Di sebuah kota yang jauh dari negeri Indonesia, yaitu Pisa yang terletak di Italia sana, terdapat seorang ilmuwan yang dihukum oleh otoritas Gereja karena telah meluruskan kesalahan teori Aristoteles (384-322 SM) tentang bumi. Ilmuwan tersebut mengambil kesimpulan bahwa bentuk bumi itu bulat, dan bumilah yang mengelilingi matahari alias heliosentris. Sedangkan teori dari Aristoteles menyimpulkan bumi itu datar, dan mataharilah yang mengelilingi bumi atau disebut dengan geosentris. Gereja sangat yakin terhadap teori Aristoteles. Karena Gereja memiliki kekuasaan, maka teori dari Aristoteles dijadikan hukum, sehingga harus diimani sebagai sebuah kebenaran. Jika tidak mengimaninya apalagi membantah teori tersebut, akan dikenakan hukuman.
Beberapa kali ilmuwan tersebut membuktikan bahwa teori Aristoteles itu keliru. Untuk memastikannya dia pergi ke laut dan ke gunung. Di puncak gunung, dia amati tanah yang membentang luas ternyata semakin ke ujung semakin melengkung ke bawah. Begitu pula lautan saat dia amati ternyata tak datar, tapi melengkung ke bawah pula. Kesimpulan bahwa bumi itu bulat sudah final. Selanjutnya dia kembali membuktikan mengenai matahari yang selama ini nampak bergerak ternyata tidak, yang bergerak justru bumi mengelilingi matahari. Sedangkan matahari diam. Bukan bumi saja mengelilingi matahari, ada planet lain yang melakukan hal sama.
Terkait gerak dan gaya, penulis analogikan pada teori fisika. Jika kita berada dalam gerbong kereta yang tengah melaju, perhatikanlah di luar jendela gerbong kereta. Apa yang kita lihat seolah bergerak, padahal yang bergerak itu adalah kereta yang kita tumpangi. Hanya saja kereta melakukan gerakan yang tak seimbang. Beda dengan bumi yang bergerak dengan seimbang, sehingga tak terasa gerakannya.
Karena ilmuwan tadi berbeda pandangan dengan Gereja, maka diapun menjalani hukuman tahanan rumah hingga sang malaikat pencabut nyawa menjemputnya. Siapa sang ilmuwan dari Italia itu? Siapa lagi kalau bukan Galileo Galilei (1564-1642). Demi meluruskan logika, dia rela menerima hukuman dari otoritas Geraja.
Beberapa puluh tahun kemudian, muncul Issac Newton menyelidiki tentang benda-benda yang jatuh ke bumi. Mengapa bumi yang bulat, tak ditopang oleh dinding bumi tapi benda-benda tidak pernah jatuh ke angkasa, selalu mendekat ke bumi. Muncullah apa yang disebut teori gravitasi. Teori dari Newton ini dibuktikan dengan kekuatan magnetik yang ada dalam planet bumi.
Berpikir logis tak sesederhana itu, perlu penyelidikan untuk menarik kesimpulan dari hal yang valid, akurat, dan sistematis. Ilmu alam tidak berada dalam pikiran manusia. Logika atau berpikir logis merupakan salah satu ciri manusia berpikir, setiap bahasa yang diutarakannya didasarkan pada logika yang benar.
Sederhananya, logika tergantung cara kita mengambil kesimpulan yang berpangkal pada penalaran. Adapun penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuannya supaya segala sesuatu yang dipikirkan dapat diluruskan, sehingga menghasilkan ketepatan berpikir. Manusia melakukan aktivitas berpikir karena memiliki wawasan dan pengetahuan.
Logika merupakan cabang dari filsafat yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Pada waktu itu namanya analitika dan dialektika. Analitika secara khusus digunakan untuk menelaah berbagai argumentasi yang berangkat dari pernyataan (proposisi) yang benar. Adapun dialektika secara khusus digunakan untuk menelaah berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang kebenarannya masih diragukan.