Pemalsuan Kitab Taurat

Pemalsuan Kitab Taurat 1 Pendahuluan Pertama-tama aku mohon maaf jika kualitas bahasa Indonesia-ku mengalami degradasi sedemikian rupa sehingga membuat kalian susah memahami tulisan ini. Semoga kalian maklum karena aku memang berada pada lingkungan yang tidak menggunakan bahasa ini. Pada tulisan berikut ini, aku tidak akan membahas apa itu DSS, siapa penemunya, dan pertanyaan-pertanyaan cetek lainnya yang sudah dibahas di banyak situs, termasuk situs ensiklopedia macam wikipedia yang cetek itu, di mana siapapun bisa menulis apapun tanpa harus bertanggung jawab atas apa yang ditulisnya. Di sini, aku hanya ingin membahas DSS dalam hal kesejarahan / historisitas-nya saja yang juga berimbas kepada historisitas kitab suci Perjanjian Lama (PL) terutama Taurat Yahudi dan quran Islam yang menuduhnya palsu. Mana yang benar dan mana yang dongeng akan dibuktikan melalui pendekatan historis, sementara PB sendiri tidak akan dibuktikan karena memang DSS tidak berbicara apa-apa mengenai PB yang notabene memiliki segunung manuskrip yang berjumlah lebih dari 24000 buah dan terdiri dari 5000 manuskrip berbahasa Yunani dan sisanya adalah berbahasa Aramaica dan Ibrani. Dengan jumlah manuskrip sebanyak itu, maka PB adalah kitab suci dengan manuskrip terbanyak dan terpercaya di dunia. Selain isu historisitas Taurat, setelah penelitian paling mutakhir, ternyata DSS juga berimbas terhadap historisitas ajaran keilahian Messiah dalam Gereja Kristen. Ingat ini, aku hanya akan membahas pembuktian historis dan bukan urusan teologis. Kalaupun nantinya terdapat ayat-ayat kitab PL, PB, sampai quran, maka yang dimaksud bukanlah pendekatan teologisnya, melainkan untuk membantu mendekati kebenaran dan historisitas suatu ajaran. Oleh karena itu, polemik seputar Yeremia 8:8 (yang dikutip lepas konteks sehingga hanya pantas disebut sebagai pre-teks daripada sebuah proof-teks), polemik seputar revisi TERJEMAHAN �babi� dan �babi hutan� (padahal naskah dalam bahasa aslinya tidak 2 pernah dirubah), atau polemik-polemik cetek dan bodoh lainnya tidak akan dibahas selain diletakkan pada tempatnya, yakni keranjang sampah. Pembahasan memang tidak akan menjadi terlalu dalam karena aku tidak mau jadi sok tahu dengan menuliskan hal-hal yang belum aku ketahui dengan pasti karena memang masih banyak referensi yang harus didapatkan, dipelajari, dan digali lebih dalam lagi. Oleh karena itu aku harap kepada kalian untuk menegurku jika dirasa pembahasan sudah terlalu �teologis� dan jauh dari aspek �historis�. Semua respon akan ditampung, tapi karena aku punya banyak komunitas di luar, maka harap dimengerti jika tidak segera ditanggapi. Sebenarnya aku sendiri mengalami trauma terhadap penghuni situs-situs theis apapun agamanya, karena sebagian besar mereka adalah bodoh dan melacurkan logika demi iman buta mereka. Inilah alasan mengapa sebagai bocah hardcore Kristen, aku sendiri, jika ada waktu untuk online, lebih suka nongkrong di homebase-ku di situs atheis infidel.org dan berdebat untuk tujuan bersenang-senang dengan orang-orang American Atheist.inc yang lebih akademis dan terpelajar dalam mempresentasikan argumentasi-argumentasinya. Oleh karena itu tidak semua respon akan ditanggapi. Semua respon yang tidak didasari data dan fakta tidak akan dihiraukan, karena memang di dunia akademis, suatu pernyataan tanpa back-up referensi tidak menjadi apa-apa selain hanya sekedar pendapat pribadi dan bisa dianggap sebagai sampah belaka. Tanpa lebih banyak congor lagi, aku ucapkan selamat mengkritisi tulisan ini. 3 Bab I Tulisan tangan yang berusia 2200 tahun Manuskrip (tulisan tangan) kitab suci Perjanjian Lama terkuno yang kita miliki sebelum penemuan the Dead Sea Scroll (DSS) atau naskah-naskah Laut Mati tahun 1947, adalah naskah Masora yang berasal dari abad IX dan X Masehi. Ada 3 manuskrip yang disebut sebagai naskah Masora, yaitu manuskrip �Ben Ezra�, Geniza, Kairo (895 Masehi), manuskrip Halab / Allepo Syria (929 M), dan manuskrip Leningrad (1008 M). Pada tahun 1947, ditemukan mushaf-mushaf dari Laut Mati yang disebut sebagai DSS yang berisi seluruh Alkitab Perjanjian Lama (PL) kecuali kitab Ester. Selain itu, naskahnaskah tersebut juga terdiri dari: sejumlah tafsiran kitab-kitab, disiplin komunitas, dan teks-teks pujian syukur (Ibrani: Hodayot) kepada Yehuwa. Berdasarkan metode paleografi dan kemudian diteguhkan oleh metode C-14, DSS ini berasal dari tahun 225- 150 SM. [1] Jadi dengan penemuan DSS yang ultra penting ini, kita sekarang memiliki manuskrip yang 1000 tahun lebih tua dari naskah keluarga Masora. Tetapi setelah diselidiki dengan teliti di antara kedua naskah tersebut, ternyata tidak ada perbedaan yang cukup berarti. Semua penemuan ini membuktikan bahwa sepanjang zaman Allah selalu menjaga firman-firmanNya sehingga bersih dari usaha pemalsuan dan perubahan tangan-tangan kotor manusia. 4 Gambar 1. Yesaya 19:23-21:15, manuskrip Qumran (1Qisa) yang difoto oleh John C. Trever, Tsalot Megilot me Qumran: Megilot Yesayahu Megilot Serakh ha-Yahad, Pesher Havquq (Jerusalem 1981). Terdapat 2 lubang di atas Yesaya 21:8-9 (kotak merah) akibat tetesan air pada tulisan tangan yang berusia 2100 tahun ini. 1.1. Upaya Tradisional Pemeliharaan Kitab Suci Jauh sebelum zaman Kristen, usaha-usaha yang serius untuk memelihara keaslian kitab suci sudah berkembang. Kitab Talmud yang merupakan kompilasi tradisi Yahudi menyebutkan para soferim, karena begitu telitinya mereka menyalin kitab-kitab suci sampai-sampai harus menghitung huruf-huruf Taurat (Qiddusim Bab 30a). Kata soferim berasal dari akar kata s-f-r, artinya �menghitung� atau �menjumlah� (bandingkan pemakaian akar kata ini dalam Kejadian 15:5). 5 Si Yesus sendiri bahkan tidak menyangkal reputasi ahli-ahli Taurat dan imam-imam Farisi karena ketelitian mereka dalam kegiatan pemeliharaan kitab-kitab suci, sehingga mereka disebut oleh Yesus �telah menduduki kursi Musa�. Namun demikian, Yesus mengecam kemunafikan mereka seraya menuntut kita agar menuruti ajaran mereka, tetapi tidak mengikuti perbuatan mereka. Pengajaran mereka bisa diterima, tapi kelakuannya yang tidak sesuai ajaran mereka sendiri tidak usah diterima (Matius 23:1-4). Mengenai kegiatan soferim yang dapat dipercayai ketelitiannya itu secara implisit diakui oleh Yesus dari ungkapan: �satu iota atau satu titik pun tidak ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi� (Matius 5:17). Istilah �iota� dalam kalimat Yesus itu menunjuk nunjuk huruf Ibrani yang terkecil, ?? (yod, y), yang bentuknya menyerupai tanda �titik�. Jelasnya, idiom Yesus itu mengacu pada pengakuan-Nya atas reputasi ahli Taurat, karena ketelitian dan kecermatan mereka dalam proses transmisi atau penerusan manuskripnya dari tangan ke tangan secara tradisional. Jadi siapapun dia yang menggunakan ayat ini dengan tujuan apapun itu, ia seharusnya konsisten dengan klaim Yesus bahwa Taurat (setidaknya sampai kepada jaman Yesus) adalah tidak mengalami perubahan dan pergeseran satu titik pun dari tempatnya. Selanjutnya, ketika para penurun �tradisi tertulis� awal disebut sebagai Soferim (�im� adalah bentuk plural, artinya: �para penulis�, ?? bdk: �eloah� [singular] dan �elohim� [plural]), maka kitab-kitab suci itu disebut sebagai Sefarim (�tulisan-tulisan�). Istilah �sefer� yg menunjuk kepada kitab-kitab tertulis ini ternyata juga dilestarikan dalam bahasa Arab, misalnya: Sifru at-Takwin (kitab kejadian), Sifru al-Khuruj (kitab keluaran), dsb. Bahkan quran pun juga memiliki sebuah ayat yang menyebut kata �asfara�, yg merujuk kepada kitab-kitab Yahudi, yakni sebagai sindiran kepada mereka yang diberikan Taurat namun tidak mampu mengamalkan ajaran-ajaranya: �...kamatsali al-himari yahmilu asfara..... keledai yang mengangkut kitab-kitab.....� (Surah 62:5). Yang membuat ayat itu menjadi keren adalah ketika ayat yang persis sama dengan ayat itu ternyata ditemukan dalam Talmud Yahudi berbahasa Ibrani: �..hamor nose sefarim..... keledai yang membawa kitab-kitab......� [2] 6 Tentu saja keren. Ini karena Talmud adalah kompilasi Tradisi Yahudi yang dibukukan 4 abad SEBELUM muhammad. Sebagai tradisi oral yang kemudian ditulis, Talmud sendiri (disamping Taurat dan Targum-nya) memang sangat dihafal oleh orang-orang Yahudi karena memang menghafal dengan mengidungkan kitab suci adalah hal yang sangat biasa bagi orang Yahudi dan Kristen. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada yang menarik ketika muslim membawa klaim banyaknya hafizh (penghafal quran) sebagai bukti otentisitas quran mereka. Alasannya simple: �bahwa klaim hafalan adalah bukan klaim yang unik dan bahwa quran sendiri tidak lebih tebal dari kitab Mazmur�. Tidak perlu jauh-jauh ke Inggris untuk menemui kaum Lomards yang memang membaktikan dirinya untuk menghafal SELURUH bagian kitab suci, tapi pergilah ke Indonesia Timur, main-mainlah ke Gereja Kristen Injili (GKI) di tanah Papua, dan silahkan temukan banyak nenek dan kakek yang hafal seluruh isi kitab Mazmur (yang musik dan terjemahannya adalah karya dari I.S. Kijne dan dikumpulkan dalam buku �Mazmur dan Nyanyian Rohani�). Apalagi bagi 300 juta lebih umat Gereja Orthodox di seluruh dunia yang setiap hari men-tilawat-kan / mendaraskan Injil. Banyak dari mereka yang hafal 1 kitab atau lebih dari kanon PL dan PB. Silahkan klik di sini untuk mendengarkan tilawatil Injil Yohanes di Gereja Orthodox Koptik Mesir. Kembali ke Talmud yang dihafal oleh orang-orang Yahudi, muhammad sendiri ternyata juga berinteraksi dengan Yahudi, terutama Yahudi Quraisha yang tentu saja juga menghafal tradisi oral yang kemudian ditulis dalam Talmud ini. Pertanyaan dari kasus �keledai membawa sefarim� ini adalah: �siapa plagiat siapa?�. Talmud yang hanyalah kumpulan kalimat dari congor rabi-rabi Yahudi (yang notabene adalah manusia biasa), ternyata bukan sulap bukan sihir bisa jadi jadi sabda aulloh swt via muhammad sebagai juru congor-nya. Amazing, isn�t it? 7 1.2. Kejujuran para Masora Pada abad ke-6 SM, si Ezra yang disebut nabi itu berhasil mengembalikan Taurat sebagai inti dan sumber iman agama Yahudi. Oleh karena itu, ia adalah orang pertama yang digelari sebagai �Ha Sofer� (Sang Penulis). Sejak masa Ezra itulah tradisi penerusan tertulis Kitab-kitab Yehuwa digelari Soferim, yang berlangsung terus-menerus tanpa terputus hingga abad ke-5 Masehi. Sedangkan setelah sekitar tahun 500-1000 Masehi, peran itu digantikan oleh para Masora, dengan metode penjagaan teks yang tidak jauh berbeda. Begitu telitinya para Masora ini dalam menerima kitab suci tanpa perubahan, sehingga jika mereka menemukan keraguan dalam membaca teks yang kabur karena usia naskah yang bersangkutan, maka mereka tetap membiarkan naskah tersebut seperti apa adanya. Jika mereka merasa perlu melakukan perbaikan, maka mereka hanya menaruhnya di lajur / kolom tepi manuskrip nuskrip dengan tanda khusus, misalnya huruf Ibrani ?? (�qof�, q) dan ?? (�kaf�, k) yang maksudnya adalah Qere (bacaan perbaikan yang diusulkan) dan Ketiv (yang tertulis dalam naskah). 8 Gambar 2. Salah satu halaman manuskrip �Geniza� Kairo Mesir. Catatan-catatan tengah dan bawah baris (dilingkari merah) dari teks standar Taurat menunjukkan sikap para Masora yang ekstra hati-hati apabila mereka meragukan teks yang kurang jelas. Mereka tidak berani mengubah, melainkan mencantumkan qere (Arab: qira�ah, bacaan) yang mereka usulkan, tetapi dengan membiarkan teks standar APA ADANYA TANPA DIRUBAH. Rabbi Akiva mengatakan: �penyalinan yang teliti adalah pagar untuk Kitab Taurat.� Misalnya adalah ketika para ahli Taurat meragukan kata �hash sharemot� dalam Yeremia 31:40 yang berbunyi: �...we kal hash sharemot �ad nahal qidron...... dan segenap tanah datar di tepi sungai Kidron......� 9 Para Masora meragukan kata �hash sharemot�; karena memang kata itu tidak dijumpai dalam bahasa Ibrani. Kasus ini hampir sama seperti ketika kamu mengucapkan kata �semelekehe� dalam bahasa Indonesia, tidak ada arti. Karena itu, di baris bawah dengan kode �Q� dan penunjuk ayat 40, diusulkan bacaan alternatifnya: �ha shedemot� (padang, tanah lapang). Bacaan alternatif (qere) itu pun tidak asal congor saja, melainkan berdasarkan naskah-naskah terjemahan kuno, misalnya Septuaginta / LXX (bahasa Yunani) milik Yahudi diaspora dari abad kedua SM, atau dari Pesyitta (Aramia, Syriac) milik Gereja Antiokhia yang berada di Syria. Dan di sinilah peran penting DSS. Dengan ditemukannya DSS yang berasal dari abad kedua SM, bacaan-bacaan alternatif ahli-ahli Taurat itu ternyata dibuktikan benar. Ternyata perbedaan itu disebabkan karena miripnya ripnya kedua huruf Ibrani ?? (�resh�, r) dan ?? (�dalet�, d), apalagi jika dituliskan dengan tangan. Jadi manuskrip Qumran yang lebih tua telah membuktikan dengan meyakinkan keseksamaan, kebenaran, dan otentisitas naskah Masora. Gambar 3. Yeremia 31:38-40, teks Masora dalam terbitan modern. Keraguan bacaan �hasharemot� karena tidak dijumpai dalam bahasa Ibrani, para rabi Yahudi mengusulkan bacaan �hashademot� (padang, tanah lapang) pada kode Qere (bacaan yang diusulkan). Selama ribuan tahun perkiraan itu dlakukan dengan tetap membiarkan teks asli, sampai akhirnya penemuan DSS di Qumran 1000 tahun kemudian membuktikan kebenaran bacaan itu. 10 Satu contoh kasus yang lain adalah perbedaan teks kitab Yesaya 21:8a pada naskah Masora Allepo yang kabur dan tidak jelas dan berbeda dari naskah Masora yang lain. �..we yiqra aryeh �al mitsfeh, adonay..� (teks Masora Halab Allepo) �..maka berserulah ia: seekor singa Tuhan, bahwasanya aku berdiri pada bangunbangun..� (Klinkert, Terjemahan Lama) �..then he cried as a lion, �Lord, I am standing on my watchtower...� (King James Version) �..we yiqra ha-ro�eh �al mitsfeh, adonay..� (teks Qumran 1Qlsa) �..kemudian berserulah orang yang melihat itu: �di tempat peninjauanku, ya tuanku, aku berdiri�� (Indonesia, ITB 1974) �..and the lookout shouted, �my lord, I stand on the watchtower��� (New International Version) Bagaimana menjelaskan perbedaan �singa� dan �orang� tersebut? Ternyata dalam ayat ini ada perbedaan dalam naskah Masora (yang diterjemahkan ke versi jaman baheula macam KJV dan Terjemahan Lama), yaitu kata Ibrani: �ha-roeh� menjadi �aryeh�. Kasus ini akhirnya dipecahkan dan dibenarkan oleh DSS, yakni Manuskrip Nabi Yesaya 1Qlsa (yang kemudian diterjemahkan ke dalam NIV dan Terjemahan Baru). Di sini, huruf Ibrani ?? (�he�, h) terhapus karena usia pada naskah Masora Allepo, dan 2 huruf berikutnya, yakni: ?? (�resh�, r) dan huruf ?? (�alef�, a) tertukar tempatnya, sehingga terjadi perbedaan arti di atas. Tentu saja, penemuan DSS di Qumran ternyata juga menemukan kembali bentuk naskah asli yang berasal dari penulis kitab yang semula (pada contoh kita adalah nabi Yeremia dan nabi Yesaya). Sounds great to know, doesn�t it? (Untuk detail lengkap perbedaan �bacaan-bacaan yang diusulkan� [qere] terhadap �yang tertulis� [ketiv] yang dibuktikan benar oleh DSS, silahkan baca �Biblia Hebraeca Stuttgartensia� terbitan R. Kittel tahun 1990, karena memang to much todo but less time for me now.) 11 Oleh karena itu, para pengkritik yang terus mencari ketidak-akuratan Alkitab, kini semakin telanjang bulat di depan kritik ilmiah yang justru semakin membuktikan otentisitas Alkitab. Penerusan yang teliti dan seksama dari sistem Masora ini, kini dikembangkan dalam ilmu salinan yang dalam setiap edisi kritis Alkitab mencantumkan criticus apparatus, yaitu varian-varian teks yang berbeda-beda di bawah teks standar Masora yang dikenal berwibawa. Melalui edisi kritis itu, semua orang bisa meneliti sendiri dan melihat bahwa perbedaan-perbedaan teks Qere yang ada tidak pernah mengubah makna keseluruhan dari pewartaan kitab-kitab Yehuwa yang terjaga sepanjang zaman itu. Jadi, tuduhan kaum skeptis termasuk juga tuduhan dari quran yang mengatakan bahwa �Yahudi dan Kristen menutup-nutupi fakta yang sebenarnya�, terbukti tidak lebih dari sekedar dongeng yang telanjang di depan dunia akademis. Dan lagi, seluruh manuskrip yang berjumlah ribu itu sampai sekarang masih tersimpan dengan baik, antara lain di museum �Hekhal ha Sefer� (Shrine of the Books) di Israel. 1.3. Kebangkitan �bahasa nabi-nabi� Penemuan DSS di Qumran, tidak ayal telah menjadi mukjizat terbesar di paruh kedua abad 20 Masehi, bersamaan dengan kebangkitan kembali bahasa Ibrani dari �tidur panjang� selama hampir 2000 tahun. Penemuan naskah-naskah Laut Mati pada tahun 1947 itu seolah-olah menjadi tanda dan persiapan atas kejadian besar tahun berikutnya, yaitu penetapan �bahasa nabi-nabi� itu sebagai bahasa sebuah bangsa modern sejak tahun 1948, yakni berdirinya Negara Israel (yang saya harap bisa berdampingan dengan Negara Palestina dalam ko-eksistensi damai). Selama 2000 tahun bahasa ini nyaris mati dan hanya dikenal sebagai bahasa liturgis / pengajian kitab di sinagoga (seperti bahasa Latin di Gereja Roma dulu kala), dan kemudian tiba-tiba bahasa tersebut menjadi bahasa sehari-hari sebuah negara modern. Karena itu, orang-orang Israel harus membuat kata baru atau meminjam dari bahasa asing untuk hal-hal seperti �TV�, �mobil�, dan kosakata lain yang memang tidak dikenal pada zaman nabi-nabi. Namun bagaimanapun juga, bahasa Ibrani yang digunakan di Israel 12 modern itu pada dasarnya sama dengan bahasa Ibrani para nabi. Misalkan Musa, Daud, dan Salomon hidup kembali, mereka pasti dapat dengan mudah ngobrol-ngobrol dan minum kopi bersama orang-orang Israel modern di warung Tegal. Ini terbukti dari mudahnya para pengunjung museum Shrine of the Books untuk membaca tulisan dari foto-foto DSS di sana seperti layaknya membaca koran. Orang-orang Israel sekarang mengabadikan peristiwa mujizat itu menjadi sebuah lagu yang dibaktikan kepada Eliezer ben Yehuda, yang sejak tahun 1920 sudah berjuang untuk menghidupkan kembali bahasa Ibrani: �Eliezer ben Yehuda, Yehudi mevatea. Mile, mile huhaga memoho hakodeya. Hinne maha ivrit alef paim nuasma. Hava neirena, we namtsi et hayosma............ Eliezer ben Yehuda, seorang Putra Yahudi, melafalkan kata demi kata. Dia ajarkan dengan segenap pikirannya. Sungguh bahasa ini telah tertidur, akankah kita juga bangkit bersamanya?...� Inilah contoh betapa bukan hanya Gereja Kristen saja yang bersorak kegirangan karena penemuan DSS peninggalan dari komunitas Yahudi Esseni di Qum�ran, melainkan Yahudi arus utama yang melakukan kanonisasi TaNaKh (Torah, Neviim we Ketuvim) juga ikut bangga atas pembuktian historis DSS terhadap kebenaran kitab suci mereka. Fakta ini sekaligus menjawab tuduhan, bahwa apabila orang Kristen melakukan pemalsuan Alkitab, maka tentu saja akan gampang ketahuan, sebab baik Yahudi maupun Kristen membaca ayat-ayat kitab suci yang sama. Bahkan di dalam diri Yahudi sendiri terdapat beberapa fraksi, baik itu Yahudi mainstream, kaum Esseni, dan khusus kitab Taurat, kita juga masih bisa membandingkannya dengan edisi kaum Samaritan yang masih eksis hingga sekarang. Jadi, tuduhan pemalsuan kitab suci hanyalah dongeng yang berakar pada keyakinan dan taklid buta saja atas sebuah iman (atau dongeng?) yang keliru dan salah, bukan didasarkan atas hasil penelitian yang bersifat akademis yang dibangun di atas dasar fakta-fakta dan data-data sejarah. 13 14 Bab II DSS dan Akar Konsep Messiah Ilahi yang Dinubuatkan Sesuai janji, kita tidak akan berbicara mengenai iman di sini, melainkan mengenai historisitas dan kesinambungan sejarah dari doktrin / ajaran Gereja Kristen bahwa tentang keilahian sang Messiah. Banyak congor dari orang-orang yang melabeli dirinya sebagai �ahli� dan �pakar� yang berasumsi bahwa gagasan mengenai keilahian Yesus Kristus sebagai Firman / Kalimatullah adalah pengaruh dari �alam pikiran Yunani Hellenis mengenai Juru Selamat setengah dewa yang dibebankan kepada kekristenan Palestina yang sederhana.� Aku sendiri bersama dengan si GerTim (temanku dari era Ponren.com dulu ketika masih sama2 SMA) sudah membahas isu ini (walaupun masih dangkal dan belum mengeluarkan back up referensi) di sini (klik). Pandangan di atas setelah penemuan Qumran sudah banyak dikoreksi. Misalnya saja David Flusser, seorang teolog Yahudi malahan mengakui bahwa kristologi Gereja Kristen mengenai pra-eksistensi sang Messiah tidak berasal dari gagasan Hellenis semata-mata, melainkan berakar pada Yahudi Rabbinis dan Yahudi Hellenis. FYI, Yahudi Hellenis, meskipun mengambil-alih gagasan-gagasan Yunani, tetapi hanya dalam batas-batas tertentu sebagai sesuatu yang tidak mungkin dihindari waktu itu, dan pada akhirnya yang dominan adalah pandangan Yahudi. Yang dimaksud dengan �pengambil alihan yang tidak bisa dihindari tersebut� adalah pengambil-alihan istilah-istilah Yahudi, tapi istilah itu sendiri kemudian diubah maknanya dengan diisikan makna-makna Yahudi ke dalam istilah-istilah tersebut. [3] Dalam rangka meneguhkan asumsinya sendiri, mereka menanggapi penemuan Qumran mula-mula dengan penuh minat. Misalnya saja dengan mencari sumber-sumber dari apa yang mereka sebut sebagai pre-Pauline Christianity (kekristenan sebelum Paulus) dengan 15 mendata sebanyak mungkin persamaan antara tema-tema Perjanjian Baru dengan naskah Qumran. Beberapa �ahli� dengan berapi-api mencatat bahwa tema �terang� dan �gelap� dalam Injil Yohanes ternyata ditemukan parallel dengan Megilot ha Milkamah Bene �Or We Bene Hosekh (Gulungan Peperangan anak-anak Terang dan anak-anak Kegelapan) [4] Memang mirip dengan Injil Yohanes karena menyebut �anak-anak terang (bene �or)� dan �anak-anak kegelapan (bene hosyekh)�, tetapi kedua kelompok ini dalam naskah Qumran terus mengadakan peperangan kekal abadi, dan pihak anak-anak terang BELUM mengalahkan anak-anak kegelapan. Tentu saja ini BERBEDA dengan Injil Yohanes yang mengajarkan bahwa Terang yang adalah simbol dari sang Juru Selamat dunia itu: �...telah bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya� (Yoh 1:15). Maksudnya, Terang SUDAH berjaya atas kegelapan. Perbedaan ini juga dilatarbelakangi konsep kedua komunitas mengenai sosok sang Messiah Ini karena komunitas Qumran di bawah asuhan Moreh hasy syedeq (Guru Kebenaran) itu, sebagaimana orang-orang Yahudi, masih menanti-nanti kedatangan Messiah yang BELUM datang. Sedangkan bagi iman Kristen, Yesuslah sang Messiah yang SUDAH datang itu. Bagi orang Kristen, Kerajaan Allah sudah datang di dalam diri Yesus, sedangkan bagi kaum Esseni, sosok Guru Kebenaran itu hanya membimbing umatnya sebatas: ....ad mamod Mashiah Ahron we yisrael.... sampai bangkitlah Messiah bagi kaum Harun dan Israel. [5] Sedikit melebar karena istilah �Guru Kebenaran� ini, aku sendiri sampai ketawa ketika baca bukunya Barbara Thiering dan Robert Eissenman yang mengatakan bahwa �Guru Kebenaran� itu adalah Yohanes Pembaptis (versi Thiering) dan Rasul Yakobus (versi Eissenman). Guru Kebenaran ini memiliki 2 orang musuh, yaitu �Imam Jahat� yang berasal dari luar komunitas Qumran, dan satu lagi adalah �Orang Pendusta� yang berasal dari dalam komunitas. Luar biasanya, menurut Thiering, yang dimaksud �Imam Jahat� adalah Yesus Kristus sendiri. [6] 16 Jadi Yesus dihadap-hadapkan sebagai musuh dengan Yohanes Pembaptis, yang dalam Perjanjian Baru (yang notabene adalah merupakan teks sejarah dari abad pertama) justru dikenal sebagai Bentara Kristus, karena: �....ia harus memberi kesaksian tentang terang itu..� (Yohanes 1:7). Lain halnya dengan Thiering, Eissenman mengajukan teori bahwa �Imam Jahat� dan �Orang Pendusta� itu adalah Anas (imam agung baitullah di Yerusalem) dan Rasul Paulus. Tentu saja congor Eissenman dalam topik ini tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena Rasul Yakobus hidup pada abad pertama masehi, sementara orang yang disebut sebagai Moreh hasy syedeq (Guru Kebenaran) itu sudah mokat sejak 100 tahun lebih sebelum manusia Yesus lahir ke dunia seperti yang dituliskan oleh Jean Danielou [7] , dan yang juga bisa dlihat pada Dokumen Damaskus (CD XIX 33-34, XX:1) yang ditemukan dalam gua 5 Qumran: XIX 33 ken kal ha enashim asher bo be b�rit ha hadasah be arets Damsheq we shebo we yivgado we yisoro mi bar mayi ha mayim; 34 lo yihshabo besud �im we bekhetuvim lo yiktabu mi yom ha asek (yor moreh) XX 1 moreh hayyahad, �ad amod Mashiah mi ahron we mi yisrae�el XIX 33 Begitu juga dengan semua orang yang memasuki jemaat Perjanjian Baru di Damaskus, tetapi yang kembali tidak setia, serta menyimpang dari sumber air kehidupan; 34 tidaklah mereka diperhitungkan masuk ke dalam komunitas jemaat dan dalam buku mereka tercatat, terhitung mulai dikumpulkannya XX 1 Guru Komunitas, sampai datangnya Dia yang diurapi (Messiah) dari Harun dan Israel. [8] Ungkapan �hari dikumpulkan� (yom ha asek) adalah bentuk singkat dari �dikumpulkan kepada bapa-bapa leluhurnya�, yang berarti �wafat� (bdk. Kejadian 25:17). Berdasarkan metode Paleografi, catatan ini ditulis tahun 100 SM. Jadi DSS sendiri membuktikan bahwa Sang Guru Kebenaran telah mati 1 abad sebelum Yesus dan tuduhan-tuduhan 17 Eissenman yang dikenakan terhadap Paulus yg hidup 1 abad lebih setelah Guru Komunitas Qumran ini wafat adalah salah. Sebagai tambahan untuk membungkam congor Eissenman, naskah Damaskus yang mencatat kematian Guru Kebenaran ini tidak menyebut sama sekali kaum Kittim (�Pembinasa�, sebutan untuk bangsa Romawi). Ini karena sebagai bangsa penakluk yang kejam, imperium Romawi baru memasuki Israel / Palestina tahun 63 SM. Okay, sudah cukup melebarnya, sekarang mari kita kembali ke pembahasan sang Messiah ilahi dalam DSS yang membantah klaim para polemikus yang mengatakan bahwa konsep Putra Allah dan Messiah ilahi adalah konsep Hellenisme Yunani yang dipaksakan kepada konsep kekristenan Palestina yang sederhana. Ternyata Gereja Kristen tidak perlu membuang waktu untuk berusaha menjawab tuduhan ini (bahwa konsep Putra Allah / Messiah ilahi adalah konsep Platonik Hellenisme). Ini karena Yehuwa sendiri sudah menjawab tuduhan ini dengan melalui penemuan DSS yang fenomenal, terutama melalui penemuan �Naskah Putra Allah� yang ditemukan di gua ke-4 dan untuk pertama kali diumumkan pada 6 September 1992. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah terjemahan dari naskah 4Q424 kolom ke-2 yang menghebohkan itu: 18 Gambar 4. Fragmen �Putra Allah� yang ditemukan di gua ke-4 Qumran (4Q246). Meskipun fragmen ini sudah ditemukan sejak tahun 1958, tetapi baru diumumkan tahun 1992 karena perang dan karena keserakahan pemerintah negara Israel dalam hal hak �royalti�. Dahulu para agnostik menuduh Gereja Katolik Roma �menyensor teks-teks Qumran yang membahayakan iman Gereja�, tetapi kenyataannya justru fragmen-fragmen tersebut membuktikan ajaran Gereja Kristen mengenai keilahian Messiah. 1. Dia akan disebut Putra Allah, mereka akan memanggil-Nya Putra dari Yang Mahatinggi. Laksana gugusan bintang-bintang 2. yang engkau lihat, demikianlah akan jadi kerajaan mereka. Mereka akan memerintah pada hari-hari yang ditentukan bagi mereka 3. di bumi, dan seorang melawan lainnya. Kaum bangkit melawan kaum, dan bangsa akan berhadap-hadapan dengan bansa, 19 4. sampai umat Allah dibangkitkan, dan menghentikan seorang demi seorang dari pedang. 5. Kerajaan-Nya akan menjadi kerajaan yang kekal, karena Dia selalu benar dalam segala jalan-Nya. Ia akan mengadili dunia dengan keadilan... [9] Ungkapan bahasa Aramia, �....bereh di �el yetamar we bar �lyon... Dia akan disebut Putra Allah, mereka akan menyebut-Nya Putra dari Yang Mahatinggi.....�, dan �..malkutah malkut �olam...kerajaan-Nya adalah kerajaan kekal..�, secara menakjubkan paralel dengan berita malaikat Gabriel mengenai kelahiran Yesus Kristus: �ha geir tqabelin batana, utaledin bra utiqerin smeh yeshu�a. Hana nihra rav, wabrah d�ilaya... we malkutah sok la nihwa..... sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar, dan akan disebut Putra Allah yang Mahatinggi... dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan� (Lukas 1:31-33, Peshitta Aramaica) Ini belum lagi ditambah dengan ungkapan: �... Dia selalu benar dalam segala jalan-Nya. Ia akan mengadili dunia dengan keadilan..� yang paralel dengan pernyataan Yesus dalam teks Yohanes 14:6 yang menyatakan bahwa Ia adalah Jalan dan Kebenaran itu sendiri. Lebih lanjut mengenai hak �pengadilan terakhir� oleh sang Messiah ini bisa dilihat pada catatan sejarah yakni surat Polikarpus dari Smirna kepada Gereja di Filipi sebagai berikut: �If then we entreat the Lord to forgive us, we ought also ourselves to forgive; for we are before the eyes of our Lord and God, and "we must all appear at the judgment-seat of Christ, and must every one give an account of himself�.. Jika kita kemudian memohon kepada Tuhan untuk mengampuni kita, kita sebaliknya juga harus mengampuni (orang lain); karena kita berada di depan mata Tuhan dan Allah kita, dan �kita semua harus hadir pada tahta pengadilan Kristus, dan setiap orang harus memberikan catatannya sendiri-sendiri� [10] 20 Menurut Polikarpus yang notabene adalah murid langsung dari rasul Yohanes penulis Injil, Messiah adalah Tuhan dan Allah, dan Messiah-lah yang nantinya akan menjadi hakim pada pengadilan akhir, sementara Perjanjian Lama dan tradisi Judaisme sendiri menyaksikan bahwa pengadilan akhir adalah hak prerogatif Allah seorang dan Yahwe sendirilah yang akan turun sebagai Hakim sesuai dengan Yesaya 24:21: �Maka pada hari itu YAHWE akan menghukum tentara langit di langit dan raja-raja bumi di atas bumi.� Lagipula, apakah makna sebutan �Putra Allah� bagi sang Messiah dalam naskah-naskah Qumran di atas? Ternyata bukan sekedar sapaan / gelar umum, melainkan yang ditekankan adalah kekekalan sang Messiah, yang justru parallel dengan ajaran Gereja Kristen mengenai kelahiran ilahi Yesus Kristus sebagai Firman / Kalimatullah dari Sang Bapa atau Wujud Allah Yang Mahaesa. Para teolog liberal dan juga kaum skeptis terhadap kristologi Gereja purba tidak hanya terkejut, melainkan juga shock akan peneguhan yang begitu tegas mengenai sifat pra-eksistensi Messiah dalam naskah-naskah Qumran. Lebih jauh, Hershel Shanks yang notabene adalah peneliti senior di Qumran mengatakan: �Inilah kali pertama ungkapan �Anak Allah� ditemukan dalam sebuah teks di luar Alkitab. Teks ini luar biasa pentingnya bagi semua ahli Perjanjian Baru untuk memahami latar belakang term-term dari Injil Lukas, seperti �Anak Yang Mahatinggi� dan �Anak Allah�. Sebelumnya, beberapa sarjana menyangka bahwa istilah tersebut berasal dari filsafat hellenis di luar Palestina, dan menentukan perkembangan doktrin Kristen selanjutnya. Sekarang kita tahu bahwa term-term itu ternyata ajaran Kristen yang murni berakar pada lingkungan Yahudi sendiri.� [11] DSS membuat para scholar yang menuduh kekristenan tersebut akhirnya banyak yang bersedia mengkoreksi anggapan mereka selama ini. Mereka-mereka ini disebutkan oleh Shanks sebagai: 21 �....had already suggested that the figure might represent a Jewish Messiah, conceived of as being begotten of the Lord, still before the advent of the earliest Palestinian Christianity.....mendukung bahwa konsep Messiah Yahudi yang dilahirkan dari TUHAN, (sudah ada) sebelum (kedatangan) kekristenan Palestina yang paling awal (sekalipun).....� [12] Ini belum lagi ditambah dengan dukungan dari beberapa bagian lain dari gua ke-4 yang jelas-jelas menunjuk kepada keilahian Messiah. Misalnya, teks 4Q286 menyebutkan bahwa: �syemayim amo yeshaken le �ad� surga (maksudnya Allah) akan bershekinah pada sang Messiah selama-lamanya.� [13] Penyebutan syemayim (surga) sebagai ganti kata Allah lazim digunakan di kalangan Yahudi dari dahulu sampai sekarang, karena mereka tidak berani mengeja �Nama itu� (YHWH) dengan sembarangan (bdk. Lukas 15:18). Hal ini ditegaskan oleh Herbert Vorgrimer sebagai berikut: �Pemakaian kata �kerajaan surga� untuk kerajaan Allah menimbulkan salah paham dalam pengertian banyak orang, seolah-olah Yesus mau bicara mengenai bagaimana orang sesudah kematiannya dapat masuk surga. Padahal bagi orang Yahudi zaman Perjanjian Baru, �surga� hanya kata lain untuk Allah, sebab mereka � karena rasa hormat yang aat mendalam � tidak mau terlalu mudah berbicara mengenai Allah�..� [14] Jadi, DSS menegaskan bahwa Allah itu sendirilah yang akan ber-shekinah (tinggal) di dalam sang Messiah. . Begitu pula dengan teks 4Q521:1 menegaskan bahwa: �..hasy syemayim we ha arets yishma�u le mashiho�. makhluk-makhluk surga dan bumi akan mendengar kepada Messiah mereka.� [15] 22 Lebih jauh, selain naskah-naskah �Putra Allah� dari gua ke-4, masih ada teks-teks lain yang juga menekankan �kelahiran ilahi� Messiah dari Allah. Dr. R. Gordis, dalam penelitiannya atas naskah-naskah Laut Mati, mengutip ungkapan dari naskah gua ke-1 (1Qsa2:12) dan menarik kesimpulan bahwa pengharapan messianik Qumran mengakui konsep kelahiran ilahi sang Messiah (the concept of Divinely beggoten Messiah) [16], yang akhirnya ditekankan oleh Rasul Yohanes sebagai mukadimah Injil yang ditulisnya (Yohanes 1:1-18). Untuk lebih memahami konteks, mari aku kutipkan terjemahan teks 1Qsa 2:12 sebagai berikut: �Sesuai dengan rencana ilahi untuk orang kemasyuran-Nya, agar dikumpulkan mereka dalam kumpulan jemaah Tuhan, ketika Allah melahirkan sang Messiah (�im yolid �el et ha mashiah) bagi mereka.� [17] Penegasan mengenai kelahiran Messiah di atas, yang dalam beberapa Targum (komentarkomentar PL dari zaman pra-Kristen) mengenai personifikasi Memra (Firman Allah) dan identifikasinya dengan Messiah, ternyata juga melatar belakangi kristologi Gereja purba mengenai Logos ilahi yang tidak tercipta dan yang telah nuzul menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:14). Dengan penemuan DSS ini, tampak jelas bahwa sumber-sumber kristologi Gereja Kristen adalah berasal dari alam pikiran Yahudi. Ini menjadi bukti telak dan tak terbantahkan bahwa keilahian Messiah bukanlah doktrin dari dari luar macam Platonisme Hellenis Yunani, melainkan doktrin dari Yahudi Esseni sendiri yang dulunya notabene adalah mainstream (kaum Hassidim) di Yerusalem sebelum mereka mengungsi di Qumran sebagai akibat pecahnya perang saudara pada tahun 163 SM antara mereka melawan Imam Besar Yonatan (pengganti Yudas Makabe) yang semakin longgar berkompromi dengan kebudayaan Yunani. Ini semua bisa anda baca di kitab Deuterokanonika 1 Makabe dan tulisan Flavius Josephus, sejarahwan Greeko-Yahudi abad pertama dalam Jewish War II, 8:2 dan Antiquities XV, 10:4. Nah, di sinilah bagian yang menarik karena membuat Islam pontang-panting. 23 Bagi Yahudi, tentu menjadi masalah jika ternyata mereka pada akhirnya nanti harus mengkoreksi bahwa Messiah ternyata adalah ilahi, bahwa Yehuwa akan ber-shekinah (tinggal) di dalam Messiah. Namun masalah yang dihadapi oleh agama Yahudi ini tidak sebesar permasalahan yang harus dihadapi oleh agama Islam dalam menyikapi penemuan DSS ini. Sebabnya adalah karena umat Yahudi sampai sekarang masih menanti-nantikan Messiah yang belum datang dan tidak mengakui bahwa Yesus adalah Messiah. Namun hal yang berbeda ditemukan dalam Islam karena mereka mengakui dalam quran mereka bahwa Messiah sudah datang dan bahwa manusia yang bernama Isa Ibn Maryam adalah Messiah tersebut. Oleh karena itu, jika Islam mengaku bahwa mereka adalah sama-sama agama semit yang berasal dari monotheisme bapak Abraham, maka mereka harus mengakui pula bahwa orang yang bernama Isa Ibn Maryam dalam quran mereka adalah sang ilahi itu sendiri. Ini karena Yahudi yang notabene adalah �bunda dari agama semit� ternyata dibuktikan oleh DSS memiliki akar ajaran bahwa Messiah adalah ilahi. Oleh karena itu ketika quran menyatakan bahwa: �..telah kafirlah orang yang berkata bahwa Allah itu al-Masih...�, maka dengan ini bukan Yahudi dan Kristen, namun Islam dengan teks quran dari abad ke-7-nya sendirilah yang telah mengucilkan dirinya dari akar agama semit. Ini disebabkan karena baik Yahudi maupun Kristen ternyata memiliki konsep bahwa sang Messiah ternyata adalah Firman / dabar Yehuwa yang tinggal menetap di dalam daging, sementara Islam tidak dan hanya berlindung di balik klaim mereka akan �teks yang didiktekan oleh Allah�, berlindung di balik �klaim wahyu� yang bahkan tidak bisa dibuktikan kebenarannya, terutama jika ditinjau dari sisi historisitasnya. 24 Bab III DSS dan isu pemalsuan kitab suci �Di Karthago pun ucapan-ucapan seorang bernama Elpidus, yang membantah kaum Manikheis dalam perdebatan langsung, sudah mulai menggoyahkan aku karena mengenai Kitab-kitab suci itu dikemukakan alasan-alasan yang sedemikian rupa hingga sukar dibantah. Jawaban yang diberikan kaum Manikheis pada hematku lemah. Mereka memang tidak gampang mengungkapkannya di depan umum, tetapi mereka memberinya kepada kami dalam kalangan akrab sambil berkata bahwa kitab-kitab Perjanjian Baru dipalsukan oleh entah siapa dengan maksud memasukkan hukum orang-orang Yahudi dalam iman kekristenan. Sementara mereka sendiri tidak mampu memperlihatkan satu naskah pun yang tidak diubah.� [18] �Dalam perdebatan dengan kaum Manikheis, sering orang Kristen menantang pihak lawan agar menunjukkan bahan bukti, yaitu suatu eksemplar kitab suci yang tidak dipalsukan. Jawab yang biasa diberikan kaum Manikheis adalah: �Kami tidak akan melakukannya, sebab orang akan mengira bahwa kamilah yang memalsukan eksemplar yang kami tunjukkan�� [19] Kalimat-kalimat di atas adalah ucapan Augustinus pada abad ke-4 ketika ia masih menjadi penganut agama Manikheanisme. Seperti yang anda lihat sendiri, orang-orang Kristen selalu terbuka terhadap �gugatan pemalsuan kitab suci�, dan alih-alih menghindar, mereka selalu menantang kepada setiap penuduhnya untuk membawakan bukti naskah kitab suci yang asli jika memang benar bahwa kitab suci telah dipalsukan. Ini karena di dalam pengadilan yang fair di manapun, pihak penuduh harus membuktikan bahwa tuduhannya adalah berdasarkan bukti dan fakta, dan bukan atas persangkaan belaka. Sementara DSS sudah menjadi pembuktian terbalik bagi otentisitas kitab suci PL, maka 25 sekaranglah waktunya bagi kaum penuduh untuk membawakan bukti historisnya, karena tuduhan tanpa bukti adalah fitnah. Namun seperti anda lihat sendiri, sampai detik ini tidak ada satupun penuduh yang mampu membuktikan tuduhannya secara akademis, melainkan mereka terus bertahan dalam mental getto yang merupakan sifat dari orang-orang dungu. Mereka semua hanya berputar-putar dan memberikan jawaban yang sama seperti jawaban kaum Manikhean dari 1600 tahun kemarin. Dan terus terang saja, ini semakin membuktikan bahwa orang bodoh memang tidak pernah belajar dari sejarah, dan bahwa sejarah memang hanya berputar-putar saja di situ-situ sja karena banyaknya orang bodoh yang tidak mau belajar. Sangat membosankan. Oleh karena itu, kita akan bermain di area yang sederhana dulu dengan mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 3.1. Siapa yang mengubah? Setelah 60 tahun sejak penemuannya pertama kali tahun 1947, naskah-naskah Qumran kini bukanlah misteri lagi. Kesamaan-kesamaan dalam sejumlah terminologis yang dipegang oleh Gereja Kristen dan komunitas Esseni di Qumran adalah bukan hal yang aneh lagi karena memang keduanya berasal dari ibunda yang sama: agama Yahudi, dan bahkan berdasar pada kitab suci yang sama. Penemuan DSS harusnya menyadarkan para polemikus (termasuk polemikus islam tentunya), bahwa di dunia ini ada 3 komunitas agama (Yahudi, Samaritan, Kristen) yang sudah berpisah selama 2000 tahun lebih, tetapi ketiganya tetap mendasarkan pada sumber tertulis yang satu dan sama. Muslim-muslim geblek yang congornya lebih maju dari data-data di tangannya bisa saja mengklaim bahwa mereka juga mempercayai Taurat, tetapi kenyataannya mereka TIDAK berakar pada sumber tertulis yang sama, yaitu Taurat. Dalam kasus Taurat ini, Islam hanya membayangkan ada wahyu Tuhan yang bernama Taurat (dan yang dibayangkan menurut pengertiannya sendiri tentang wahyu), tetapi begitu mereka 26 dihadapkan kepada kenyataan bahwa Taurat yang ada tidak seperti yang mereka bayangkan, mereka langsung mengembangkan tuduhan pemalsuan. Tetapi bagaimana dengan kenyataan bahwa eksistensi Taurat Yahudi, Samaritan, dan Kristen ternyata SAMA meskipun ketiga komunitas mengembangkan penafsiran yang berbeda dari kitab yang SATU dan SAMA itu? Tafsiran bisa berbeda-beda, tapi kitab suci yang dirujuk sama. Fakta ini berteriak lebih nyaring menjawab tuduhan pemalsuan Taurat, yang memang lebih merupakan �sebuah keyakinan / taklid buta atas iman yg salah� ketimbang didasarkan atas fakta2 historis. Gambar 5. Sefer Beresyit (Kitab Kejadian) pasal 1 dalam bahasa asli Ibrani, dengan tafsir bahasa Aramia (Targum Onqelos) edisi Yahudi. TIDAK ADA PERBEDAAN SAMA SEKALI dengan Taurat Kristen, meskipun keduanya sudah berpisah 2000 tahun lamanya. 27 Jadi siapa sebenarnya yang memalsukan Taurat? Apakah Yahudi, Samaritan, ataukah Kristen? Kalau benar Yahudi memalsukan Taurat, maka Samaritan yang di kerajaan utara yang bepisah dari Yahudi di kerajaan selatan semenjak jaman Salomon tapi tetap mewarisi Taurat yang sama, pasti akan dengan mudah menjatuhkan agama Yahudi. Demikian sebaliknya jika Gereja Kristen yang berpisah dari agama Yahudi setelah konsili Yerusalem tahun 50 (Kisah Rasul 15), pasti akan dengan mudah digusur sama Yahudi dan Samaritan. Tapi apa fakta di lapangan? Apa ketiganya saling menuduh memalsukan Taurat? Atau ingin mengembangkan teori baru dengan mengatakan bahwa ketiganya (Yahudi, Samaritan, dan Kristen) yg saling bersilang sengketa mengenai penafsiran Taurat itu kemudian bekerjasama mengubah-ubah Taurat dan kemudian rela mati sahid demi kitab palsu yang di-edit-nya sendiri itu? Aku harap tidak ada orang yg sedemikian idiot untuk berpikir hal konyol seperti itu. Bagi muslim yang menuduh Yahudi dan Kristen telah memalsukan kitab suci, ada baiknya pertanyaan ini diteruskan dengan memperhatikan tafsir surah 6:146 dari Ibnu Katsir yang tersohor di dunia Islam karena menampilkan sanad (mata rantai pencerita) dan matan (isi) hadits-hadits pendukung asbabun nuzul ayat yang dibahasnya: ��there are some who displace words from (their) right places) meaning, they intentionally and falsely alter the meanings of the Words of Allah and explain them in a different manner than what Allah meant�. ada beberapa orang yang menukar kata-kata dari tempatnya yang semula, yang berarti bahwa mereka bertujuan dan secara salah menambahkan makna dari kalimat-kalimat Allah dan menjelaskannya dalam cara yang berbeda dengan apa yang Allah maksudkan�� [20] Lalu di bagian lain, Ibnu Katsir juga menambahkan: 28 (who distort the Book with their tongues) means, "They alter them (Allah's Words).'' Al-Bukhari reported that Ibn `Abbas said that the Ayah means they alter and add although none among Allah's creation can remove the Words of Allah from His Books, they alter and distort their apparent meanings. Wahb bin Munabbih said, "The Tawrah and the Injil remain as Allah revealed them, and no letter in them was removed. However, the people misguide others by addition and false interpretation�. (yang mendistorsi Kitab dengan lidah mereka) berarti bahawa, �Mereka menambahkannya (kalimat-kalimat Allah).� Al-Bukhari melaporkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat tersebut berarti bahwa mereka menambahkan dan walaupun tidak ada makhluk Allah yang dapat memindahkan kalimat-kalimat Allah dari Kitab-Kitabnya, mereka menambahkan dan mendistorsi arti (makna kitab-kitab itu yang) sebenarnya. Wahab bin Munabbih mengatakan, �Taurat dan Injil tetap seperti pada saat Allah menurunkannya, dan tidak ada huruf di dalamnya yang diubah. Meskipun demikian, orang-orang membuatnya keliru dengan menambahkan interpretasi yang salah.....� [ 21] Kalau kamu baca tafsiran Ibnu Katsir ini lebih lanjut, Ibnu Katsir pada bagian ini memang seperti ingin berbalik arah dari kalimatnya sendiri yang aku kutip sebelumnya di atas dengan melemparkan isu bahwa yang dimaksud �Taurat� dan �Injil� adalah Taurat dan Injil yang ada di sisi Allah dan bukan yang sekarang terdapat dalam kanon PL dan PB. Namun hadits narasi Ibnu Abbas yang dikutipnya sendiri menyebutkan dengan tegas dan pasti bahwa: �Taurat dan Injil tetap seperti pada saat Allah menurunkannya, dan tidak ada huruf di dalamnya yang diubah. Meskipun demikian, orang-orang membuatnya keliru dengan menambahkan interpretasi yang salah.....�. Mari tinggalkan pandangan-pandangan teologis dari tafsir Ibnu Katsir ini, dan mari memperlakukan teks sebagaimana porsinya dengan memandangnya sebagai teks historis 29 yang merepresentasikan kepercayaan umum (common believe) ulama-ulama besar Islam dan umat muslim waktu itu (ketika Ibnu Katsir menuliskan tafsirannya). Dan silahkan dilihat bahwa muslim pada periode awal era Islam tidak pernah menuduh Yahudi dan Kristen mengubah teks-teks kitab suci. Yang Ibnu Katsir tuduh adalah pemutarbalikkan interpretasi dari kitab suci (al-tahrif al-ma�nawi) dan bukan kitab suci itu sendiri yang diubah (al-tahrif al-lafzi). Ya, pandangan tersebut (bahwa hanya penafsiran dan bukan kitabnya yang diubah) adalah common believe dari muslim-muslim perdana dulu, ternyata bukan hanya Ibnu Katsir,melainkan juga di-koroborasi oleh ulama-ulama besar di era awal Islam, macam Tabari (penulis tarikh Tabari, riwayat Muhammad setelah karya Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam), ulama macam Ibnu Khaldun, dan yang lain. Imam Tabari mengatakan: The word of God meant in this verse is the Quran. This word is complete in truth and justice. Nothing can change Allah�s word which he revealed in his BOOKS. The liars cannot add or delete from Allah�s BOOKS. This is referring without a doubt to the Jews and Christians because they are the people of the books which were revealed to their prophets. Allah is revealing that the words they (the people of the book) are corrupting were not revealed by Allah, but Allah�s word cannot be changed or substituted.. Kalimat Allah pada ayat ini adalah quran. Kalimat ini adalah sempurna dalam kebenaran dan keadilan. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat Allah yang telah Ia turunkan ke dalam KITAB-KITABNYA. Para penipu tidak dapat menambah atau menghapus dari KITAB-KITAB Allah. Tanpa ragu, ini (juga) menunjuk kepada Yahudi dan Kristen karena mereka adalah ahli kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi mereka. Allah mewahyukan bahwa yang rusak adalah kalimat-kalimat mereka (ahli kitab) yang tidak diwahyukan oleh Allah, tapi kalimat Allah sendiri tidak dapat dirubah atau digantikan.. [22] 30 Ayat yang di-refer oleh Tabari sebenarnya memang menunjuk kepada Quran, tapi Tabari sendiri mengatakan bahwa tidak ada yang dapat mengubah kitab-kitab (books) yang Allah wahyukan, yang tidak hanya kitab (single book) Quran, melainkan termasuk juga kitab-kitab (plural books) yakni: Taurat, Zabur, dan Injil yang Allah wahyukan juga kepada ahli kitab (Yahudi dan Kristen). Razi, seorang komentator muslim awal mengatakan bahwa �terdistorsi� dapat berarti pemalsuan teks, tapi Tuhan tidak akan membiarkan kalimatNya diubah sehingga menjadi tidak bias dipercaya lagi. Razi berargumen secara teologis: ��God�s words must reflect His nature. God is trustworthy; Scripture is God�s words; therefore, Scripture must be trustworthy. Moreover, the Qur�an says that God�s word cannot be altered (6:34, 10:64, 18:27) and that God would guard it from corruption (15:9). If the Gospel has been corrupted, then God has failed to keep His promises. Why would He have even given it if He knew it would become corrupted?� ��kalimat-kalimat Allah harus mencerminkan sifat-Nya. Allah adalah bisa dipercaya; Kitab suci adalah kalimat-kalimat Allah; oleh karena itu, kitab suci harus bisa dipercaya. Lebih lanjut, quran mengatakan bahwa kalimat Allah tidak bisa ditambahkan (surah 6:34, 10:64, 18:27) dan bahwa Allah akan menjaganya dari kerusakan (15:9). Jika Injil telah dirusakkan (diubah), maka Allah telah gagal menjaga janji-Nya. Kenapa pula Ia harus memberikan sesuatu yang Ia sendiri tahu akan korup?� [23] Sekali lagi, mari kita tinggalkan hal-hal yang berbau iman, berbau teologis, dan hal-hal sejenis, melainkan mari kita perlakukan teks sesuai porsinya dan memandang tulisantulisan Ibnu Katsir, imam Tabari, dan ar-Razi ini sebagai bukti catatan historis atas sudut pandang ulama-ulama besar Islam generasi pertama. Dan memang, inilah kenyataannya, yakni ulama-ulama muslim di awal era Islam tidak pernah menuduh bahwa PL dan PB adalah korup. Hal ini ternyata dituliskan kembali oleh Geoffrey Parrinder sebagai berikut: 31 �Tetapi sarjana-sarjana yang lain (Tabari, Ibnu Khaldun, dll) mengatakan bahwa mereka telah menginterpretasikan kata-kata atau isi Bible secara keliru. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa tahrif berarti merubah sesuatu dan sifatnya yang asli, tetapi tidak seorang pun mampu merusak kata-kata yang datang dari Tuhan. Jadi, paling maksimal, penyimpangan yang dapat dilakukan orang-orang Kristen hanyalah melakukan interpretasi keliru terhadap firman Tuhan. Kaum muslim pun dapat melakukan hal yang sama terhadap quran dan orang-orang Yahudi terhadap Taurat. Injil tetap dalam keadaannya yang asli, tetapi maknanya mungkin saja dirusak dengan hujah-hujah yang tidak benar. Inilah yang dikemukakan Bukhari dan surat 3:78-79 dikutip untuk menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi mungkin saja telah menafsirkan kitab suci secara keliru, namun ia (Taurat) sendiri tetap utuh: �Di antara mereka ada kelompok yang memutar-mutar lidahnya membaca kitab, supaya kamu mengiranya sebagai bagian dari kitab, padahal ia bukanlah bagian dari kitab.... jadilah kamu orangorang rabbani (berilmu dan bertakwa) karena kamu mengajarkan kitab dan juga mempelajarinya�..� [24] Silahkan dilihat pandangan ulama-ulama besar di awal sejarah Islam itu, dan silahkan dilihat bahwa tafsiran quran yang mengatakan bahwa Taurat dan Injil telah diubah itu hanyalah sekedar tafsir bernuansa polemik dari muslim-muslim modern yang sebenarnya tidak lebih dari sekedar mencontek sarjana-sarjana liberal dan juga saksi Yehovah (yang menuduh bahwa Alkitab memiliki 50 ribu kesalahan, tanpa pernah bisa memberikan daftar satu per satu dari 50 ribu kesalahan tersebut). Pada zaman modern beberapa polemik populer mungkin menyalahkan orangorang Kristen karena telah merubah Injil, namun ada juga sejumlah komentator muslim yang lebih suka pada pandangan bahwa tafsirannyalah yang telah dikelirukan, bukan teksnya. Sayyid Ahmad Khan, penulis muslim pertama yang mengomentari Bible, menganut pandangan ini, dan ia berusaha mempertemukan penafsiran orang Kristen dan muslim.. [25] 32 Atas perbedaan tafsir sepanjang sejarah Islam masa lalu melawan tafsiran muslim masa kini yang saling mengeliminasi itu, maka hanya ada opsi bahwa salah satu atau kedua tafsiran tersebut adalah salah. Silahkan dipilih: - Ibnu Abbas, Ibnu Katsir, imam Tabari, ar-Razi yang tersohor di dunia Islam itu ternyata salah. - Muslim masa kini yang menuduh bahwa Yahudi dan Kristen memalsukan kitab suci ternyata salah. - Baik Ibnu Abbas, Ibnu Katsir, imam Tabari, ar-Razi maupun muslim masa kini yang menuduh bahwa Yahudi dan Kristen memalsukan kitab suci ternyata keduanya salah. Kind�a hard to choose, huh? 3.2. Mengapa diubah? Kaum penuduh sampai sekarang tidak bisa menyebutkan siapa yang mengubah Taurat: apakah Yahudi, Samaritan, atau Kristen. Tidak adanya saling tunjuk palsu di antara ketiganya hanya memberikan dua buah opsi terakhir bagi penuduh, yaitu: �tidak ada pemalsuan� dan �ketiganya bekerjasama mengubah Taurat�. Orang yang waras dan jujur tentu saja akan memilih opsi pertama, namun ada pertanyaan yang lebih besar jika opsi kedua yang dipilih, yaitu: �mengapa mereka bertiga yang notabene bermusuhan sampai harus bekerja sama demi hal yang bahkan tidak jelas demi tujuan apa? Apa motif dibalik pemalsuan yang dilakukan ketiga kubu yang saling bermusuhan secara teologis itu?�. Apakah motif uang? motif kekuasaan? Atau motif yg lain? Bisakah kaum penuduh membuktikan bahwa Petrus, Paulus, Yakobus, Markus, Matius, Ignatius, Polikarpus, dsb, dsb telah mendapatkan uang dan kekuasaan dari �pemalsuan� yang mereka lakukan? Ataukah mereka semua rela mati demi iman kepada Messiah yang 33 telah menggenapi nubuatan kitab suci yang sudah mereka ketahui palsu karena mereka palsukan oleh tangan mereka sendiri? Silahkan dengkul.. eh salah.. logikanya dipakai. 3.3. Kapan diubah? Powell Davies (yang notabene adalah sarjana liberal) menuliskan bahwa ada 2 metode yang dipakai para scholar untuk menentukan usia naskah, yaitu: metode paleografi dan metode karbon C-14. 3.3.1. DSS & Metode Paleografi Metode paleografi adalah cara paling umum yg dikenal untuk menentukan usia naskah dari ciri-ciri aksara yang digunakannya. Ini karena setiap zaman memiliki kebiasaan cara menulis aksara, dan bentuk-bentuk aksara tulisan tangan dari zaman ke zaman selalu berbeda dan berubah. 2 tokoh yang dikenal ahli yang menerapkan metode ini dalam penelitian DSS adalah Prof. Eliezer Sukenik (Guru Besar Hebrew University Yerusalem) dan Prof. Albright (John Hopkins University, Baltimore, US). Salah satu dasar penyimpulan kedua ahli tersebut adalah bahwa aksara yang digunakan dalam naskah2 Qumran adalah sama dengan aksara yang digunakan dalam temuantemuan jambangan yang berasal dari abad pertama sebelum dan sesudah Masehi. Itu berarti naskah2 Qumran berusia sama dengan jambangan-jambangan tersebut. Menilik bentuk aksaranya, Albright dan Cross, muridnya, menyimpulkan bahwa DSS yang paling muda tidak lebih dari tahun 135 M dan naskah paling tua berasal dari abad ketiga SM (antara 225-200SM). Kesimpulan ini akhirnya di-koroborasi (diteguhkan) dengan temuan-temuan surat-surat Bar Kohba di wadi Maraba�at. FYI, Bar Kohba adalah pemimpin Israel yang memberontak kepada namun akhirnya berhasil ditumpas, dan Yerusalem jatuh total ke tangan imperium Romawi.[26] 34 3.3.2. DSS & Metode C-14 Metode ini dilakukan dengan menghitung zat radio arang aktif (C-14) yang ada pada naskah dari kulit, papirus, kayu, dan tembikar yang berhasil ditemukan. Besaran jumlah C-14 yang ditemukan selanjutnya digunakan untuk menentukan usia bahan tersebut. Sebuah sisa kain yang ditemukan di Qumran telah ditentukan usianya berasal dari sekitar tahun 167 M. Selanjutnya, manuskrip Nabi Yesaya (kode manuskrip Qlsa) yang lebarnya 31 cm dan panjang 131cm berasal dari 150 SM. Dan juga manuskrip2 dan naskah2 Qumran yang lain, berasal dari awal abad ketiga-kedua SM. [27] Semua manuskrip bisa anda cek sendiri dan buktikan apakah BERBEDA atau SAMA dengan naskah-naskah Perjanjian Lama yang kini dipegang baik oleh Yahudi, Samaritan, dan Gereja Kristen. Sehingga pertanyaan selanjutnya adalah: �kapan Taurat itu diubah?� 3.3.3. Opsi pertama: perubahan Taurat dilakukan sebelum Yesus Tentu saja ini tidak logis. Naskah-naskah DSS (yang isinya adalah PERSIS SAMA dengan TaNaKh Yahudi dan PL Kristen) sebagian besar berusia paling muda 1 abad SM. Kalau Taurat pada zaman Yesus ternyata adalah sudah palsu, lalu mengapa Yesus tidak memaki-maki saja kitab Taurat yang beredar baik itu TaNaKh Ibrani orang-orang Israel ataupun Septuaginta (PL terjemahan bahasa Yunani) yang digunakan Yahudi diaspora di luar Israel? Bicara wahyu adalah bicara dalam ranah iman, dan tidak ada tempat bagi diskusi dan pembuktian logis-historis kalau sebuah teks sudah ada klaim wahyu (yang mutlak benar dan tidak bisa diganggu gugat) duluan. Karena itu, mari buang untuk sementara waktu klaim Injil dan Quran sebagai wahyu Allah. Mari kita pandang Injil dan Qur�an sebagai teks-teks historis, dan kemudian tanyakan: �apa bukti di Injil dan Qur�an yang 35 mengatakan bahwa Sayyidina Yasu al-Masih pernah menyebut bahwa Taurat pada zamannya adalah palsu?� Sayangnya, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan tersebut, sebagai teks historis, Qur�an ternyata bukanlah sumber yang relevan. Dan bukan hanya untuk pertanyaan tersebut, tapi keseluruhan kisah Yesus dalam Qur�an memang tidak relevan dan tidak bisa dibuktikan historisitas-nya karena memang Qur�an dan Yesus terpaut jarak 7 abad lamanya. Darimana muhammad (dan juga kita) tahu bahwa memang benar terjadi dialog antara aulloh swt dengan Isa (yg disebut-sebut adalah Yesus versi Islam) yang menolak tuduhan aulloh swt bahwa Isa menjadikan dirinya dan ibunya sebagai tuhan (anyway, selain bidat mariolatri, sejak kapan memangnya Maria jd tuhan?), sementara muhammad sendiri hidup 7 abad setelah Yesus. Tentu saja dari aspek historis manapun tidak akan ada yang menganggap bahwa dialog tersebut sungguh terjadi kecuali dialog fiktif karangan muhammad. Ini karena jeda waktu sepanjang 7 abad sudah lebih dari cukup untuk menambahkan mitos-mitos dan dongengan-dongengan kepada kejadian yang sebenarnya. Hal yang berbeda terjadi pada keempat Injil kanonik, di mana penulisnya (Matius, Yohanes) adalah murid-murid langsung dari Yesus atau murid dari murid-murid Yesus sendiri (Markus adalah murid Petrus, dan Lukas adalah murid Paulus). Mereka semua menuliskan Injil mereka ketika para saksi mata baik itu saksi dari pihak Gereja Kristen ataupun dari musuh mereka (baik Yahudi maupun kaum skeptis lainnya) masih hidup. Mereka semua akan dengan senang hati melakukan koreksi jika ternyata tulisan-tulisan dalam Injil adalah salah, korup, dan palsu karena tidak menuliskan apa yang Yesus sesungguhnya katakan. Apalagi bagi rabi-rabi Yahudi akan dengan mudah menjatuhkan Gereja Kristen jika ternyata benar bahwa kitab-kitab PB tidak didasarkan atas bukti-bukti dan saksi-saksi mata atas kejadian yang sebenarnya. Namun apa yang terjadi? Tidak ada sama sekali tuduhan itu, yang ada hanyalah umpatan-umpatan tidak berdasar mereka di dalam Mishnah dan Gemara mereka. Dan alih-alih menjatuhkan, umpatan-umpatan kasar rabi-rabi mereka malah membuktikan bahwa para penulis keempat Injil kanonik adalah 36 orang-orang yang jujur mencatat sesuatu sesuai apa adanya yang terjadi, termasuk di dalamnya kematian, kebangkitan, dan kenaikkan Sayyidina Yasu al-Masih. 3.3.4 Opsi kedua: perubahan Taurat dilakukan setelah masa Yesus Sayangnya, DSS tidak memberikan ruang untuk hal ini. DSS yang berusia ratusan tahun sebelum Masehi ternyata malah membuktikan bahwa kitab suci Perjanjian Lama tidak pernah diubah sedikitpun, dan akhirnya PL malah diteguhkan kebenarannya oleh DSS. 3.4. Bagaimana Taurat diubah? Kita semua tahu bahwa 2 abad sebelum Masehi, TaNaKh Ibrani sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yg dikenal sebagai Septuaginta bagi Yahudi diaspora di luar Israel. Nah pertanyaan sejuta dolarnya adalah: �bagaimana proses pemalsuan itu dilakukan? Apakah harus mengubah semua kitab TaNaKh Ibrani di dalam Israel dan kemudian mengubah Septuaginta yang notabene sudah tersebar ke seluruh dunia?� Come on, tidak perlu jadi orang yang terlalu pintar untuk melihat bahwa usaha pemalsuan ini adalah usaha yang mustahil, apalagi ditambah dengan fakta bahwa yang memegang Taurat ada 3 komunitas yg berbeda yg saling berseberangan dan bertentangan. Ini sudah tidak memberikan ruang sedikitpun bagi logika yang waras untuk mengatakan bahwa terjadi pemalsuan buku suci besar-besaran oleh umatnya sendiri tanpa sedikitpun ada catatan sejarah sejaman yang memberitahukan kita bahwa hal tersebut sungguh-sungguh terjadi. Dan ya, tentu saja hal-hal yg tidak historis hanya pantas disebut sebagai dongeng dan mitos, sebagaimana tuduhan pemalsuan Taurat yang disebutkan Qur�an, hanyalah dongeng bodoh belaka bagi orang-orang yang tidak mau berpikir logis di atas data, fakta, dan bukti sejarah. Kaum polemikus yang tetap tidak mau sungguh-sungguh belajar 37 memang harus terus membuat hidupnya dalam mental �getto�, membangun benteng pertahanan demi menjamin �rasa aman� keyakinannya yang salah dengan merasa paling benar sendiri. Terhadap orang-orang muslim seperti ini, aku hanya bisa mengucapkan: �selamat tidur, selamat bermimpi, dan selamat bermasturbasi otak dengan klaim wahyuwahyuan tuhan anda yang tidak hanya tidak logis, melainkan juga tidak historis�. Mari bicara bukti. DSS, Perjanjian Lama Qumran menambahkan 1 bukti manuskrip berusia 2200 tahun lebih. Kitab suci mana di muka bumi ini yang memiliki BUKTI manuskrip kuno setua itu? 38 Works Cited: [1] Joseph A. Fitmyer, �Response to 101 Questions on the Dead Sea Scrolls�, New York: Paulist Press, 1992. [2] H.A.R. Gibb and J.H. Kramers, �Shorter Encyclopedia of Islam�, Leiden-London: E.J. Brill and Lusac & CO, 1961, pp. 639. [3] Anton Wessels, �Memandang Yesus dalam Berbagai Budaya�, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1990, pp. 29. [4] Florencio Garcia Martines, "The Dead Sea Scrolls Translated", Leiden-New York- Cologne: E.J. Brill, 1992, pp.113-114 [5] ibid., pp. 595 [6] Barbara Thiering, "Jesus and the Riddle of Dead Sea Scrolls: Unlocking the Secret of His Life Story", San Fransisco: Helper, 1992 [7] Jean Danielou, "The Dead Sea Scrolls and Primitive Christianity", New York: Mentor Omega Book, 1962, pp. 72 [8] Florencio Garcia Martins, ibid., pp. 576-579. [9] ibid., pp. 70 [10] St. Policarp of Smyrna, Epistle to the Phillipians 6 [11] Hershel Shanks, �Understanding the Dead Sea Scrolls: a Reader from the Biblical Archeology Review�, New York: Vintage Books, 1993, pp. 203-204 [12] ibid. [13] Robert Eisenmann and Michael Wise, "Dead Sea Scrolls Uncovered: the First Complete Translation and Interpretation of 50 Key Documents withheld for Over 35 Years", New York: Pinguins Books, 1993, pp. 21-22 [14] Herbert Vorgrimler, �GOTT. Vater, Sohn, und Heiliger Geist [Trinitas: Bapa, Firman, Roh Kudus]�, terjemahan Dr. Tom Jacobs, SJ, Yogyakarta: Kanisius, 2005, pp. 77 [15] Robert Eisenmann and Michael Wise, ibid., pp. 91 [16] Randal Price, "Secret of the Dead Sea Scrolls", Oregon: Harvest House Publishers, 1996, pp.298-299 [17] Florencio Garcia Martins, ibid., pp. 103. 39 [18] St. Augustine, "Confession [Pengakuan-Pengakuan]", terjemahan oleh: Winarsih Arifin dan Dr. Th. van den End, Yogyakarta: Kanisius, 1997, pp.144 [19] St. Augustine, "De moribus ecclesiae catholicae [Mengenai kebiasaan yang berlaku di Gereja Katolik] 6.1" [20] Tafsir Ibnu Katsir, http://www.tafsir.com/default.asp?sid=4&tid=11323 [21] Ibnu Katsir, http://www.tafsir.com/default.asp?sid=3&tid=8586 [22] Tafsir al-Tabari, http://quran.alislam. com/Tafseer/DispTafsser.asp?nType=1&bm=&nSeg=0&l=arb&nSora=6&n Aya=115&taf=TABARY&tashkeel=1 [23] Chawkat Moucarry, �The Prophet & the Messiah: An Arab Christian�s Perspective on Islam & Christianity�, Illinois: InterVarsity Press, 2001, pp. 47-8, 72-3 [24] Geoffry Parrinder, �Yesus dalam Quran�, terjemahan Ali Masrur, Agusni Yahya, dan Zulkarnaini, Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2000, pp. 231 [25] ibid., pp.232 [26] A. Powell Davies, �The Meaning of the Dead Sea Scrolls�, New York: A Mentor Book, 1956, pp.27-34. [27] ibid., pp. 38-41.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post