SEJARAH PERADABAN ISLAM DI SPANYOL

ISLAM DI SPANYOL
I.                PENDAHULUAN
Setelah berahirnya periode klasik Islam, ketika Islam memulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politk, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan  kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di timur. Ketika itu, orang orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan  perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarahwan. Untuk lebih jelasnya kita akan membahas tentang Islam di Spanyol sebagai berikut.
II.     RUMUSAN MASALAH 
 1. Spanyol sebelum Islam. 
 2. Masuknya Islam ke Spanyol. 
 3. Perkembangan Islam di Spanyol.
III.  PEMBAHASAN
A.      Spanyol sebelum Islam.
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, sekitar abad ke-5 Masehi, bangsa Jerman mendatangi semenanjung Iberia. Theodoric, raja Ostogoth mendirikan istananya di Toledo sekitar tahun 513 M. Kemudian pada tahun 569 M, Leovigildo, seorang raja Visigoth, menjadikan Toledo sebagai ibukota Kerajaan Visigoth Spanyol. Sejak itulah, Toledo mengalami kejayaan yang pertama. Pada tahun 689 M, raja Recaredo menjadikan Katolik sebagai agama resmi di Spanyol.
Pada abad ini juga  kaum Gotik memasuki Spanyol, mereka harus berjuang sekian lama untuk mengagntikan para pendahulu mereka orang Suevi dan Vandal yang juga pernah menyerbu grombolan Germanik, setelah kaum Gotik dapat menaklukan kaum germanik, mereka dapat berkuasa sebagai penguasa yang absolute, dan acapkali bersikap kejam. Mereka menjadikan ajaran Kristen aria menjadi sandaran hidup dengan sikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh pengusa-penguasa di beberapa daerah Spanyol, yaitu aliran Monofisit, apa lagi terhadap penganut agama lain, yahudi. Penganut agama yahudi yang merupakan bagian terbesar  dari penduduk Spanyol dipaksa untuk dibaptis menurut agama Kristen aria, yang tidak bersedia dipaksa dan dibunuh secara brutal.[1] Rakyat dibagi kedalam system kelas, sehingga keadaanya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan dan ketiadaan persamaan hak. Hal itu menyebabkan kerusuhan dan kekacauan yang disebabkan perlawanan dan pemberontakan oleh koloni koloni yahudi untuk mendapatakan hak hak mereka dan juga untuk mempertahankan ajaran agama yahudi.
B.     Masuknya Islam ke Spanyol.
Ekspansi pasukan muslim ke Semenajung Iberia, gerbang barat daya Eropa, merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang orang Arab. Serangan itu menandai puncak ekspansi muslim kewilayah Afrika dan Spanyol
Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspansi ke Spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer abad pertengahan. Dalam proses ekspansi ke Spanyol terdapat tiga pahlawan isalam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan satuan pasukan ke Spanyol mereka adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Yang menyebrangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.[2] Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Gotik yang berkuasa di Spanyol pada waktu itu, Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.[3]
Thairq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya sebagian besar terdiri dari suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Al Wlid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.[4] Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menanaklukan kota kota penting, seperti; Kordova, Grenada dan Toledo ( ibu kota kerjaan Gotik saat itu).[5] Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa Ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personil,sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12000 orang jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gotik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq Ibn Ziyad membuka jalan untuk menaklukan wilayah yang lebih luas lagi.untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu untuk melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat dari selat itu dan satu persatu kota yang dilewtinya dapat ditaklukan. Setelah Musa  berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gotik, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mualai dari Saragossa sampai Navarre.[6]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan khalifah Umar Ibn Abdul Aziz tahun 717 M. kemenangan kemenangan yang dicapai umat Islam terlihat begitu mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor internal dan ekstranal.
Faktor Internal.[7]
Adalah suatu kondisi yang terdapat didalam tubuh penguasa, tokoh tokoh pejuang dan para prajurit umat Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada  khususnya, faktor faktor itu anatara lain:
1.      Para pemimpin dari pejuang Islam adalah tokoh tokoh yang kuat.
2.                               Para prajurit umat Islam mempunyai kekompakan, persatuan dan rasa percaya diri yang sangat tinggi dalam penaklukan diwilayah Spanyol.
3.                              Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukan para tenatara Islam yaitu sifat toleransi, persaudaraan dan tolong menolong yang menyebabkan kaum pribumi menyambut kehadiran Islam di Spanyol.
Faktor eksternal.[8]
Adalah suatu kondisi yang terdapat didalam Negara Spanyol sendiri. Yaitu;
1.      Sikap penguasa Gotik yang tidak toleran terhadap aliran agama yang berkembang pada saat itu. Penguasa Gotik memaksa aliran agama kepda masyarakat. Penganut agama yahudi yang merupakan komunitas terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa untuk dibaptis menurut agama Kristen.dalam kondisi ini mereka merasa tertindas secara teologis, yang menyebabkan mereka berharap datangnya juru pembebas. Dan juru pembebas tersebut mereka temukan dari orang orang Islam. Demi kepentingan mempertahankan keyakinan, mereka bersekutu dengan tentara Islam melawan pengusa Gotik.
2.      Perselisihan antra raja Rodrick dan Witiza (wali kota Toledo), disatu pihak dan ratu Julian dipihak lain. Oppas dan Achila kakek dan anak Witiza menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Rodrick, bahkan berkoalisi dengan kaum muslimin di Afrika Utara. Demikian pula ratu Julian memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq dan Musa.
3.               Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa tentara Rodrick tidak mempunyai semangat perang, yang disebabkan bertambah kuatnya pasukan tentara Islam setelah berkoalisinya kedua raja dan ratu tersebut.
C.     Perkembangan Islam di Spanyol.
Sejak pertama kali menginjakan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerjaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1.      Periode pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu terjadi duapuluh kali pergantian wali ( gubernur) Spanyol dalam  jangka waktu yang amat singkat.perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubunganya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani ( Arab Selatan). Perbedaan ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak  ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.[9]
Gangguan dari luar datang dari sisa sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal didaerah daerah pegungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Karena sering terjadinya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dibidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd. Al Rahman Al Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/ 755 M.
2.   Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir ( panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh kahlifah Abbassiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki tahun 138 H/ 755 M. dan diberi gelar Al Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir berhasil menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Uamyyah di Spanyol. Penguasa penguasa di Spanyol pada periode ini adalah Abd. Al Rahman Al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd. Al Rahman Al Austh, Muahammad Ibn Abd. Al Rahman, Munzir Ibn Muahammad, dan Abdulloh Ibn Muahammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban, antara lain:
a.                            Abd. Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah sekolah di kota kota besar Spanyol.
b.                           Hisyam terkenal dalam menegakan hukum Islam.
c.                            Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dan dialah yang memprakarsai tentara bayaran Spanyol.
d.                           Abd. Al Rahman Al Ausath dikanal sebagai penguasa cinta ilmu,[10] dan pada masanya juga mulai masuk pemikiran filsafat, dan dia juga mengundang para ahli dari duania Islam lain untuk datang ke Spanyol hingga di Spanyol mulai marak kegiatan ilmu pengetahuan.
Walaupun banyak perkembangan pada periode ini, tetapi ancaman dan kerusuhan tetap terjadi, antara lain:
a.                            Pada abad ke-9, stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik  yang mencari ke-syahidan (Martyrdom).[11] Tetapi, gereja Kristen di Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan ini, karena pemerintahan Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.[12]
b.                            Pada periode ini  terjadi gangguan politik yang serius dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota yang berlangsung selama delapan puluh tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tidak puas membangkitkan revolusi, diantaranya adalah pemberontakan pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang orang Barbar dan orang orang Arab masih terjadi.[13]
3.   Periode ketiga (912-1013 M)
Pemerintahan ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd. Al Rahman III yang bergelar Al Nashir, sampai munculnya raja raja kelompok yang disebut muluk Al Thawaif. Pada pemerintahan ini Spanyol dipimpin oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar ini bermula dari berita yang sampai kepada Abd. Al Rahman III, bahwa Al Muktadir khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Dan ini menunjukan bahwa pemerintahan Abbassiyah berada dalam kemelut. Hal ini menyebabkan pemakain gelar khalifah yang telah hilang selama 150 tahun lebih. Khalifah khlifah tersebut anatara lain Abd. Al Rahman Al Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
     Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan keemasan menyaingi daulah abbassiyyah. Antara lain:
a.    Abd. Al Nashir mendirikan Universitas Cordova, perpustakaan yang memiliki koleksi ratusan ribu buku.
b.   Hakam II mendirikan perpustakaan dan rakyatnya dapat menikmati kesejahtraan dan kemakmuran pemabangunan kota yang berlangsung.
4.   Periode keempat ( 1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh  negara kecil dibawah pemerintahan raja raja golongan (al muluk al Thawaif) yang berpusat disuatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyyah di Siville. Karena terpecahnya Spanyol menyebabkan perang saudara, hal ini dimanfaatkan oleh umat Kristen  mengambil inisiatif, untuk menyerang umat Islam. Walaupun terjadi kekacauan politik, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini, yaitu istana istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu istana keisatana lain.[14]  
5.   Periode kelima (1086-1248 M)
Walaupun dalam periode ini Islam terpecah menjadi beberapa negara, tetapi terdapat suatu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murobithun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun (1146-1235 M). dinasti Murobithun pada mulanya adalah suatu gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 162 M, ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa pengusa Islam disana, yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri negerinya dari serangan orang Kristen. Pada tahun 1086 M, dinasti masuk ke Spanyol dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan dikalangan raja raja muslim Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Pada tahun 1143 M, dinasti ini berakhir di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muahidun yang berpusat di Afrika Utara dinasti ini merebut kembali daerah Saragossa yang jatuh ketangan Kristen pada Murobithun. Dinasti Muwahidun didirikan oleh Muhammad Ibn Tumart. Dinasti ini  masuk ke Spanyol dibawah pimpinan Al Muni’m. diantara tahun1114 dan 1154 dapat menguasai kota kota muslim penting di Spanyol yaitu Cordova, Almeria dan Granada. Dinasti ini mengalami kemajuan yaitu kekuatan kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian umat Kristen dapat merebut kembali dan mengalahkan dinasti Muwahidun, yang menyebabkan dinasti ini kembali ke Afrika Utara. Keadaan Spanyol kembali kacau. Cordova dan Seville  jatuh ketangan Kristen kecuali Granada.
6.   Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam di Spanyol hanya berkuasa di Granada dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Pada masa ini peradaban kembali mengalami kemajuan seperti jaman Abd. Al Rahman Al Nashir. Kekuasaan ini yang merupakan kekuasanaan terakhir di Spanyol berakhir karena adanya perselisihan dalam istana untuk memperebutkan kekuasaan.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat telah mencapai kemajuan disana, bahkan berdampak pada kemajuan yang lebih kompleks, antara lain
a.    Kemajuan intelektual, seperti filsafat, sains, fiqih, musik, kesenian, bahasa, dan sastara.
b.   Kemegahan bangunan fisik, seperti; indahnya ibu kota Spanyol yaitu Cordova yang terdapat jembatan besar yang dibangun diatas sungai ditengah kota, terdapat istana istana ditengah kota yang memperindah pemandangan. Selain itu di Granada terdapat istana Al Hamra yang tidak kalah megahnya dengan istana di Corova.
IV.     KESIMPULAN
Dari uarain diatas, maka dapat diambil  kesimpulan sebagai berikut:
a.    Sebelum Islam masuk ke Spanyol, banyak terjadi kekacauan yang disebabkan  oleh kerajaan Gotik memaksa kepada umat yahudi untuk dibaptis. Hal ini membawa dampak perpecahan yang sangat signifikan diantara bangsa Spanyol itu sendiri. Keadaan ini dimanfaatkan umat Islam dalam penaklukannya ke Spanyol
b.   Masuknya Islam ke Spanyol diawali oleh tiga pahlwan, mereka yaitu Tharif, Thariq dan Musa, yang melakukan ekspansi dengan melakukan penyeberangan melalui selat diantara Maroko dan Eropa.
c.    Masuknya Islam ke Eropa membawa dampak kemajuan yang sangat pesat dalam peradaban, antara lain kemajuan intelektual dan kemegahan bangunan.
V.        PENUTUP
Demikin makalah yang dapat kami susun semoga dapat memberi manfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi teman teman sekalian.  Kami menghrapkan kritik dan saran yang sekiranya bisa membangun bagi kami, baik dalam segi penulisan maupun isi. Kami adalah manusia biasa yang tidak lepas dari kekuranagan, maka dari itu kami mohon maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carl, Brockelman, Histori Of The Arabs, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006
Hitti, Philip K., History Of Islamic Peoples, londen: Rotledge & kegan paul, 1980
Syalabi, Ahmad, Mausu’ah Al Tarikh Al Islami Wa al Hadharah al Islamiyah, Jilid 4, Kairo: Maktabah al Nahdah al Mishriyah, 1979
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebuayaan Islam,Jilid 2, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983
Spuler Bertold , The Moslem World:A Historical Survey, leiden: E. J. Brill, 1960
Thomas, W.,  Arnold, Sejarah Dakwah Islam, Jakarata: Wijaya, 1983
Wassenstein, David, Politics and Society in Islamic Spain:1002-1086, New Jersey: Princeton University Press, 1985
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam Jilid 2, Jakarta : PT.  Raja Grafindo, 2004
Zaidan, Jurji, Tarikh al Tamaddun al Islami, Jilid 3, Kairo: Daar al Hilal, tanpa tahun




[1] Thomas W,  Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarata: Wijaya, 1983), hlm. 118
[2] A. Syalabi, Sejarah dan Kebuayaan Islam,Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), hlm. 158
[3] Philip K. Hitti, Histori Of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 628
[4] Carl, Brockelman, History Of Islamic Peoples, ( londen: Rotledge & kegan paul, 1980), hlm. 83
[5] A, Syalabi, op.cit., hlm. 161
[6] Ibid., hlm.14
[7] Dr. Badri Yatim, MA. Sejarah Peradaban Islam Jilid 2, (Jakarta : PT.  Raja Grafindo, 2004), hlm. 93
[8] Dedi Supriyadi, M. Ag. Sejarah Peradaban Islam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm. 119
[9] David Wassenstein, Politics and Society in Islamic Spain:1002-1086, ( New Jersey: Princeton University Press, 1985), hlm. 15-16
[10] Ahmad Syalabi, Mausu’ah Al Tarikh Al Islami Wa al Hadharah al Islamiyah, Jilid 4, ( Kairo: Maktabah al Nahdah al Mishriyah, 1979), hlm. 41-50
[11] Jurji Zaidan, Tarikh al Tamaddun al Islami, Jilid 3, (Kairo: Daar al Hilal, tanpa tahun), hlm. 200
[12] Thomas W,  Arnold, Op.Cit., hlm. 126
[13] Bertold spuler, The Moslem World:A Historical Survey, (leiden: E. J. Brill, 1960), hlm. 126
[14] Ibid,. hlm. 10

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post