Selama berabad-abad, kaum Muslim berhasil menorehkan jejak peradaban gemerlap di Andalusia, terdapat banyak legenda menarik mengenai mereka..
Raja Roderick, sang penguasa Visigoth, dikenal sebagai orang yang berperangai kasar. Dia tidak mempercayai apapun selain kekuatan diri dan pasukannya. Suatu saat, dia tiba di sebuah tempat yang dipenuhi gembok. Dia bertanya pada bawahannya, “tempat apa ini?” Bawahannya menjawab, “ini tempat kutukan. Siapapun yang menjadi raja tidak boleh memasuki tempat ini. Siapa pun yang berani merusak gembok-gembok tersebut dan membuka pintunya, dia akan lenyap ditelan musuh.” Raja Roderick tertawa. Sama sekali tidak mempercayai tabu tersebut, bahkan menganggapnya sebagai tahayul. Dia rusak gembok-gembok di tempat itu. Membukanya. Dan, beberapa saat kemudian kerajaannya ditaklukkan oleh orang-orang Arab, sementara dia sendiri mati tenggelam ketika hendak melarikan diri dari pertempuran.
Begitulah legenda yang banyak disebut mengenai latar belakang penaklukkan Spanyol. Lepas dari benar tidaknya legenda tersebut, Roderick memang dikenal sebagai sosok kontroversial. Para sejarawan menyebut Roderick sebagai seorang perebut tahta kerajaan, seorang raja yang berangasan dan suka melanggar tabu.
Berbicara mengenai pelanggaran tabu, tampaknya Roderick adalah jagonya. Ada kisah lain mengenai pelanggaran tabu yang dilakukan Roderick. Kisah ini juga dikaitkan dengan masuknya orang Arab ke Spanyol.
Pada masa Roderick, ada tradisi yang dikembangkan oleh raja-raja Spanyol sebelumnya agar para penguasa wilayah bawahan mengirim anaknya ke istana raja untuk belajar. Sebenarnya, ini lebih merupakan jaminan agar sang ayah tidak melakukan pemberontakan. Selama berada di istana, raja tidak boleh melecehkan, melukai, atau membunuh anak-anak tersebut. Roderick meneruskan tradisi ini, namun lagi-lagi dia melanggar tabu.
Alkisah, seorang pejabat bernama Count Julian dari Ceuta mengirim putrinya yang bernama Florinda ke istana Roderick. Namun, bukan pendidikan yang didapat, melainkan kehamilan. Berbagai sumber menyebut bahwa kehamilan ini disebabkan karena Florinda diperkosa oleh Roderick.
Julian, sang ayah, merasa sakit hati. Dia ingin membalas hinaan sekaligus menghentikan keberingasan Roderick. Sayangnya, Julian tidak memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menandingi balatentara Roderick. Dia melihat ada satu kekuasaan besar yang tengah tumbuh di seberang semenanjung yang dia pikir akan bisa menandingi Roderick. Kekuatan tersebut adalah Dinasti Umayyah. Julian segera mengontak gubernur Umayyah wilayah Magrib, Musa ibn Nushair, seorang pahlawan dinasti Umayyah penakluk wilayah Magrib.
Beruntung bagi Julian karena rupanya Musa, demikian disebut para sejarawan, juga tengah menimbang-nimbang untuk meluaskan wilayah ke Spanyol. Kontak-kontak segera dijalin. Dalam korespondensinya, Julian berupaya meyakinkan Musa untuk menyerbu Spanyol sembari mengirim kabar mengenai kelemahan kerajaan Visigoth.
Tapi, agaknya Musa tidak mudah diyakinkan. Dia menimbang apakah Julian sekutu yang dapat diandalkan atau ini hanya muslihat. Dia menuntut agar Julian menunjukkan kesungguhan. Kesepakatan dicapai. Julian akan membantu mengobarkan perang dari dalam ketika tentara Musa masuk.
Untuk menguji seberapa jauh kesungguhan sekutunya, sekaligus mengobservasi kekuatan musuh, Musa mengirim seorang komandannya yang bernama Tarif ibn Malik masuk ke Spanyol. Bulan Juli 710, Tarif berangkat melaksanakan misi tersebut. Sejarawan Edward Gibbon mencatat hal ini: “seratus orang Arab dan empat ratus orang Afrika menyeberang dengan diangkut empat kapal. Mereka berangkat dari Tangier.”
Maka, tibalah Tarif dan pasukannya di Spanyol, di sebuah tempat yang kini dinamai dengan namanya: Tarifa. Dari tempat tersebut, Tharif terus melaju dan diterima dengan hangat oleh Julian. Ekspedisi perintis ini berhasil mengobarkan perang dan memperoleh kemenangan.
Rangkaian selanjutnya dari kisah ini sudah kita ketahui dengan baik. Setelah ekspedisi Tarif, Musa ibn Nusair ganti mengirim Thariq ibn Ziyad, seorang komandan suku Berber lainnya untuk menyempurnakan apa yang telah dimulai Tharif. Tanpa menunda, Thariq segera menunaikan tugas. Pasukannya memukul mundur pasukan Raja Roderick. Sementara itu, Raja Roderick sendiri tewas tenggelam ketika hendak menyelamatkan diri dari pertempuran.
Sejatinya, bukan hanya kisah tentang Roderick yang menarik. Kisah hidup kedua musuhnya, Thariq dan Musa ibn Nusayr, juga tak kalah menarik. Ada beberapa versi mengenai kelahiran dan asal-usul kedua tokoh tersebut, demikian juga akhir hayat keduanya.
Konon, setelah berhasil memantapkan kekuasaan di seluruh Spanyol, Thariq dan Musa diminta menghadap Khalifah al-Walid I di Damaskus untuk melaporkan sendiri ekspedisi Spanyol mereka. Keduanya berangkat dan tiba di Damaskus dengan membawa persembahan yang luar biasa besarnya ke hadapan Khalifah; begitu besar hingga nama mereka dielu-elukan oleh rakyat Damaskus.
Dan, di sinilah muncul kontroversi berkaitan dengan nasib kedua pahlawan tersebut. Setelah menghadap Damaskus, kisah mereka seolah ditelan kabut sejarah. Thariq dikabarkan hidup dengan tenang di Damaskus. Sementara ada sumber lain yang menyebut Thariq meninggal karena sakit tidak lama setelah tiba di Damaskus. Bagaimana pun yang terjadi, yang jelas sejak itu kisahnya tidak lagi dicatat para sejarawan.
Sementara itu, nasib yang lebih tragis menimpa Musa ibn Nusair. Ada sementara sumber yang menyebutkan bahwa Musa meninggal secara wajar ketika menyertai Sulaiman, Saudara al-Walid I, melaksanakan ibadah haji. Sementara, sumber yang lain menyebut bahwa pada akhir hidupnya Musa terpaksa menjadi pengemis di sebuah tempat bernama Wadi al-Qur setelah sebelumnya menerima hukuman yang menghinakan.
Demikianlah, baik yang ditaklukkan maupun yang menaklukkan memiliki kisah dan nasib sendiri. Namun nama-nama mereka akan tetap abadi dalam ingatan manusia sebagai penanda prestasi dan capaian mereka: Tarifa untuk Tarif, Gibraltar untuk Thariq, dan Jabal Musa untuk Musa ibn Nusayr.