oleh: Aviv Alfi
Nama,
kelahiran dan sifatnya:
Namanya adalah Abdurrahman bin Ali
bin Muhammad bin Ali bin Ubaid bin Abdillah bin Hamadi bin Ahmad bin Muhammad
bin Ja’far bin Abdillah bin Al Qasim bin An Nadhr bin Al Qasim bin Muhammad bin
Abdillah bin Al Faqih Al Qasim bin Muhammad bin Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq
Al Quraisyi At Taimi Al Bakri Al Baghdadi Al Hambali Al Wa’izh.
Beliau dilahirkan pada tahun 509 H,
ada juga yang mengatakan bahwa ia dilahirkan pada tahun 510 H.
Sifat-sifatnya: Al Muwaffaq
Abdullatif mengatakan, “Ibnu Jauzi adalah rupawan, baik perangainya, merdu
suaranya, santun gerakannya dan menyenangkan sendau guraunya.”
Pakaian yang ia sukai adalah pakain
yang terbaik dari kain yang berwarna putih, halus dan wangi. Beliau mempunyai
akal yang cerdas dan jawaban yang cepat.
Dalam tulisan Muhammad bin Abdil
Jalil Al Mauqani terdapat keterangan bahwa Ibnu Al Jauzi meminum sari buah
Baladzar. Sebab itu, jenggotnya menjadi rontok dan hanya tinggal sedikit yang tersisa.
Jenggot yang tersisa tersebut beliau semir dengan warna hitam hingga beliau
meninggala dunia. (siyaru A’lam an Nubala’: 21/378)
Sanjungan
Para Ulama’ terhadap beliau:
Abu Abdillah bin Ad Dabitsi dalam
kitab tarikhnya mengatakan, “Syaikh kami Jamaluddin (Ibnu Al Jauzi) adalah
pemilik banyak karya dalam bidang tafsir, fikih, hadits, sejarah dan lain-lain.
Beliau adalah orang yang paling menguasai ilmu-ilmu hadits dan mengetahui
shahih dan dha’ifnya. Beliau adalh orang yang sangat baik perkataannya, sangat
sempurna aturan yang dianutnya dan sangat indah lisan dan keterangannya.”
Al Muwaffaq Abdullatif mengatakan, “Ibnu
Al Jauzi adalah rupawan, baik perangainya, indah suaranya, santun gerakannya
dan menyenangkan sendau guraunya. Majlis ilmiyahnya dihadiri oleh seribu orang
atau lebih, beliau tidak menyia-nyiakan waktu sedikitpun. Setiap harinya,
beliau menulis karya ilmiyah lebih dari empat kitab kecil. Beliau mengetahui
berbagai berbagai ilmu namun yang paling menonjol adalah bidang tafsir, hadits
dan sejarah. Meskipun demikian, beliau juga ahli merangkai puisi. Dalam bidang
kedokteran beliau mengarang buku yang berjudul al Luqath sebanyak dua jilid.
Ibnu Ma’tuq Al mahfuzh menerangkan,
“Ibnu Al Jauzi adalah orang yang mempunyai kecakapan dalam berbagai ilmu, orang
yang terpandai dalam bidang prosa dan puisi, orang yang melebihi sastrawan dan
ulama’-ulama’ besar semasanya dan orang yang memiliki karya lebih dari 340 buah
yang tiap-tiap karya tersebut terdiri dari beberapa bagian bab sampai dua puluh
jilid. Aku berfikir bahwa zamn tidak akan mengizinkan ada orang yang
menandinginya.”
Adh Dhahabi mengatakan, “Ibnu Al
Jauzi adalah ketua para da’I, seorang penulis sya’ir dan prosa yang terkemuka.
Kitab-kitab karyannya sungguh menakjubkan para pembaca dan menghanyukan mereka
dalam keindahan. Tidak pernah ada sebelumnya dan sesudahnya orang yang
mempunyai kecakapan seperti kecakapanya.”
Ia adalah pemegang bendera nasehat
agama yang mempunyai penampilan indah, suara yang merdu, perkataan yang mengena
dihati dan perilaku yang baik. Ia adalah orang yang mempunyai pengetahuan luas
dibidang tafsir, sejarah, ilmu hadits, fiqih, ijma’ dan perkhilafan ulama’;
mempunyai pengetahuan dalam bidang kedokteran dan mempunyai pemahaman,
kecerdasan, hafalan dan ingatan yang kuat.”
Hari-harinya ia gunakan untuk
mengumpulkan ilmu dan menyusun karya. Ia adalah orang yang selalu menjaga
dirinya agar terlihat rapi dan indah dengan memakai pakaian yang baik, ungkapan
kata yang sopan dan prilaku yang lemah lembut, menetapi sifat-sifat terpuji dan
sangat dihormati orang awan dan ulama’. Aku tidak pernah melihat seseorang yang
mempunyai karya seperti karya-karya Ibnu Al Jauzi.”
Adh Dhahabi juga mengatakan, “Ibnu
Al Jauzi adalah syaikh, Imam ulama’ besar, Al Hafidz, Mufassir, Syaikul islam,
kebanggaan islam dan yang mendapat gelar Jamaluddin.” (siyaru A’lam an Nubala’:
21/365)
Guru dan
murid-muridnya:
Guru-gurunya: Adh Dhahabi
mengatakan, “Guru-gurunya adalah Abu Al Qasim bin Al Hushain, Abu Abdillah Al
Husain bin Muhammad Al Bari’, Ali bin Abdil Wahid Ad Dainuri, ahmad bin Ahmad
Al Mutawkkili, Ismail bin Abi Shaleh Al Muadzdzin, Al Faqih Abu Al Hasan bin Az
Zaghuni, Hibatullah bin ath Thabari Al Hariri, Abu Ghalib bin Al Banna’, Abu
Bakar Muhammad bin Al Husain Al Mazraqi, Abu Ghalib Muhammad bin Al Hasan Al
Mawardi, Abu Al Qasim Abdullah bin Muhammad Al Asbihani Al Khatib, Al Qadhi Abu
Bakar Muhammad bin Abdil Baqi Al Anshari.”
Juga tercatat sebagai gurunya;
Ismail bin As Samarqandi, Yahya bin Al Banna’, Ali bin Al Muwahhid, Abu Manshur
bin Khairun, Badar Asy Syihi, Abu Sa’ad Ahmad bin Muhammad Az Zaurani, Abu
Sa’ad Ahmad bin Muhammad Al Baghdadi Al Hafidz, Abdul Wahhab bin Al Mubarak Al
Anmathi Al Hafizh, Abu As Suud Ahmad bin Ali bin Al Majalli, Abu Manshur
Abdurrahman bin Zuraiq Al Qazzaz, Abu Al Waqt As Sajzi, Ibnu Nashir, Ibnu Al
Baththi dan guru-gurunya yang lain yang jumlahnya lebih dari 80 orang.
Murid-muridnya: Adz Dzahabi
mengatakan, “Murid-muridnya adalah Muhyiddin Yusuf (anaknya yang menjadi guru
besar di Dar al Mu’tashim billah), Ali An Nasikh (anaknya yang paling besar),
Al Waizh Syamsuddin Yusuf bin Farghali Al Hanafi (cucnya, penulis Mir’ah Az
Zaman), Al Hafidz Abdul Ghani, Syaikh Muwaffaquddin Ibnu Qudamah, Ibnu
Dubaitsi, Ibnu An Najar, Ibnu Khalil, Adh Dhiya’, Al Yaldani, An Najib Al
Harrani, Ibnu Abiddaaim, dan murid-muridnya yang lain. Sedangkan murid-muridnya
yang mendapatkan ijazah darinya adalah Syamsuddin Abdurrahman, Ibnu Al Fari,
Ahmad bin Abi Al Khair, Al Khadr bin Hammuyah dan Al Quthb bin Ashrun.” (Suyaru
a’lam an nubala’: 21/367)
Kitab-kitab
karyannya:
Diantara karya-karyanya yang sudah
dicetak:
1.
Ikhbar Ahl Ar Rusukh fi Al Fiqh wa
Al Hadits Bimiqdar Al Mansukh min Al Hadits.
2.
Akhbar Azh Zhurafa’ wa Al
Mutamajinin.
3.
Akhbar An Nisa’ (namun dinisbatkan
kepada Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)
4.
Al Adzkiya.
5.
Bustan Al Wa’izhin wa Riyadh As Sami’in.
6.
Tarikh Umar Ibnu Khathab ra.
7.
Taqwim Al Lisan.
8.
Taqlih fuhum Ahl Al Atsar
9.
Tanbih An Na’im Al Ghamir ‘ala
Hifzh Mawasim Al Umr.]
10.
Daf’u Syubhah At Tasybih wa Ar Rad
‘ala Al Mujassimah.
dan banyak lagi yang lain.
Meninggalnya
:
Saat-saat akhir hidupnya, Ibnu Al
Jauzi sakit selama lima
hari. Ia meninggal pada malam Jum’at antara Maghrib dan Isya’, tanggal 13
Ramadhan tahun 597 H. saat itu ia mencapai umur 87 tahun.
Ketika berita meninggalnya sudah
tersebar, orang-orang merasa gelisah dan pintu-pintu pasar ditutup. Jenazahnya
dihadiri oleh banyak orang, diangkat diatas kepala-kepala manusia karena keramain yang luar biasa, lalu dibawa
kemasjid jami’ Al Manshur untuk dishalati.
Sementara shalat jenazah dipimpin
oleh anaknya sendiri, Al Qasim Ali karena para ulama’ dan tokoh tidak dapat
samapi di barisan depan yang disebabkan meluapnya mausia di masjid. Hari adalah
hari yang disaksikan banyak orang. Peristiwa itu bertepatan dengan musim panas
dan bulan puasa. Jenazahnya dikuburkan disamping makam ayahnya yang berdekatan
dengan makam Imam Ahmad.
Referensi:
Dzammu al Hawa, Ibnu al Jauzi. Dan lainnya.