A. Mendiskripsikan Pernyataan dan bukan Pernyataan (Kalimat
Terbuka).
1. Pernyataan
1.1. Pengertian
Pernyataan .
Pernyataan adalah kalimat
yang hanya benar saja atau salah saja, akan tetapi tidak sekaligus benar dan
salah.
1.2. Lambang dan
nilai kebenaran suatu pernyataan
Dalam matematika , pernyataan-pernyataan
dengan huruf kecil,seperti a , b ,
p dan
q.Perhatikan contoh berikut !
1.3. Kalimat Terbuka.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih mengandung variabel,
sehingga
belum dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar
atau salah). Kalimat terbuka
tersebut dapat diubah menjadi bentuk pernyataan,
jika variabelnyadiganti dengan
suatu konstanta.
Contoh :
a)
Kalimat
terbuka : x + 5 = 9
Jika variabelnya diganti dengan 4 maka 4 + 5 = 9 (pernyataan benar)
b)
Jika
variabelnya diganti dengan 7 maka 7 + 5 = 12 (Pernyataan salah)
B. Mendeskripsikan, Ingkaran, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi,
Biimplikasi Dan
Ingkaranya.
B.1. Pernyataan Majemuk.
Apabila suatu pernyataan
terdiri lebih dari satu pernyataan maka diantara satu
pernyataan dengan pernyataan lainnya
dibutuhkan suatu kata penghubung sehingga
diperoleh suatu pernyataan majemuk.
Untuk Logika matematika ada 5
macam penghubung pernyataan yaitu
ingkaran (negasi) (tidak),
konjungsi (dan), disjungsi (atau),implikasi(jika…maka…)
dan biimplikasi (jika dan hanya
jika).
Operasi Logika
|
Penghubung
|
Lambang
|
Ingkaran
|
Tidak, non
|
~ atau -
|
Konjungsi
|
Dan
|
|
Disjungsi
|
Atau
|
|
Implikasi
|
Jika….maka….
|
|
Biimplikasi
|
Jika dan hanya jika
|
Ingkaran, konjungsi, disjungsi,
implikasi dan biimplikasi disebut operasi dalam
logika.Simbol-simbol dari operasi
dalam logika diberikan dalam tabel berikut.
Ingkaran atau Negasi atau penyangkalan
Nilai kebenaran dapat dituliskan dalam
bentuk tabel yang dinamakan tabel kebenaran seperti berikut.
p
|
~ p
|
B
S
|
S
B
|
1.2. Operasi Konjungsi
Operasi konjungsi merupakan operasi biner (operasi yang dikenakan
pada dua
pernyataan) yang
dilambangkan dengan tanda “”. Dengan operasi ini dua
pernyataan dihubungkan dengan
kata “ dan “.
Jika p dan q dua
pernyataan , maka pq bernilai benar jika p dan q keduanya
bernilai benar,
sebaliknya pq bernilai salah jika salah satu dari p atau q
bernilai
salah atau keduanya
salah.
Tabel
nilai kebenaran dari operasi konjungsi.
p
|
Q
|
pq
|
B
B
S
S |
B
S
B
S
|
B
S
S
S |
1.3. Operasi
Disjungsi
Operasi
disjungsi juga merupakan operasi binary yang dilambangkan dengan tanda
””. Operasi ini menggabungkan dua pernyataan menjadi
satu dengan kata
hubungan “atau”.
Jika p dan q dua pernyataan maka pq bernilai benar jika p dan q keduanya
bernilai benar atau salah salah satu
dari p atau q bernilai benar, sebaliknya pq
bernilai salah jika keduanya bernilai
salah.
Tabel nilai kebenaran Disjungsi
p
|
q
|
pq
|
B
B
S
S |
B
S
B
S
|
B
B
B
S |
1.4. Operasi Implikasi.
Operasi implikasi (kondisional) adalah operasi penggabungan dua
pernyataan yang
menggunakan kata hubung “ jika …. Maka
….” Yang dilambangkan “ “.
Implikasi dari pernyataan p dan q
ditulis pq dan dibaca “ jika p maka q”.
Pernyataan bersyarat pq juga dapat dibaca “ p hanya jika q” atau “ p adalah
syarat cukup bagi q atau “ q adalah
syarat perlu bagi p”.
Dalam pernyataan pq
p disebut hipotesa / anteseden / sebab
q disebut koklusi / konequen / akibat
Jika p dan q dua buah pernyataan
maka pq salah jika p benar dan q
salah,dalam kemungkinan lainnya pq benar.
Tabel nilai kebenaran operasi
implikasi
p
|
q
|
pq
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
B
B
|
1.5. Operasi
Biimplikasi ( Bikondisional).
Biimplikasi
yaitu pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “……jika
dan hanya jika …..” dinotasikan “” .
Biimplikasi dari pernyataan p dan q
ditulis p q dibaca p jika dan hanya jika q.
Pernyataan p q dapat juga dibaca :
1)
p
equivalent q
2)
p adalah
syarat perlu dan cukup bagi q
Jika pdan q dua buah
pernyatan maka p q benar bila kedua pernyataan
tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama, sebaliknya p q salah bila salah satu salah , atau salah
satu benar .
Tabel nilai kebenaran operasi
Biimplikasi.
p
|
q
|
pq
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
S
B
|
1.6. Menentukan
Nilai Kebenaran Pernyataan Majemuk.
Dari pernyataan-pernyataan tunggal
p, q, r,
. . . dan dengan menggunakan operasi-opersi
pernyataan negasi (~), konjungsi (), disjungsi (), implikasi () dan biimplikasi ()
dapat disusun suatu
pernyataan majemuk yang lebih rumit.
Contoh : 1) ~( p ~q)
2) ~
3)
Nilai kebenaran
pernyataan majemuk seperti itu dapat ditentukan dengan menggunakan
pertolongan tabel
kebenaran dasar untuk negasi, konjungsi, disjungsi , implikasi dan
biimplikasi yang telah
dibahas di depan.Untuk memahami cara-cara menentukan nilai
kebenaran
pernyataanmajemuk yang lebih rumit ,perhatikan contoh berikut .
Contoh 1: Tentukan nilai kebenaran
pernyataan majemuk ~ ( p ~q ).
Jawab :
p
|
q
|
~q
|
( pq )
|
~ ( p ~q ).
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
S
B S B |
B
B
B
S
|
S
S
B
S
|
Jadi nilai kebenaran pernyataan majemuk ~ ( p ~q ) adalah S S B S
C. Mendeskripsikan Invers, Konvers Dan Kontraposisi
Dari suatu pernyataan
bersyarat “ p q ” yang diketahui dapat dibuat pernyataan lain
sebagai berikut :
1)
q p disebut pernyataan Konvers dari p q
2)
~p ~q disebut pernyataan Invers dari p q
3)
~q ~p disebut pernyataan Kontraposisi dari p
q
Untuk semua kemungkinan nilai kebenaran
pernyataan-pernyataan komponen p dan q, hubungan nilai kebenaran konvers,
invers, dan kontraposisi dengan implikasi semula, dapat ditunjukkan dengan
memakai tabel kebenaran .
Tabel hubungan nilai kebenaran q p, ~p ~q , ~q ~p dengan
p q
Implikasi
|
Konvers
|
Invers
|
Kontraposisi
|
||||
P
|
q
|
~p
|
~q
|
p q
|
q p
|
~p ~q
|
~q ~p
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel diatas
ternyata :
Suatu implikasi yang salah konversnya
benar, tetapi implikasinya yang benar
C.1. Negasi Pernyataan Majemuk
Untuk menentukan negasi dari pernyataan majemuk dapat digunakan
sifat-sifat negasi
pernyataan majemuk pada
tabel berikut ini:
Operasi
|
Lambang
|
Negasi
|
Konjungsi
|
||
Disjungsi
|
||
Implikasi
|
||
Biimplikasi
|
atau
|
Contoh : Tentukan
negasi dari pernyataan majemuk berikut !
D. Menerapkan
Modus ponens, modus tollens dan prinsip silogisme Dalam Menarik
Kesimpulan
Dasar-dasar
logika matematika yang telah kita pelajari pada subbab terdahulu akan
diterapkan lebih lanjut dalam proses penarikan kesimpulan . Suatu proses
penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataanyang dikeahui (disebut
premis), Kemudian dengan memakai prinsip logika dapat diturunkan suatu
pernyataan baru yang ditarik dari premis-premis semula (disebut kesimpulan /
konklusi). Penarikan seperti itu disebut argumentasi. Kalau konjungsi dari
premis-premis berimplikasi konklusi maka argumentasi itu dikatakan berlaku atau
sah.Sebaliknya, kalau konjungsi dari premis-premis tidak berimplikasi konklusi
maka argumentasi itu dikatakan tidak sah. Jadi suatu argumentasi dikatakan sah
kalau premis-premisnya benar maka konklusinya juga benar.
Dalam
subbab ini kita akan mempelajari beberapa cara penarikan kesimpulan,
diantaranya adalah Modus Ponens, Modus Tollens, dan Silogisme.
D.1. Modus Ponens
Jika benar dan p
benar maka q benar.
Skema argumen
dapat ditulis sebagai berikut :
. . . . . . premis 1
p . . . . . . premis 2
. . .
. . kesimpulan
/ konklusi
Dalam bentuk implikasi, argumentasi tersebut dapat dituliskan sebagai
. Argumentasi ini dikatakan sah kalau pernyataan
implikasi
merupakan
tautologi. Tautologi adalah sebuah pernyataan
majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari
pernyataan-pernyataan komponennya.
Tabel nilai kebenaran dari
p
|
q
|
|||
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
Dari tabel pada kolom (5) tampak bahwa merupakan
tautologi,jadi argumen tersebut sah.
D.2. Modus Tollens
Jika benar dan benar maka p
benar
Skema argumen
dapat ditulis sebagai berikut:
. . . . . premis 1
~q . . . . . premis 2
~p . . . . . . kesimpulan /
konlusi
Dalam bentuk implikasi, modus tollens dapat dituliskan sebagai ,sah
atau tidaknya modus tollens dapat diuji dengan tabel kebenaran sebagai
berikut !
Tabel nilai kebenaran
p
|
q
|
~p
|
~q
|
|||
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel pada kolom 7 tampak bahwamerupakan tautologi. Jadi modus tollens merupakan
argumentasi yang sah .
D.3. Silogisma
Dari
premis-premis dan dapat ditarik konklusi . Penarikan kesimpulan seperti ini disebut kaidah
silogisma . Skema argumnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
. . . . .
premis 1
. . . . .
premis 2
. . . kesimpulan / konklusi
Dalam bentuk
implikasi, silogisme dapat dituliskan sebagai sah atau
tidaknya silogisme dapat diuji dengan tabel kebenaran sebagai berikut :
Tabel nilai
kebenaran .
p
|
q
|
r
|
|||||
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
S
|
S
|
S
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
Dari tabel pada kolom (8) tampak bahwa merupakan
tautologi. Jadi silogisme merupakan argumentasi yang sah.