakutkan bagi si anak. Memperlihatkan
emosi-emosi Anda atau tidak; memberitahukan orang lain tentang trauma Anda;
menjadi marah atau menarik diri; mendapatkan perlindungan dari polisi,
keluarga, atau gereja adalah respon-respon yang dianjurkan atau tidak dalam
suatu konteks sosial.
Usia dan Tingkat Perkembangan Anak
Respon anak
kepada tekanan traumatis cenderung tidak berubah-ubah dengan usia perkembangan
mereka. Mereka mengekspresikan kesedihan mereka sesuai dengan kesehatan fisik
mereka dan kemampuan, kedewasaan mental (pemikiran dan perasaan) dan kedewasaan
sosial mereka (bagaimana mereka bermain, berbicara dan berhubungan dengan yang
lain). Usia dan jenis kelamin juga merupakan faktor-faktor yang penting.
- Anak-anak Usia Balita
Anak-anak
balita mungkin melihat kepada orang-orang dewasa untuk membangun kembali rasa
aman mereka dan menjelaskan arti situasi tersebut. Oleh sebab itu, mereka lebih
menunjukkan kebutuhan kasih sayang (lengket, merengek dan kolokan) serta
kemunduran (kembali ke pola-pola perilaku yang berhasil ketika mereka lebih
kecil). Anak-anak di usia ini menggunakan fantasi dan bermain untuk menemukan
arti. Jika metode-metode ini gagal, mereka menyangkalinya dan menarik diri.
Mereka lebih cepat mengerti untuk mencari rasa nyaman lewat sakit atau rasa
capek.
- Anak-anak Usia Sekolah
Anak-anak usia
sekolah melakukan kembali hal-hal yang rumit dan mungkin tidak banyak
bergantung pada fantasi. Sambil mereka mencoba untuk menghadapi
perasaan-perasaan yang meningkat terhadap ketidak-cukupan dan kebutuhan untuk
membangun kontrol, perilaku mereka akan kelihatan berubah-ubah. Lewat luapan
kemarahan yang terlebih dahulu, mereka telah belajar bahwa menjadi perilaku
agresif dan memerintah biasanya berhasil.
Anak-anak usia sekolah juga biasanya
menunjukkan suatu penurunan dalam penampilan di sekolah atau tugas-tugasnya,
mencoba lebih keras dan lebih keras lagi untuk menjadi sempurna untuk
menghindari konsekwensi yang sudah pernah terjadi. Apabila anak-anak bebas
mengungkapkan perasaan-perasaan mereka dan peristiwa-peristiwa, mereka akan
membicarakannya terus menerus atau bahkan secara obsesif. Jika mereka tidak
bebas berbicara, atau jika pembicaraan mereka tidak menuju ke suatu resolusi,
maka keluhan-keluhan psikomatis, seperti sakit kepala atau sakit perut, makin
menonjol.
- Usia Remaja
Anak-anak remaja akan menunjukkan beberapa atau
semua dari perilaku-perilaku di atas. Pengaruh pada rasa percaya diri mereka
dan harga diri menjadi lebih dinyatakan. Untuk anak-anak demikian, perubahan
sikap akan digantikan dengan suasana hatinya. Daripada naik turun dari
“lengket” menjadi agresif, dari sangat aktif menjadi menarik diri, anak mungkin
akan tinggal dalam suatu suasana hati yang ingin menarik diri dan terisolir,
menyesuaikan dan menyenangkan, atau kemarahan dan pemberontakan. Anak-anak ini
cenderung untuk memerankan kemarahan mereka di ‘dunia nyata’. Tindakan ini akan
seperti berdebat dengan orang dewasa, tidak taat kepada aturan-aturan, memakai
narkoba, kegiatan seksual yang tidak tepat atau pengrusakkan. Mereka akan
memanifestasikan suatu penentuan yang kuat untuk menunjukkan bahwa mereka yang
mengontrol hidup mereka sendiri dan betapapun berbahayanya hidup mereka, mereka
akan bertahan.
Menyediakan Dukungan dalam Krisis
ALAT PERAGA 5-3
Para
orangtua dan pendamping perlu menyediakan dukungan yang berkesinambungan kepada
anak-anak yang terkena trauma. Salah satu cara utama ialah membantu anak-anak
dalam trauma untuk menolong diri mereka mendapatkan kembali suatu kesadaran
untuk kontrol. Anak-anak yang mengalami trauma telah mengalami dirinya tak
berdaya dan tidak dalam kontrol. Penyembuhan harus termasuk pengenalan bahwa
perasaan-perasaan itu memang terjadi pada waktu trauma tapi tidak perlu
berlanjut sampai masa sekarang.
Walaupun para
pendamping tidak menemui masalah-masalah ketika menghadapi anak-anak yang
marah, menantang atau agresif, mengingat bahwa mereka sedang bergumul dan
memerlukan pertolongan orang dewasa adalah sangat penting. Anak-anak
membutuhkan dukungan yang konsisten,
yang penuh kasih dengan batasan-batasan yang jelas dan disiplin yang positif
untuk menguatkan mereka.
Sambil
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri
mereka sendiri, para pendamping perlu berhati-hati untuk tidak mendesak terlalu
keras untuk mendapatkan suatu cerita atau sebaliknya memaksa anak. Biarkan
anak-anak merasa aman, diterima dan siap untuk berbicara sesuai dengan keadaan
mereka. Sebaliknya, meletakkan segala beban sendiri kepada anak untuk
menunjukkan perasaan-perasaan mereka, atau menghindari hal itu dan menganggap
anak-anak akan “bekerja sendiri”, tidak akan memberi dukungan yang mereka
butuhkan. Apabila, para orang dewasa tidak menujukan perasaan-perasaan mereka
kepada anak-anak, mereka akan berpikir bahwa membicarakan perasaan-perasaan
mereka itu salah dan bahwa perasan-perasaan mereka itu tidak normal atau buruk
dan tidak perlu dibahas.
Diskusi
(Di Rwanda, seorang gadis kecil kira-kira berusia lima tahun yang
sedang berjalan-jalan di jalan, menggenggam sebuah handuk yang sobek-sobek.
Seorang pendamping mendengar nyanyiannya dan coba mempelajari tentang anak ini.
Dia menemukan bahwa anak ini yatim-piatu karena perang dan menurut para tentara
disitu yang melindunginya, ia tidak punya tempat tinggal kecuali di
jalan-jalan. Si pendamping mendengarkan
nyanyiannya, ternyata lagu yang sudah biasa didengar, “Yesus sayang padaku.”
Gadis kecil ini mampu menarik kembali emosinya dari ketakutan dan kesendirian
atas situasinya kepada rasa aman dan perlindungan kasih Allah.)
Bacakan cerita di atas dan minta
kelas untuk menentukan faktor-faktor penanggulangan yang tersedia untuk
memampukan anak ini untuk mengatasi situasinya dan, dari daftar di bagian
Pemanasan, petunjuk-petunjuk emosional sehat mana yang ada.
Kemudian
bahaslah faktor-faktor tambahan apa yang akan menolong dia mengatasinya.
Jawaban-jawaban
yang memungkinkan adalah:
- Kepribadian anak (dia tenang dan tidak menangis)
- Pemeliharaan Rohani (bernyanyi tentang kasih Yesus)
- Mungkin para tentara yang mejaganya memberi anak ini suatu rasa aman
- Handuk itu mungkin satu-satunya yang tersisa yang ia miliki.
Faktor-faktor tambahan yang
mungkin membantu adalah:
·
Suatu pemahaman atas situasinya. (Kejadian itu
terjadi begitu cepat tanpa persiapan baginya untuk berharap atau mengerti apa
yang terjadi.)
·
Faktor keamanan, rumah dan keluarga.
Kegiatan Belajar
Kumpulkanlah
para peserta latihan dalam kelompok-kelompok anak mereka dan tentukan faktor
penanggulangan yang tersedia bagi anak ‘asuhan’ mereka yang akan menolongnya dalam
kesehatan emosionalnya. Kemudian daftarkan faktor-faktor tambahannya juga,
untuk menolong si anak menjadi lebih baik dan sehat emosionalnya. (Misalnya,
tiap anak akan dapat mengatasinya dengan lebih baik bila mereka mendapat
dukungan dari rumah dan keluarga.) Ketika semua kelompok telah menyelesaikan
tugasnya, minta mereka membagikan jawaban-jawaban mereka dalam kelompok yang
lebih besar.