A.
Pengertian Amtsalil Qur’an
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam:
a.) Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan, atau dalam bahasa
Arabnya: بمعنى المثل والشّبه والنّظير
b.) Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
ويطلق المثل على القصّة ان كان لهاشان وغرا بةّ
c.) Bisa juga berarti sifat,a tau keadaaan atau tinkah laku yang
mengherankan pula.
Contohnya seperti dalam ayat 15 surat
Muhammad:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا
أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ
طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ
مُصَفًّى
Artinya: " (Apakah)
perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu
yang disaring."
Menurut istilah (terminologi),
para ulama memberikan beberapa macam definisi Amtsalil Qur’an, antara lain
sebagai berikut:
a.) Ulama ahli ilmu adab mendefinisikan al-amtsal, sebagai berikut:
والمثل
فى الادب قول محكىّسائريقصدبه تثبيه حال الّذىحكىفيه بحل الّذى قيل لاجله
Artinya: "Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab
ialah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang yang
dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan
sesuatu yang akan dituju."
Maksudanya,
amtsal itu ialah menyamakan hal yang akan diceritakan dengan asal ceritanya
(asal mulanya).
b.) Istilah ulama ahli ilmu bayan mendefiniskan al-amtsal, sebagai
berikut:
المثل هوالمجاز المركب الّذى تكون علا قته المشابهة
Artinya: "Perumpamaan ialah bentuk majaz mukarab
yang kaitannya/konteksnya ialah persamaan."
Maksudnya, amtsal ialah ungkapan
majaz / kiasan yang yang majmuk, dimana kaitan antara yang disamakan dengan
asalnya adalah karena adanya persamaan / keserupaan.
c.) Para ulama yang lain memberikan definisi matsal ialah
mengungkapkan suatu makna abstrak yang dapat dipersonifikasikan dengan bentuk
yang elok dan indah.
d.) Ulama ahli tafsir mendefinisakan amtsal, sebagai berikut:
المثل هوابرازالمعنى فى صورة رائعة موجزة لهاوقعهافى النفس
سواء كانت تشبيها اوقولامرسلا
Artinya: "Matsal ialah menampakkan pengertian yang
abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena di dalam
jiwa, baik dengan bentuk tasbih, atau majaz mursal (ungkapan bebas)."
B. Rukun-Rukun Amtsalil Qur’an dan Sejarahnya
1.
Rukun dan
Syarat-Syarat Matsal
a.) Harus ada yang diserupakan (al-musyabbah), yaitu sesuatu yang
akan diceritakan.
b.) Harus ada asal cerita (al-musyabbah bih), yaitu sesuatu yang
dijadikan empat menyamakan.
c.) Harus ada segi persamaan (wajhul musyabbah), yaitu arah
persamaan antara kedua hal yang disamakan antara kedua hal yang disamakan
tersebut.
Para ahli bahasa Arab mensyaratkan
sahnya amtsal harus memenuhi empat syarat, sebagai berikut:
a.
Bentuk kalimatnya harus ringkas.
b.
Isi maknanya harus mengena dengan
tepat.
c.
Perumpamaannya harus baik.
d.
Kinayahnya harus indah.
2.
Sejarah Matsal
Al-Qur’an
Orang yang kali pertama mengarang Ilmu
Amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi
(wafat 406H) dan dilanjutkan oleh Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi
(wafat 450H). Kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754 H).
Imam Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 991H)
dalam bukunya Al-Itqan juga menyediakan satu bab khusus yang
membicarakan Ilmu Amtsalil Qur’an dengan 5 pasal di dalamnya.
C. Macam-Macam Amtsalil Qur’an
Amtsalil Qur’an itu ada tiga macam, yaitu:
a.
Amtsail Qur’an yang jelas (al-amtsalul
musharrahatu), yaitu matsal yang didlamnya terdapat laffal al-amtsal (lafal
yang menunjukkan kepada persamaan atau perumpamaan). Matsal jenis ini banyak
terdapat di dalam Al-Qur’an.
Contohnya seperti dalam ayat 17 – 20 surah Al-Baqarah:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا
أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ
لَا يُبْصِرُونَ(17)صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ(18)أَوْ كَصَيِّبٍ
مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي
ءَاذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ
بِالْكَافِرِينَ(19)يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ
لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ
لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْإِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ(20)
Artinya: "Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti (orang-orang
yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat;
mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara)
petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir
kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka,
mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka
berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan
penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."
Dalam ayat tersebut, Allah mengumpakan
orang-orang munafik dengan dua perumpamaan, yaitu diserupakan munafik dengan
dua perumpamaan, yaitu diserupakan dengan api yang menyala ( كمثل الّذى استوقدنارا ) dan dengan air (اوكصيب من السماء) yang dialamnya ada unsur kehidupan.
b.
Al-amtsalul kaminah, yaitu
perumpamaan terselubung, yang didalamnya tidak terdapat lafal tamstsil tetapi
artinya menunjukkan kepada arti perumpamaan yang indah dan singkat padat,
sehingga mengena kalau dinukilkan kepada yang menyerupainya.
Contoh:
1.) خير الامور اوسطها
§ Ayat 68 surat Al-Baqarah
Artinya: "Bahwa sapi betina itu yang tidak tua dan
tidak muda, pertengahan antara itu."
§ Ayat 67 surah Al-Furqan
Artinya: " Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir, tetapi di
tengah-tengah antara yang demikian."
§ Ayat 110 surah Al-Isra:
Artinya: "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam salatmu, dan janganlah pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah
diantara kedua itu."
2.) كماتدين تدان
§ Ayat 123 surah An-Nisa:
Artinya: "Barang siapa mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu."
§ Ayat 63 surah Al-Isra:
Artinya: "Maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah
balasanmu semua sebagai suatu pembalasan yang penuh."
§ Ayat 41 Surah An-Najm
Artinya: "Kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna."
c.
Al-amtsalul mursalah, yaitu:
Artinya: "Beberapa jumlah
kalimat yang bebas tanpa lafal tasybih. Amtsalul Mursalah itu ialah beberapa
ayat Al-Qur’an yang berlaku sebagai perumpamaan."
Contoh seperti dalam ayat-ayat:
-
Ayat 51 Surah Yusuf:
الأن حصحص الحقّ (يوسف:
15)
Artinya: "Sekarang jelaslah
kebenaran itu."
-
Ayat 58 Surah An-Najam:
ليس لهامن دون الله كاشفة (النجم: 58)
Artinya: "Tidak ada yang akan menyatakan
terjadinya, hari itu selain Allah."
D. Sighat-Sighat Amtsalil Qur’an
1.
Sighat tasybih yang jelas (tasybih
ash-sharih), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, dialamnya
terungkap kata-kata matsal (perumpamaan).
Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus:
إنما مثل الحيوة الدّنيا كماء انزلنه من السّماء (يونس: 24)
Artinya: "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit."
2.
Sighat tasbih yang terselubung (tasybih
adh-dhimni), yaitu sighat/ bentuk perumpamaan yang terselubung/tersembuyi,
di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kata al-matsal, tetapi
perumpamaan itu diketahui dari segi artinya.
Contohnya seperti dalam ayat 12 surah Al-Hujurat:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ
أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ (المجرات: 12)
Artinya: "Dan janganlah sebagian kalian menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya."
3.
Sighat majaz mursal, yaitu sighat
dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya.
Contohnya seperti dalam ayat 73 Surah Al-Hajj:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ
اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ
مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (الحجرات: 12)
Artinya: "Hai manusia, telah dibuat perumpamaan,
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu
untuk menciptakannya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka,
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari mereka, tiadalah mereka dapat
merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah
(pulalah) yang disembah."
4.
Sighat majaz murakkab, yaitu
sighat dengan bentuk peumpamaan ganda yang segi persamaannya diambil dari dua
hal yang berkaitan, di mana kaitannya adalah perserupaan yang telah biasa
digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamstiliyah.
كمثل الحمار يحمل اسفارا (الجمعة:5)
Artinya: "Saya lihat kamu itu maju mundur
saja."
5.
Sighat isti’arah tamtsiliyah,
yaitu dengan bentuk perumpamaan sampiran / lirik (perumpamaan pinaman). Bentuk
ini hampir sama dengan majaz murakkab, karena memang merupakan asalnya.
Contohnya seperti قبل الرّماتملو الكنائن (sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak
panahnya). Contohnya dalam Al-Qur’an seperti dalam ayat 24 surah Yunus:
كان لم تعن بالامس (يوسف: 24)
Artinya: "Seakan-akan belum pernah tumbuh
kemarin."
E. Faedah Amtsalil Qur’an
1.
Pengungkapan pengertian abstrak
dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap indera itu mendorong akal manusia
dapat mengerti ajaran-ajaran Al-Qur’an.
2.
Matsalil Qur’an dapat
mengungkapkan kenyataan dan bisa mengkonkretkan hal yang abstrak.
3.
Matsalil Qur’an dapat mengumpulkan
makna indah yang menarik dalam ungkapan yang singkat padat, seperti halnya
dalam amtsalul kaminah, amtsalul mursalah, dan sebagainya.
4.
Mendorong orang giat beramal
melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam Al-Qur’an.
5.
Menghindarkan orang dari perbuatan
tercela yang dijadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah dipahami kejelekan
perbuatan tersebut.