We LoVe MuhammaD SAW
Kedua nama Nabi Suci s.a.w. yang berberkat yaitu Muhammad dan Ahmad memiliki
dua keunggulan yang berbeda. Muhammad mengandung arti yang amat dipuji dan
menggambarkan keagungan dan kebesaran serta menyiratkan seseorang yang dicintai
karena hanya yang dicintailah yang selalu dipuji-puji. Adapun kata Ahmad
menyiratkan seseorang yang mencintai karena merupakan bagian dari seorang
pencinta untuk memuji dan ia selalu memuji sosok yang dikasihinya. Jika
Muhammad menggambarkan keagungan dan kebesaran maka Ahmad menggambarkan
kerendahan hati.
Kehidupan beliau sebagai seorang Nabi terbagi dalam dua bagian, sebagian
dihabiskan di Mekah untuk jangka waktu tigabelas tahun dan sebagian lainnya di Medina yang memakan waktu
sepuluh tahun. Kehidupan beliau di Mekah menggambarkan segi nama Ahmad dari
sosok beliau. Jangka waktu tersebut banyak dihabiskan dalam meratap dan memohon
pertolongan di dalam doa. Barangsiapa yang memahami periode kehidupan Mekah
dari beliau tentunya mengetahui betapa ratapan dan permohonan doa yang
dilakukan beliau saat itu yang tidak ada padanannya pada pencinta lain yang
sedang mencari kekasihnya. Ratapan beliau bukanlah untuk dirinya pribadi tetapi
karena kesadaran beliau akan kondisi dunia pada saat itu. Zaman itu penyembahan
Allah s.w.t. telah sirna sedangkan Dia telah menanamkan keimanan dalam jiwa
beliau yang memberikan kegembiraan dan kesukaan. Dengan sendirinya beliau ingin
menyampaikan kegembiraan dan kasih ini kepada dunia, namun ketika beliau
menyadari kondisi daripada dunia serta kemampuan dan fitrat manusia saat itu
maka beliau menghadapi rintangan yang amat besar. Beliau menangisi kondisi
dunia ini sedemikian rupa sehingga nyawa beliau pun terancam. Hal ini
diindikasikan dalam ayat:
“Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu sendiri dari dukacita karena mereka
tidak mau beriman”. (S.26 Asy-Syuara:4).
Periode ini merupakan kehidupan berdoa beliau dan menjadi manifestasi dari nama
beliau sebagai Ahmad. Setelah itu beliau mengkonsentrasikan diri secara agung
dan konsentrasi ini menunjukkan efeknya pada kehidupan beliau di Medina ketika signifikasi
nama Muhammad diungkapkan sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
“Mereka itu berdoa untuk kemenangan dan binasalah setiap musuh kebenaran yang
merajalela lagi keras kepala itu”. (S.14 Ibrahim:16).
(Malfuzat, vol. II, hal. 178-179).
* * *
Mereka yang terbiasa dengan cara pengungkapan dalam Al-Qur’an umumnya
mengetahui bahwa kadang-kadang yang Maha Agung dan Maha Pengasih menggunakan
ekspresi yang kelihatannya seperti merendahkan hamba-Nya yang khusus padahal
konteksnya menggambarkan pujian yang tinggi. Sebagaimana difirmankan Allah
s.w.t. mengenai Hadzrat Rasulullah s.a.w. bahwa:
“Dia dapati engkau dalam keadaan hilang dan Dia memberi engkau petunjuk”. (S.93
Adh-Dhuha:8).
Arti kata “Dhall”. pada dasarnya berarti seseorang yang salah jalan atau
tersesat sehingga arti harfiah dari ayat tersebut adalah “Tuhan mendapati
engkau dalam keadaan tidak tahu jalan lalu Dia menunjuki”. padahal nyatanya
Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak pernah salah jalan atau tersesat. Seorang
Muslim yang mempercayai bahwa kapan pun dalam hidup Hadzrat Rasulullah s.a.w.
beliau itu pernah tersesat adalah seorang kafir yang tidak beriman dan patut
dihukum. Konteks daripada ayat itu bermaksud:
“Tidakkah Dia mendapati engkau yatim lalu Dia memelihara engkau, dan Dia
mendapati engkau sirna dalam kecintaan kepada Wujud-Nya dan Dia menarik engkau
kepada-Nya, dan Dia mendapati diri engkau berkekurangan lalu Dia memperkaya
engkau”. (S.93 Adh-Dhuha:7-9).
(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani
Khazain, vol. 5, hal. 170-171, London, 1984).
* * *
SAHABAT,TABI'IN DAN SALAFUS SHOLIHIN Penjelasan keadaan
para sahabat, tabi’in, para salaf dan orang-orang salih tentang bersangatannya
takut بسم الله الرحمن الرحيم Penjelasan keadaan para sahabat, tabi’in, para
salaf dan orang-orang salih tentang bersangatannya takut Diriwayatkan babhwa
Abu Bakar As-Shidiq berkata kepada burung, “Kiranya aku seperti engkau, wahai
burung, dan aku tidak dijadikan manusia”. Abu Dzar RA berkata, “Aku ingin
jikalau aku ini hanyalah sebatang pohon kayu yang ditolong orang”. Begitu juga
kata Thalhah. Utsman berkata,”Aku ingin bahwa aku jika mati maka aku tidak
dibangkitkan. ‘Aisyah RA berkata, “aku menginginkan bahwa aku ini dilupakan
orang”. Diriwayatkan bahwa Umar RA jatuh pingsan dari karena ketakutan apabila
mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Maka ia dikunjungi hingga beberapa hari. Dan
pada suatu hari ia mengambil sepotong jerami dan tanah lalu mengatakan,
“kiranya aku adalah jerami ini. Kiranya tidaklah aku ini sesuatu yang
disebutkan orang. Kiranya aku ini dilupakan orang. Kiranya aku ini tidak
dilahirkan oleh ibuku”. Adalah pada wajah Umar ada dua garis hitam dari sebab
air mata. Dan beliau juga mengatakan, “barang siapa yang takut kepada الله
niscaya ia tidak merasa sembuh kemarahan الله padanya. Siapa yang bertakwa
kepada الله niscaya tidak akan diperbuatnya apa yang dikehendakinya. Dan
kalaulah tidak karena hari kiyamat, niscaya الله lain dari apa yang kamu lihat.
Tatkala Umar membaca ayat : اذاالشمس كورت واذاالنجوم انكدرت, واذاالجبال سيرت,
واذاالعشار عطلت, واذاالوحوش حشرت, واذاالنفوس زووجت, واذاالموءودت سئلت, بأي ذنب
قتلت واذاالصحف نشرت Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang
berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang
bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar
dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh dipertemukan
(dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan
manusia) dibuka, (At-Takwiir 1-10) -Maka Umar RA jatuh pingsan. Pada suatu hari
Umar melintasi rumah seseorang yang sedang salat dengan membaca surat At-Thur ayat 1 lalu
beliau berhenti dan mendengar. Tatkala sampai pada firman-Nya : ان عذاب ربك
لواقع . ما له من دافع “Sesungguhnya Adzab Tuhanmu pasti akan datang, tiada
seorangpun dapat menolaknya”. Maka beliau turun dari keledainya dan bersandar
ke dinding dan berhenti beberapa saat. Kemudian beliau kembali ke rumahnya lalu
sakit selama sebulan yang dikunjungi oleh orang banyak sedang mereka tidak tahu
apa sakitnya. Ali RA berkata, dan beliau baru saja memberi salam ketika
(selesai) shalat subuh dan telah meninggi kegundahan hatinya dan beliau
membolak-balikkan tangannya, “Aku telah melihat para sahabat Muhammad SAW maka
pada hari ini aku tiada melihat sesuatupun yang menyerupai dengan mereka.
Sesungguhnya para sahabat itu berpagi hari dengan rambut yang kusut bermuka
kuning pucat dan berdebu. Diantara mata mereka itu seperti lutut kambing (dari
bekas sujud). Mereka pada malam hari bersujud dan menegakkan shalat karena
الله. Mereka membaca kitab الله. Mereka bergoncang badannya seperti
bergoncangnya kayu pada hari banyak angin. Dan berhamburan matanya dengan air
mata sehingga basah kainnya. Demi الله maka seakan-akan aku dan mereka menjadi
kaum yang lalai dari berdzikir kepada الله تعالى.” Kemudian beliau bangun
berdiri, maka sesudah itu tiada terlihat lagi hingga beliau dibunuh oleh Ibnu
Muljam. Imran bin Husain berkata, “Aku ingin bahwa aku ini hanyalah debu yang
dihembuskan angin pada hari di musim angin kencang. Abu Ubaidah bin Al-jarrah
berkata, “Aku ingin bahwa aku ini Kibasy (biri-biri) sehingga aku disembelih
oleh keluargaku, mereka memakan dagingku dan merasakan kuahku”. Adalah Ali Bin
Husain Ra, apabila mengambil air wudhu maka wajahnya pucat. Keluarganya
bertanya kepadanya, “Kebiasaan apakah ini ketika engkau mengambil wudhu ?”
Beliau menjawab, “Apakah kamu tahu di hadapanku yang aku hendak berdiri
karenanya ?” Musa bin Mas’ud berkata, “Adalah kami apabila kami duduk
berhadapan dengan Ats-Tsauri, niscaya seakan-akan api telah mengelilingi kami
karena kami melihat dari ketakutan dan kegundahannya”. Mudlar Al_Qari pada suatu
hari memabca : هذاكتبنا ينطق عليكم بالحق , انا كنا نستنسخ ما كنتم تعملون Inilah
kitab catatan Kami yang mengatakan kepadamu menurut yang sebenarnya.
Sesungguhnya Kami menyuruh menuliskan segala apa yang kamu kerjakan (Al-Jasiyah
29) Maka Abdul Wahid bin Zaid menangis sehingga pingsan. Maka tatkala telah
sembuh beliau berkata, “Demi keagungan Engkau, aku tiada mendurhakai Engkau
oleh tenagaku untuk selama-lamanya. Maka tolonglah aku dengan taufik Engkau
kepada menta’ati Engkau”. Adalah Al-Musawwar bin Makhzamah tidak kuat untuk
mendengar sesuatu dari Al-Qur’an karena sangat takutnya. Sesungguhnya dibacakan
kepadanya satu huruf dan ayat lalu ia memekik dengan suatu pekikan keras
sehingga ia tidak dapat berfikir untuk beberapa hari. Maka datanglah kepadanya
seorang laki-laki dari Khats’am kemudian orang itu membacakan kepadanya : يوم
نخشر المتقين الى الرحمن وفدا . ونسوق المجرمين الى جهنم وردا Di hari itu Kami
kumpulkan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Kami
halau orang-orang yang durhaka kepada neraka jahanam secara kasar. Lalu AL
musawwar berkata, “Aku termasuk orang-orang yang berbuat kesalahan dan tidaklah
aku termasuk orang-orang tang bertaqwa. Ulangilah bacaan itu hai qari’.” Lalu
diulanginya maka pingsanlah Al-Musawwar sehingga ia meninggal dunia (kembali ke
akhirat). Dibacakan kepada Yahya Al-Bakka’ (orang yang mudah menangis). ولو ترى
اذ وقفوا على ربهم Dan kalau engkau lihat ketika mereka ditegakkan di hadapan
Tuhan. (Al-Anaam 30). Maka Yahya memekik dengan pekikan yang keras yang dia
berhenti dari pekikan itu karena sakit selama empat bulan. Ia dikunjungi orang
dari seluruh kota
Basrah. Malik bin Dinar berkata, “sewaktu aku bertawaf mengelilingi BaituLlah
tiba-tiba aku dekat seorang anak perempuan yang kuat beribadah. Ia bergantung
pada tirai Ka’bah dan berdo’a : “Hai Tuhanku, banyaklah nafsu keinginan yang
telah hilang kelezatannya dan tinggal ikutannya. Hai Tuhanku, apakah tidak ada
bagi Engkau pelajaran dan siksaan selain neraka ?”. Dia menangis dan
senantiasalah ia demikian di tempatnya berdiri sehingga terbit fajar”. Malik
berkata, “Maka tatkala aku melihat yang demikian lalu aku letakkan tanganku ke
atas kepalaku dan dengan menjerit aku berkata, “Ditiadakan Malik oleh Ibunya”.
Diriwayatkan bahwa Al-Fudhail dilihat orang pada hari arafah (9 Dzulhijjah) dan
orang banyak itu berdoa sedangkan Al-Fudhail itu menangis seperti tangisan
seorang wanita yang kehilangan anak yang menghadapi kebakaran sehingga apabila
matahari hampir terbenam maka Al-Fudhail menggenggam janggutnya kemudian
mengangkat kepalanya memandang ke langit dan berdoa “Demi kejahatanku kepada
Engkau, dan kalau kiranya Engkau ampunkan”. Kemudian ia berbalik bersama
manusia ramai. Ditanyakan kepada Ibnu Abbas perihal orang-orang yang takut maka
beliau menjawab, “Hati mereka luka disebabkan takut itu, dan mata mereka
menangis. Mereka mengatakan ‘bagaimana kami bergembira sedangkan mati itu di
belakang kami dan kubur itu di depan kami, hari kiyamat itu janjian bagi kami,
di atas neraka jahanam itu jalanan kami, dan di hadapan الله Tuhan kami tempat
pemberhentian kami’”. Al-Hasan Al-Bashri melewati seorang pemuda dan pemuda itu
tengah tenggelam dalam ketawanya. Dia duduk bersama orang banyak di dalam suatu
majlis lalu Al-Hasan berkata kepadanya, “hai anak muda, adakah engkau pasti
selamat melalui titian ?” Anak muda itu menjawab, “Tidak”. Al-hasan bertanya
lagi, “Adakah engkau ketahui bahwa engkau berkesudahan ke surga atau ke neraka
?” Anak muda itu menjawab, “Tidak”. Al-Hasan bertanya pula, ‘Maka Ketawa apakah
ini ?” Maka anak muda itu tidak terlihat tertawa lagi sesudah itu. Adalah Ahmad
bin AbduRrabbih apabila ia duduk maka ia duduk dengan tidak tenang di atas
kedua telapak kakinya, lalu ditanyakan kepadanya, “bilamana engkau dapat duduk
dengan tenang ?” Maka beliau menjawab, “Itu duduk orang yang merasa aman, dan
aku tidak merasa aman karena aku berbuat maksiyat kepada الله تعالى.” Umar bin
Abdul Azis RA berkata, “Sesungguhnya الله menjadikan kelalaian pada hati
hamba-Nya sebagai suatu rahmat supaya mereka tidak mati dikarenakan takut
kepada الله تعالى”. Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya aku bercita-cita
apabila aku mati, aku akan suruh mereka mengikatkanku dan merantaiku kemudian
mereka melepaskan aku kepada Tuhanku, sebagaimana dilepaskan hamba yang lari
kepada Tuannya”. Hatim Al-Asham berkata, “Jangan engkau terperdaya oleh tempat
yang baik, karena tidak ada tenpat yang terbaik selain surga. Dan Nabi Adam AS
telah mendapatkan di dalam surga apa yang telah ia dapatkan (yaitu akhirnya
diturunkan ke bumi). Dan engkau jangan terperdaya dengan banyak ibadah,
sesungguhnya iblis sesudah lama ia beribadah maka ia dapatkan apa yang telah ia
dapatkan (yaitu dijauhkan dari الله تعالى). Dan jangan engkau terperdaya oleh
banyak ilmu, sesungguhnya Bal’am mengetahui dengan baik Al-Asmaaul Husna
(nama-nama الله Yang Maha Agung), maka perhatikanlah apa yang telah ia dapatkan
(mati dalam kekufuran). Dan janganlah engkau terperdaya dengan melihat
orang-orang salih, maka tiada seorangpun yang lebih besar tingkatannya di sisi
الله selain Nabi Muhammad SAW yang terpilih, dan tidak dapat diambil manfaat
oleh keluarganya dan musuhnya dengan menemuinya (diantara keluarga seperti abu
Jahal dan Abu Lahab, meskipun mereka bertemu dan melihat رسول الله SAW akan
tetapi mereka tidak dapat mengambil manfaat / beriman kepada رسول الله SAW).
As-Sirri berkata, “Semenjak empat puluh tahun yang lampau aku melihat bercermin
beberapa kali dalam sehari barang kali ada hal-hal yang negatif karena takut
bahwa ada yang menghitamkan wajahku”. Abu Hafs berkata, “Semenjak empat puluh
tahun yang lampau i’tikadku pada diriku adalah bahwa الله memandang kepadaku
dengan pandangan marah, dan amal perbuatanku menunjukkan kepada hal yang
demiikian”. Ibnu Mubarak suatu hari pergi kepada teman-temannya lalu mengatakan
“Aku kemarin memberanikan diri kepada الله, aku meminta kepada-Nya akan surga”.
Ummu Muhammad bin Ka’ab Al-Qaradhi mengatakan kepada puteranya, “Hai anakku,
Aku mengenal engkau sebagai anak kecil yang baik dan anak yang sudah besar yang
baik. Dan seakan-akan engkau mendatangkan hal-hal yang memnbinasakan karena apa
yang aku lihat engkau mengerjakannya pada malam dan siang engkau dengan
bermacam ibadah”. Anak itu menjawab, “Hai ibuku, aku tidak merasa aman bahwa
الله تعالى melihat kepadaku dan aku di atas sebagian dosa-dosaku, maka Ia
mengutuk akan aku dan berfirman , “Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku Aku tiada
mengampunimu “. Al-Fudhail berkata, “Sesungguhnya aku tidak iri kepada para
Nabi yang menjadi Rasul SAW, kepada para malaikat yang mendekatkan diri kepada
الله dan kepada hamba yang salih. Bukankah mereka itu menyaksikan huru-hara
hari kiyamat ?. sesungguhnya aku iri hati kepada orang yang tidak diciptakan”.
Diriwayatkan bahwa seorang pemuda Anshar merasakan takut kepada neraka lalu ia
menangis sehingga yang demikian itu menahannya di dalam rumah. Maka datanglah
Nabi SAW lalu beliau masuk ke tempatnya dan berpeluk-pelukan dengan dia. Lalu
anak muda itu jatuh tersungkur dalam keadaan meninggal dunia, maka Nabi SAW
bersabda,”Uruslah mayat temanmu maka sesungguhnya takut dari neraka itu telah
menghancurkan jantungnya”. Diriwayatkkan dari Ibnu Abi Maisarah bahwa ia
apabila pergi ke tempat tidurnya maka ia mengatakan, “Wahai kiranya ibuku tidak
memperanakkanku”. Maka ibunya mengatakan kepadanya, “Hai Maisarah, sesungguhnya
الله تعالى telah berbuat baik kepada engkau dengan ditunjikkannya engkau kepada
agama Islam”. Maisarah menjawab, “Benar, akan tetapi الله تعالى telah
menerangkan kepada kita bahwa kita datang ke neraka dan tidak diterangkan-nya
kepada kita bahwa kita keluar dari neraka”. Dikatakan kepada farqad
As-Sabakhi,”Terangkanlah kepada kami sesuatu yang paling menakjubkan yang
sampai kepada engkau tentang kisah dari bani Israil (kaum yahudi).” Farqad
menjawab, “Telah sampai kepadaku berita bahwa telah masuk ke Baiutl Maqdis
sebanyak 500 gadis perawan. Mereka berpakaian wol (pakaian dari tenunan bulu
domba) lalu mereka berbincang-bincang tentang pahala dan siksaan الله. Maka
mereka semua mati pada hari itu. Adalah Atha’ As-Salimi termasuk sebagian orang-orang
yang takut. Dia tidak meminta surga kepada الله selama-lamanya. Ia meminta
kepada الله akan kemaafan-Nya. Dan ditanyakan kepadanya ketika sakit, “Apakah
anda tidak mengingini sesuatu ?” Ia menjawab, “ bahwa ketakutan kepada neraka
jahanam tidak menyisakan tempat di dalam hatiku untuk nafsu keinginan”. Dan
adalah orang-orang mengatakan bahwa Atha’ As-Salimi tidak pernah mengangkat
kepalanya menengadah ke langit dan tidak pernah pula tertawa selama empat puluh
tahun. Dan pada suatu hari ia mengangkatkan kepalanya lalu ia terkejut dan
jatuh. Maka pecahlah sesuatu di dalam perutnya, ia memegangi badanya pada
sebagian malam karena takut kalau badannya itu berubah kepada keadaan yang
lebih buruk. Apabila orang-orang terkena badai / angin kencang, atau kilat,
atau mahalnya makanan, maka Atha’ mengatakan, “Ini semua karenaku yang menimpa
kepada mereka. Jikalau matilah Atha’ niscaya manusia memperoleh kesenangan”.
Atha’ berkata, “Kami keluar bersama Athbah AL-Ghulam, dan dalam rombongan kami
itu terdapat orang-orang tua dan muda. Mereka mengerjakan salat fajar (subuh)
dengan wudhu Isya’. Telapak kaki mereka telah bengkak dikarenakan lamanya
berdiri. Mata mereka telah masuk ke dalam kepalanya, kulit mereka telah melekat
pada tulangnya, dan tinggalah urat-uratnya itu seolah laksana tali dawai.
Mereka di pagi hari seolah kulit mereka itu sepeprti kulit buah mentimun
(karena pucat), dan seolah-olah mereka itu baru keluar dari kubur, dimana
mereka menerangkan bahwa الله تعالى itu memuliakan orang-orang yang ta’at dan bagaimana
الله menghinakan orang-orang yang berbuat maksiyat. Pada waktu mereka berjalan
kaki ketika seorang dari mereka melewati suatu tempat, lalu jatuh tersungkur
dalam keadaan pingsan. Maka duduklah para sahabatnya di kelilingnya dengan
menangis pada hari yang sangat dingin. Dahi orang itu bercucuran keringat lalu
mereka mendatangkan air dan menyapu pipi orang itu, maka orang itu sembuh dari
pingsannya. Kemudian mereka bertanya tentang keadaannya, dan orang itu
menjawab, “Bahwa aku teringat aku telah berbuat maksiyat kepada الله di tempat
itu”. Shalih AL-Marri mengatakan,”Aku bacakan ayat di bawah ini kepada seorang
laki-laki dari orang-orang yang banyak beribadah : يوم تقلب وجوههم فى النار
يقولوان يليتنااطعناالله واطعنا الرسول Pada hari dibalik-balik muka mereka di
dalam neraka dan mereka berkata, “Wahai alangkah baik kiranya aku ta’at kepada
الله dan ta’at kepada Rasul”.(Al-Ahzab 66) Lalu orang itu pingsan dan setelah
sembuh dari pingsannya lalu berkata “tambahkan lagi kepadaku hai Shalih !,
sesungguhnya aku mendapati kesedihan” Maka aku bacakan كلما ارادواان يخرجوامنها
من غم اعيدوافيها Setiap mereka hendak keluar dari dalamnya karena kesedihan,
lantas mereka dikembalikan lagi ke dalamnya (Al-Hajj 22). Maka laki-laki ahli
ibadah itu jatuh tersungkur dan meninggal dunia Diriwayatkan bahwa Zararah bin
Abi Aufa mengerjakan shalat subuh dengan banyak orang. Maka tatkala beliau
membaca ayat : فاذا نقرفي الناقور Maka ketika terompet dibunyikan (Al-Mudatsir
8) Lalu beliau jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Maka kemudian beliau
dibawa dalam keadaan meninggal dunia. Yazid Ar-Raqqasyi masuk ke tempat Umar
bin Abdul Azis, maka Umar bin Abdul Azis berkata, “Berilah pengajaran kepadaku
hai Yazid”. Yazid menjawab, “Waahi Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa engkau tidaklah
khalifah pertama yang mati”. Maka Umar bin Abdul Azis menangis, kemudian
berkata, “tambahkanlah pengajaran kepadaku”. Yazid menjawab, “Hai Amirul
Mukminin, Tiadalah diantara engkau dan Adam itu bapa, selain orang yang sudah
meninggal”. Maka Umar bin Abdul Azis menangis dan berkata, “Tambahkan lagi hai
Yazid”. Yazid menjawab, “Hai Amirul Mukminin, tiadalah antara engkau dan surga
dan neraka itu tempat”. Lalu Umar bin Abdul Azis jatuh tersungkur dalam keadaan
pingsan. Maimun bin Mahram berkata, “tatkala turun ayat ini : وان جهنم لموعدهم
اجمعين Dan sesungguhnya neraka jahanam adalah tempat yang dijanjkan kepada
mereka semua (Al-Hijr 43) Maka Salman Al-Farisi memekik dan meletakkan
tangannya di atas kepalanya. Ia lari keluar dari rumahnya selama tiga hari dimana
orang-orang itdak sanggup mengejarnya.” Dawud At-tha’i melihat seorang wanita
pada kepala kuburan anaknya. Wanita itu mengatakan, “Hai anakku kiranya aku
ketahui pipimu yang mana yang pertama-tama dimulai (dimakan oleh ulat)”. Maka
Dawud pingsan dan jatuh di tempatnya. Dikatkaan bahwa Sufyan Ats-Tsauri sakit
lalu dibawa oleh penunjuknya kepada seorang tabib dzimmi . Tabib itu
mangatakan,” Inilah orang yang ketakutannya telah memutuskan jantungnya”.
Kemudian tabib itu datang dan memegang urat uratnya dan mengatakan, “tidak aku
tahu bahwa pada agama yang benar ada orang yang seperti Sufyan”. Ahmad bin
hambal RA berkata,”Aku bermohon kepada الله SWT kiranya Ia membuka kepadaku
pintu ketakutan. Maka dibukakannya lalu aku takut kepada akalku. Maka aku berdoa,
“Wahai Tuhanku, sekadar apa yang aku sanggupi”. Maka tenanglah hatiku”.
AbduLlah bin Amr bin AL-Ash berkata, “Menangislah. Maka jikalau engkau tidak
dapat menangis, maka berbuat tangislah, demi Tuhan Yang diriku di tangan-Nya,
jikalau tahu diantara kamu akan pengetahuan niscaya ia berteriak sehingga
putuslah suaranya dan ia akan mengerjaakan shalat sehingga pecahlah tulang
pinggangnya”. Seakan-akan AbdiLlah bin Amr bin Ash mengisyaratkan pada makna
sabda Nabi SAW, : لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا Jikalau kamu
tahu apa yang aku tahu niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Al-Anbari berkata, “Berkumpul para perawi hadits di pintu Fudhail bin Iyadh
maka terlihat oleh mereka beberapa lubang dinding, Al-Fudhail itu menangis, dan
janggutnya bergoyang-goyang lalu Al-Fudhail berkata, “Haruslah kamu dengan
AL-Qur’an ! Haruslah kamu mengerjakan shalat ! Berhati-hatilah kamu. Tidaklah
ini zaman hadits, sesungguhnya ini zaman menangis, merendahkan diri, ketetapan
hati dan doa seperti doanya orang yang karam. Sesunguuhnya ini zaman :
Peliharalah lisan engkau , sembunyikanlah tempat engkau , obatilah hati engkau,
ambilah apa yang engkau pandang ma’ruf dan tinggalkanlah apa yang engkau
pandang munkar. Pada suatu hari orang melihat Al-Fudhail berjalan kaki lalu
ditanyakan mau ke mana. Al-Fudhail menjawab, “Aku tidak tahu” Adalah Al-Fudhail
itu berjalan kaki untuk melengahkan diri dari ketakutan. Dzar bin Umar bertanya
kepada bapanya Umar bin Dzar, “Bagaimana kiranya keadaan orang-orang yang ahli
ilmu kalam yang berkata-kata maka tidak ada yang menangis akan tetapi apabila
ayah yang berkata-kata niscaya aku mendengar tangisan dari setiyap sudut”.
Ayahnya menjawab,”Wahai anakku, tidaklah wanita yang meratap karena kematian
anak itu seperti wanita yang meratap karena disewa (untuk meratap). Diceritakan
bahwa suatu kaum berdiri dengan seorang abid (ahli ibadah), dan abid itu sedang
menangis. Maka orng banyak bertanya kepadanya,”Apakah yang membawa engkau
kepada menangis ? kiranya engkau diberi rahmat oleh الله.” Abid itu menjawab,
“Luka yang diperoleh oleh orang-orang yang takut dalam hatinya”. Mereka
bertanya, “Apakah luka itu ?” Abid itu menjawab, “terkejut oleh panggilan untuk
datang kepada الله Azza wa Jalla”. Adalah Ibrahim Al-Khawas itu menangis dan
mengatakan dalam munajahnya, “Sesungguhnya aku telah tua dan telah melemah
tubuhku untuk berkhidmah kepada Engkau, maka merdekakanlah aku !” Shalih
Al-Marri berkata, “Datang kepada kami Ibnu Samak lalu beliau mengatakan,
“Perhatikanlah kepadaku akan sesuatu dari sebagian keajaiban hamba-hambamu”.
Lalu aku pergi kepada seorang laki-laki pada sebahagian desa dengan Ibnu Sammak
pada suatu rumah bambu kepunyaan laki-laki itu. Maka kami minta izin kepada
lelaki itu. Tiba-tiba lelaki itu menganyam daun kurma maka aku bercakap
dengannya, : Pada waktu belenggu dan rantai telah dipasang di leher mereka,
mereka dihela ke dalam air yang sangat panas kemudian mereka dibakar ke dalam
api. (Al-Mukmin 71-72). Maka lelaki itu memekik dengan keras dan jatuh
tersungkur dalam keadaan pingsan. Lalu kami keluar dari tempat lelaki itu dan
kami meninggalkan dia dalam keadaan yang demikian. Dan kami pergi kepada orang
lain lalu kami masuk ke tempatnya, maka aku bacakan ayat tadi lalu orang itupun
memekik dengan keras dan jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Lalu kami
pergi dan meminta izin kepada orang ketiga, maka orang ketiga ini mengatakan,
“Masuklah kalau kamu tidak mengganggu kami dari tuhan kami”. Maka aku bacakan
ayat : ذالك لمن خاف مقامي وخاف وعيد Tempat yang demikian itu adalah untuk
orang-orang yang takut kepada kebesaran-Ku dan takut kepada janji-Ku (Ibrahim
14). Lalu orang itu memekik dengan pekikan keras, maka nampaklah darah keluar
dari kedua lubang hidungnya, dan ia mengusapnya hingga kering. Lalu kami
tinggalkan dia dalam keadaan yang demikian dan kemudian keluar. Maka aku telah
keliling pada enam orang. Setiap orang yang aku keluar padanya maka aku
tinggalkan dalam keadaan pingsan. Kemudian aku datangi orang yang ke tujuh lalu
kami miunta izin untuk masuk. Rupanya ia adalah seorang wanita, dan dari dalam
rumah bambu itu ia berkata, ‘”Masuklah”. Lalu kami masuk maka tampaklah seorang
tua (suaminya) yang sudah lanjut usianya, duduk pada tikar mushalanya. Lalu
kami memberi salam kepadanya . ia tidak mengetahui dengan salam kami, lalu aku
berkata dengan suara keras,”Ketahuilah bahwa di hari esok, makhluk itu
mempunyai tempat kedudukan”. Maka orang itu menjawab, ‘Di hadapan siapa
?”Hati-hatilah engkau!” kemudian orang tua itu di dalam keheranan, yang terbuka
mulutnya, matanya memandang ke atas, ia memekik dengan suara yang lemah
Oh..oh..” sehingga suara itu terputus. Lalu isterinya berkata, “Keluarlah, kamu
sesungguhnya tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun darinya.” Sesudah itu aku
bertanya tentang orang banyak itu, rupanya tiga orang sudah sembuh, dan tiga
orang lagi sudah kembali kepada الله تعالى (meninggal dunia). Adapun orang tua
itu tiga hari di dalam keadaannya yang demikian, ternganga dan keheranan. Tidak
mengerjakan amal yang fardhu dan setelah tiga hari barulah kembali akal
pikirannya. Adalah Yazib bin Al-Aswad kelihatan temasuk golongan wali-wali
(Aulia). Ia bersumpah tidak akan tertawa selamanya, tidak akan tidur dengan
berbaring, dan tidak akan makan minyak samin untuk selama-lamanya. Maka
tidaklah ia kelihatan tertawa dan tidur berbaring dan tiada memakan minyak
samin sampai ia meinggal dunia. Kiranya الله mencurahkan rahmat kepadanya.
Al-Hajaj berkata kepada Sa’ad bin Jubair, “Sampai kepadaku berita bahwa engkau
tiada pernah tertawa”. Sa’ad bin Jubair menjawab, “Bagaimana aku tertawa
sedangkan neraka jahanam itu menyala, rantai-rantai itu dipasang dan neraka
zabaniyah itu telah disiapkan”. Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan
AL-Bashri RA, Hai Abu Sa’id, bagaimana seharusnya aku berpagi hari ?” Hasan AL-Bashri
RA menjawab, “Dengan penuh kebajikan”. Lelaki itu bertanya lagi, “Bagaimana
halnya dengan keadaanmu ?” Hasan AL-Bashri RA tersenyum dan menjawab, “Engkau
bertanya tentang keadaanku, lalu apa persangkaanmu dengan manusia yang
menumpang kapal di tengah lautan lalu pecahlah kapal mereka lalu setiap insan
dari mereka bergantung dengan sepotong kayu. Bagaimana keadaan setiap insan itu
?” Lelaki itu menjawab, “Dalam keadaan yang sangat sulit”. Maka Hasan AL-Bashri
RA berkata, “Hal keadaanku lebih sulit dari mereka”. Bekas budak wanita Umar
bin Abdul Azis masuk ketempat Umar bin Abdul Azis. Ia memberi salam kepada Umar
bin Abdul Azis kemudian ia pergi ke mushala di dalam rumah Umar bin Abdul Azis.
Lalu wanita itu mengerjakan shalat dua rekaat dan kedua matanya keras hendak
tidur. Lalu ia berbaring dan tidur. Maka dalam tidurnya ia menangis kemudian ia
terbangun lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya demi الله aku
bermimpi suatu keajaiban”. Umar bin Abdul Azis berkata, “Keajaiban apakah itu
?” Wanita itu menjawab, “Aku bermimpi neraka, dan neraka itu berkobar-kobar
apinya kepada penghuninya. Kemudian dibawalah titian الصراط المستقيم lalu
penghuni tadi diletakkan di atas titian itu”. Umar bin Abdul Azis berkata,
“Teruskan”. Wanita itu menyambung, “Maka dibawalah Abdul Malik bin Marwan lalu
ia dipikulkan di atas penghuni itu. Maka tiadalah berlalu selain waktu yang
sedikit saja sehingga titian itu terbalik, maka Abdul Malik bin Marwan jatuh ke
dalam neraka jahanam”. Umar bin Abdul Azis berkata, “Teruskan”. Wanita itu
menyambung, “Maka dibawalah Al-Walid bin Abdul Malik lalu ia dipikulkan di atas
penghuni itu dan tiadalah berlalu selain waktu yang sedikit saja sehingga
titian itu terbalik. Maka Al-Walid bin Abdul malik jatuh ke dalam neraka
jahanam”. Umar bin Abdul Azis berkata, “teruskan”. Wanita itu menyambung,
“Kemudian dibawalah Sulaiman bin Abdul malik, maka tiadalah berlalu selain
waktu sebentar saja sehingga titian itu terbalik dan Sulaiman bin Abdul Malik
jatuh seperti yang demikian.” Umar bin Abdul Azis berkata, “Teruskan”. Wanita
itu meneruskan ceritanya, “Kemudian dibawalah engkau demi الله wahai Amirul
Mukminin”. Lalu Umar bin Abdul Azis RA memekik dengan pekikan yang keras yang
membuatnya jatuh pingsan. Lalu wanita itu berdiri mendekati Umar bin Abdul Azis
dengan membisikkan ke telinganya, “Hai Amirul Mukminin, aku melihat engkau demi
الله selamat. Aku melihat engkau selamat dari bahaya itu”. Kata yang
meriwayatkan kisah ini, “Wanita itu terus memanggil dan Umar bin Abdul Azis
terus memekik dan ia memeriksa dengan kedua kakinya”. Diceritakan bahwa Uwais
Al Qarni RA datang kepada Al-Qash. Maka dia menangis sebab mendengarkan
perkataan Al-Qash. Apabila Al-Qash menyebutkan neraka, maka Uwais memekik.
kemudian Uwais bangun berjalan lalu diikuti manusia banyak mereka mengatakan
“gila-gila”. Muadz bin Jabal RA mengatakan, “bahwa orang mukmin itu tidak
tenang ketakutannya sebelum meninggalkan titian neraka jahanam di belakangnya”.
Adalah Thawus bin Khaisan Al-Yamani membentangkan tikar tidur untuk Muadz bin
Jabal. Maka Muadz pun berbaring dan bergoncang badannya sebagaimana
bergoncangnya biji-bijian dalam kuali penggorengan. Kemudian ia melompat
berdiri lalu ia melipatkan badannya dan mengahdap kiblat dengan ruku’ dan sujud
sampai datang waktu shalat subuh dan ia mengatakan, “Mengingati neraka jahanam
itu menerbangkan tidur orang-orang yang takut”. Hasan AL Bashri RA berkata,
“seorang laki-laki keluar dari neraka sesudah seribu tahun. Wahai kiranya
akulah lelaki itu”. Beliau megatakan yang demikian karena takutnya berkekalan
di dalam neraka dan suu-ul khatimah. Diriwayatkan bahwa beliau tiada pernah
tertawa selama empat puluh tahun, dan perawi mengatakan, “Apabila aku melihat
Al-Hasan Al-Bashri duduk maka seakan-akan ia itu seorang tawanan yang didatangkan
untuk dipenggal lehernya. Apabila beliau berkata-kata, seakan-akan beliau
melihat akhirat lalu beliau menceritakan hal keadaan yang dilihatnya. Apabila
beliau diam maka seakan-akan api neraka menyala-nyala di hadapannya”. Beliau
dicela orang lantaran bersangatan kegundahannya dan ketakutannya maka beliau
mengatakan, “Aku tidak merasa aman bahwa الله melihatku atas sebagian apa yang
tidak disenangi-Nya, maka Ia mengutukku dan berfirman ‘Pergilah dan tiada Aku
ampunkan engkau ‘ maka aku telah berbuat pada yang bukan tempatnya”.
Diriwayatkan dari Ibnu Samak yang mengatakan, “Aku pada suatu hari memberi
pengajaran pada suatu majlis maka seorang pemuda dari sebuah rombongan bangun
berdiri dan mengatakan, ‘hai Abul Abas, engkau pada hari ini telah memberi pengajaran
dengan perkataan yang tidak kami hiraukan bahwa tiada kami mendengar dari yang
lainnya”. Lalu aku bertanya, “Perkataan apakah itu ? kiranya engkau dicurahkan
rahmat oleh الله” Pemuda itu menjawab, “Perkatan engkau ‘Hati orang-orang yang
takut telah dipotong oleh lamanya orang-orang yang kekal, adakalanya dalam
surga atau dalam neraka”. Kemudian pemuda itu menghilang dariku dan aku
mencarinya di majlis yang lain namun aku tidak melihatnya. Lalu aku tanyakan,
maka diberitahukanlah kepadaku bahwa pemuda itu sakit. Maka akupun datang
mengunjunginya dan aku berkata, “Hai saudaraku, apa gerangan yang aku lihat
pada diri engkau ?”. Pemuda itu menjawab, “Hai Abul Abbas, itu dari perkataan
engkau ‘hati orang-orang yang takut telah diputuskan oleh lamanya orang-orang
yang kekal, adakalanya dalam surga, adakalanya dalam neraka’”. Ibnu Samak
meneruskan ceritanya,”Kemudian pemuda itu meninggal dunia, kiranya الله
melimpahkan rahmat kepadanya. Kemudian aku bermimpi melihatnya di dalam tidur
maka aku bertanya, “Hai saudaraku ! apa yang telah diperbuat الله kepadamu ?”
Pemuda itu menjawab, الله telah mengampunkan dosaku, merahmatiku dan
memasukkanku ke dalam surga”. Aku bertanya, “Dengan apa?” Ia menjawab, “Dengan
perkataan engkau itu”. Maka inilah tempat takutnya para nabi, wali, ulama dan
orang-orang salih. Dan kita lebih layak dengan lebih takut jika dibandingkan
mereka. Akan tetapi takut itu tidak disebabkan banyak dosa, tetapi dengan
kebersihan hati dan kesempurnaan ma’rifah. Jikalau tidak, maka tidaklah
keamanan kita karena sedikitnya dosa dan banyaknya keta’atan kita, akan tetapi
karena dipimpinya kita oleh hawa nafsu kita dan dikerasinya kita oleh
kedurhakaan kita dan tercegah kita dari memperhatikan hal ihwal kita oleh sebab
kelalaian dan kesesatan hati kita. Maka tidaklah semakin mendekatnya
keberangkatan ke akhirat itu dapat membangunkan kita, dan tidaklah banyaknya
dosa itu menggerakkan kita. Tidaklah penyaksian hal keadaan orang-orang takut
itu dapat menakutkan kita, dan tidaklah bahaya al-khatimah itu mengejutkan
kita. Maka kita bermohon kepada الله تعالى kiranya ia memperdapatkan kembali
dengan kurnia dan kemurahan-Nya akan hal ihwal kita, lalu diperbaiki-Nya kita,
jikalau adalah penggerakan lisan dengan semata-mata meminta tanpa persediaan
itu bermanfaat bagi kita. Dan diantara keajaiban-keajaiban adalah bahwa kita
apabila berkehendak kepada harta benda dunia niscaya kita bercocok tanam dan
menanam, berniaga, menyeberangi lautan dan padang pasir dan kita mau menempuh bahaya.
Dan kalau kita bermaksud mencari pangkat ilmu pengetahuan niscaya kita
mempelajari ilmu fikih dan kita bersusah payah menghafal dan
mengulang-ulanginya. Dan kita tidak pula tidur malam, kita bersungguh-sungguh
dalam mencari rizki kita. Dan kita tidak percaya kepada jaminan الله dan kita tidak
duduk di rumah kita dan berdoa, “Wahai الله Tuhanku, berilah kami rizki”.
Kemudian ketika mata kita menatap Raja Yang Kekal Yang Berketetapan niscaya
kita cukupkan dengan berdoa melalui lidah kita, “Wahai Tuhan kami, ampunilah
kami dan kasihanilah kami, yang kepada-Nya harapan kami, dan dengan Dia
kemegahan kami, yang memanggil kami dengan berfirman : وان ليس للانسان الاما
سعى Dan bahwa manusia itu hanya memperoleh apa yang diusahakannya. (An-Najm
39). Dan firman-Nya: ولا يغرنكم بالله الغرور Dan janganlah kepercayaanmu kepada
الله tertipu oleh yang amat pandai menipu / setan (Fathir 5). Dan firman-Nya :
يأيهاالانسان ما غرك بربك الكريم Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan
kamu sekalian terhadap Tuhan engkau Yang Maha Pemurah ?” (Al-Infithar 6).
Kemudian setiap yang demikian itu tidak memberitahukan kepada kita dan tidak
mengeluarkan kita dari lembah ke-terperdayaa-an kita dan angan-angan kita. Maka
tidaklah semua ini melainkan bencana yang menghuru-harakan. Jikalau tidaklah
الله mengurniakan kita dengan taubat nasuha yang akan memperdapatkan kita
dengan sebab taubat itu dan menambalkan kekurangan kita. Kiranya Ia
mempertaubatkan kita. Bahkan kita bermohon kepada-Nya bahwa Ia menunjukkan
rahasia hati kita kepada jalan taubat, dan Ia tidak menjadikan gerakan lidah
kita dengan permintaan taubat itu penghabisan keberuntungan kita. Lalu kita
akan termasuk orang yang mengatakan akan tetapi tidak mengerjakan, mendengar
dan tidak menerima. Apabila kita mendengar pengajaran niscaya kita menangis.
Dan apabila datang waktu amal dengan apa yang kita dengar, lalu kita
mengingkari. Maka tiada tanda kehinaan yang lebih besar dari ini semua. Mari
kita bermohon kepada الله تعالى kiranya Ia mencurahkan nikmat kepada kita
dengan taufik dan petunjuk , dengan nikmat dan kurnia-Nya. Marilah kita
singkatkan cerita hal-ihwal orang-orang yang takut sekedar apayang telah kita
kemukakan. Sesungguhnya sedikit dari ini berbetulan dengan hati yang menerima,
Maka memadailah dan yang banyak darinya. Jikalau dicurahkan kepada hati yang
lalai maka tidaklah berfaidah. Sungguh benarlah cerita tentang seorang pendeta
yang disampaikan oleh Isa bin Malik Al_khaulani. Dan pendeta itu termasuk orang
yang ahli beribadah yang pilihan. Bahwa Isa bin Malik Al_khaulani melihatnya
berdiri di pintu Baitul Maqdis seperti keadaan orang yang sedang bergundah hati
dari sebab bersangatan bimbangnya. Dan hampir tidak kering air matanya dari
banyaknya menangis. Isa bin Malik Al_khaulani berkata, “Tatkala aku melihatnya
maka mendahsyatkan aku memandangnya. Lalu aku berkata, “Hai pendeta berikanlah
aku wasiyat (nasihat) yang akan aku hafal dari engkau.” Pendeta itu menjawab,
“Hai saudaraku, dengn apa aku nasihatkan engkau ? Jikalau sangguplah engkau
setingkat dengan seorang laki-laki yang dihalau oleh binatang buas dan singa.
Orang itu takut dan berhati-hati. Ia takut lengah sehingga ia diterkam oleh
binatang buas itu. Atau lupa lalu ia ditangkap dengan mulut oleh singa. Dia
yang berhati kecut, yang takut, dia pada malamnya dalam ketakutan walaupun
orang-orang yang terperdaya merasa aman. Dan pada siangnya dalam kegundahan
walaupun orang-orang yang tidak ada kerja merasa neruntung”. Kemudian pendeta
itu pergi dan ditinggalkanya aku, lalu aku mengatakan,”Jikalau engkau tambahkan
sedikit lagi kepadaku, niscaya mudah-mudahan bermanfaat bagiku”. Pendeta itu
menjawab, “orang yang haus, akan memadahi baginya air yang sedikit”. Sungguh
benar pendeta itu, bahwa hati yang bersih itu digerakkan oleh sedikitnya
ketakutan sedang hati yang beku maka setiap pelajaran tidak akan disetujuinya.
Apa yang disebutkannya dari kira-kira bahwa ia dihalau oleh binatang buas dan
singa, maka tidak seyogyanya disangka bahwa itu kira-kira akan tetapi itu
sungguh-sungguh. Maka jika engkau menyaksikan dengan nur mata hati kepada
bathin engkau niscaya engkau melihat penuh dengan berbagai macam binatang buas
dan bermacam-macam singa seperti marah, nafsu syahwat, busuk hati, dengki,
sombong, mengherani diri (ujub), ria dan lain-lainnya. Dan sifat-sifat ini
selalu menerkam engkau dan menelan engkau dengan mulutnya jika engkau lalai
sekejab mata saja. Hanya saja, mata engkau terhijab dari melihatnya. Maka
apabila tersingkap tuutpnya dan engkau telah diletakkan dalam kubur, niscaya
engkau akan melihatnya. Dan telah tergambar bagi engkau akan rupa dan bentuknya
yang bersesuaian dengan maknanya. Maka ketika itu engkau melihat dengan mata
engkau akan kalajengking dan ular. Dan ia meletakkan pandangan kepada engkau di
dalam kubur engkau. Dan itu sesunggunya adalah sifat-sifat engkau yang ada
sekarang yang telah terbuka kepada engkau bentuk-bentuknya. Jikalau engkau
bermaksud membunuhnya dan memaksanya dan engkau sanggup atas yang demikian
sebelum mati, maka kerjakanlah ! jikalau tidak, maka seidakanlah diri engkau
kepada sengatan dan tangkapan mulutnya bagi jantung hati engkau ! lebih-lebih
lagi zahiriyah engkau !......... Wassalam........