Taqwa adalah ( التَقْوَى ) berasal dari Wiqoyah ( الوِقَايَة ) yaitu kalimat yang menunjukkan penolakan terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu. (lihat LisanulArab: 15/403 dan Maqoyisul Lughoh: 6/131) Maka, taqwa seorang hamba kepada Robbnya berarti menjadikan penghalang antara dia dengan apa yang ditakuti dari Robbnya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaanNya yaitu dengan cara menta'atiNya dan menjauhi maksiat kepadaNya. (lihat, Manhajul Anbiya' fii Tazkiyatin Nufus:28) Hakekat taqwa adalah: Beramal dengan menta'ati Alloh swt berdasarkan cahaya ilmu dari Alloh dalam rangka mengharap pahalaNya serta menjauhi maksiat kepadaNya berdasarkan cahaya dari Alloh tersebut karena takut siksaanNya.
Umar ra pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab ra tentang taqwa. Maka Ubay bertanya (balik): pernahkah engkau menempuh jalan yang berduri? Umar menjawab: tentu. Ubay bertanya lagi: apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: hati-hati dan sungguh-sungguh. Maka Ubay berkata: itulah taqwa. Taqwa dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kata taqwa dalam Al-Qur'an terkadang disandarkan langsung dengan nama Alloh swt sesudahnya, diantaranya ialah: Alloh swt berfirman: Artinya:"Dan bertakwalah kepada Alloh yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS. Al Maa-idah: 96). lloh swt berfirman: Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Alloh, Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. 059. Al Hasyr: 18). Alloh swt berfirman: Artinya:"Dan bertakwalah kepada Alloh agar kamu beruntung". (QS. Al Baqarah: 189). Apabila kata taqwa disandarkan langsung kepada Alloh, maka maksudnya adalah bertaqwa (takut) kepada murkaNya, karena dari situlah munculnya berbagai hukuman didunia maupun diakherat. Kata taqwa terkadang pula disandarkan kepada tempat diberlakukannya siksaan Alloh swt yaitu neraka. Alloh berfirman: Artinya:"Maka taqwalah (takutlah) kepada neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu. (QS. Al Baqarah: 24) Dan terkadang disndarkan kepada waktu diperlakukannya siksaan Alloh yaitu pada hari qiyamat. Alloh swt berfirman: Artinya:" Dan bertaqwalah (takutlah) dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong". (QS. Al Baqarah: 48) Sedangkan didalam Sunnah, kata taqwa disandarkan pula pada hal-hal yang diharamkan: Rosululloh saw bersabda: "Takutlah (bertaqwalah) kepada kedzoliman karena kedzoliman akan menjadi kegelapan pada hari qiyamat. Dan takutlah (taqwalah) kepada kekikiran, karena kekikiran telah membinasahkan orang-orang sbelum kalian sehingga membawa mereka menumpahkan darah dan merobek-robek kehormatan". (HR. Muslim: 16/134 Syarah An-Nawawi) Rosululloh saw bersabda kepada Mu'ad bin Jabal ketika diutus keYaman: "Bertaqwalah (takut) kamu dari do'a orang yang didzolimi, karena antara dia dan Alloh tidak trdapat penghalang". (HR. Bukhori:3/357 fath Al-Bari dan Muslim:1/197 Syarah An-Nawawi) Sarana-Sarana Taqwa Alloh swt telah menetapkan sarana-sarana untuk mencapai taqwa (tujuan tazkiyatun nufus).
Semuanya dapat kita golongkan pada tiga kaidah: Kaidah meneliti seluruh syi'ar-syi'ar Islam. Sesungguhnya Islam itu aqidah dan hukum-hukum yang tujuannya adalah taqwa atau tazkiyatun nufus agar manusia dapat istiqomah pada perintah Alloh baik secara individu, kelompok maupun masyarakat. Tauhid merupakan pensucian bagi jiwa (tazkiyatun nufus). Karena dasar hikmah itu adalah mengenal Alloh swt , beribadah, dan takut kepadaNya untuk syirik kepada Alloh swt adalah noda hitam dalam jiwa. Alloh swt berfirman: Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis…". (QS. At Taubah: 28). Seluruh ajaran Islam bertujuan mensucikan jiwa manusia dari kotoran-kotoran hati. Wudhu, mandi dan tayamum juga merupakan pensucian. Ketika Alloh swt berbicara tentang ketiganya, Alloh swt dalam akhir kalamNya berfirman: Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Alloh tidak hendak menyulitkan kalian, tetapi dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kallian, supaya kalian bersyukur. (QS. Al Maa-idah: 6). Sholat merupakan pensucian jiwa dan anggota badan dari kekejian dan kemunkaran. Alloh swt berfirman: Artinya:"Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar". (QS. Al 'Ankabuut:45). Didalam sholat terdapat tiga (3) kondisi: ikhlas, khosyah (rasa takut) dan dzikir kepada Alloh swt. Ikhlas memerintahkan yang ma'ruf, khosyah melarang yang munkar dan dzikir kepada Alloh menjadikannya memiliki mata hati. Begitu pula zakat bertujuan mensucikan jiwa, Alloh swt berfirman: Artinya:"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Alloh Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. At Taubah: 103) Dan begitulah seluruh ajaran Islam bertujuan mensucikan jiwa, jika kita mau meneliti ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Rosululloh saw, maka kita akan menemukannya. Dengan demikian jelaslah bahwa jalan yang dapat mengarahkan kepada taqwa adalah ibadah, karena ibadah adalah: "nama yang umum dan menyeluruh, yang mencakup perkataan dan perbuatan yang dicintai dan diridhoi Alloh swt".
Kaidah mengenal sifat orang-orang taqwa yang sempurna dan orang-orang mukmin yang ikhlas. Alloh swt berfirman: Artinya:"Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung". (QS. Al Baqarah: 2-5). Ayat yang menerangkan tentang sifat-sifat orang yang bertaqwa ini seluruhnya bertujuan pada pensucian jiwa.
Kaidah mengenal hakekat wali. Wali-wali Alloh swt adalah orang-orang mukmin yang bertaqwa. Alloh swt berfirman: Artinya:"Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Yunus: 62). Rukun-Rukun Taqwa Menurut ahlu sunnah wal jama'ah suatu amal hanya diterima dari orang –orang yang bertaqwa yaitu orang yang amalnya ikhlas karena Alloh swt dan sesuai dengan syari'at yang ditetapkan Rosululloh saw. Sebagian ulama' merumuskannya dengan dua point pokok: Tidak beribadah kecuali hanya kepada Alloh swt. Tidak beribadah kepada Alloh kecuali dengan apa yang diperintahkan dan disyari'atkanNya melalui lisan RosulNya. Ketentuan ini didasarkan oleh dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits sebagai berikut: Artinya:"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Alloh Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al Maa-idah: 27) Alloh swt berfirman: Artinya:"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS. Al Mulk: 2). Dalam menafsirkan yang lebih baik amalnya (أَحْسَنُ عَمَلًا) Al-Fudhoil bin Iyad berkata: yaitu yang paling ikhlas dan paling benar, maka orang-orangpun bertanya: hai abu Ali, apa yang paling ikhlas dan yang paling benar itu? Beliau menjawab: sesungguhnya amal apabila ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Sampai amal itu benar-benar ihklas dan berada dijalan yang benar. Ikhlas adalah karena Alloh swt dan benar itu adalah sesuai Sunnah (tuntunan Rosululloh saw).