HUJAN SEBAGAI NIKMAT ATAU AZAB

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
Alhamdulillah..,
hujan turun lagi. Ya
seperti itulah 
seharusnya
kita menyikapi datangnya
hujan, jangan
sekali-kali 
bilang "Yaah.., 
hujan lagi
- hujan lagi basah deh", "gara-gara 
ini sih....", 
karena itu
tidak baik dan 
berpotensi untuk mengurangi rasa syukur kita atas nikmat Allah
swt atau bahkan kita terjebak pada kemusyrikan 
kalau kita berucap seperti itu.

Seperti dalam sebuah hadits Zaid bin Khalid Al-Juhani 
dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, bahwa Zaid 
menceritakan: Rasulullah Saw pernah shalat Shubuh 
bersama kami di Al-Hudaibiyyah di bekas turunnya
hujan di malam sebelumnya. Usai shalat, beliau
menghadap ke arah jama'ah shalat dan bertanya:

"Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb 
kalian?"

Mereka berkata menjawab: "Allah dan 
Rasul-Nya lebih mengetahui."

Beliau berkata: "Allah 
berfirman: "Di pagi hari, di antara hamba-hamba-Ku
ada yang menjadi mukmin dan ada yang menjadi 
kafir kepada-Ku. Orang yang mengatakan: "Tadi malam turun hujan untuk kita karena karunia Allah 
dan rahmat-Nya," maka orang itu beriman kepadaku
dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang 
berkata:
"Tadi malam turun hujan untuk kita karena 
bintang-bintang tersebut," maka ia telah kafir 
kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang itu….

Hujan, adalah salah satu tanda dari sekian banyak
tanda kebesaran Allah, karenanya banyak sekali 
ayat yang menyatakan hal diatas; Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah
bahwa dia mengirimkan angin sebagai pembawa
berita gembira dan untuk merasakan

kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya 
kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya. 
dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS.Ar-rum;46)

Pembawa berita gembira Maksudnya
"awan 
yang tebal yang ditiup angin lalu menurunkan hujan. 
karenanya dapat dirasakan rahmat Allah dengan
tumbuhnya biji-biji yang Telah disemaikan dan
menghijaunya tanaman-tanaman serta berbuahnya 
tumbu-tumbuhan dan sebagainya yaitu: dengan seizin Allah dan dengan 
sekehendak-Nya. Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu
menggerakkan awan dan Allah membentangkannya 
di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal lalu kamu lihat
hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan
itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira." 
(QS.Ar-rum:48)

"Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa
berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya 
(hujan); hingga apabila angin itu Telah membawa 
awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang

tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu, Maka 
kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. seperti Itulah kami 
membangkitkan orang-orang yang Telah mati, 
Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS.Al-
A'raf:57)

"Tidakkah kamu melihat bahwasanya
Allah 
menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan 
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka 
macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu 
ada garis-garis putih dan merah yang beraneka 
macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat." (Al- Fathir:27)

Masih banyak lagi ayat-ayat al qur'an yang 
menyatakan bahwa hujan adalah salah satu bukti
kebesaran Allah, rasanya tidak pantas bagi kita yang 
mengaku beriman, tapi kemudian justru
menyesali kedatangan salah satu tanda
kebesaran itu.


Para petani sudah bisa memulai lagi pekerjaannya
menanam padi atau tanaman lainnya. Itu salah satu contoh konkritnya, betapa hujan yang
dikeluhkan oleh sebagian orang, justru merupakan 
berkah bagi sebagian yang lain, dan sekali lagi tidak
pantas bagi kita untuk mengeluh dan 
mempertanyakan kebijakan Allah dengan 
mengganti musim panas menjadi musim hujan atau sebaliknya.

Ada memang hujan yang mengakibatkan banjir dan 
bencana seperti itu, tapi sama sekali tidak
mengurangi arti hujan sebagai salah satu tanda 
kebesaran Allah, justru bencana banjir atau 
sejenisnya yang diakibatkan oleh hujan juga bisa kita
maknai sebagai salah satu tanda kebesaran Allah untuk memperingatkan kita.

Selain menggambarkan hujan sebagai rahmat,
dengan menyirami bumi yang tandus dan
menumbuhkan tumbuhan sebagai rezeki bagi kita, al
qur'an juga menceritakan bagaimana sebagian

umat-umat terdahulu diperingatkan Allah dengan 
datangnya hujan yang membawa malapetaka kepada mereka, yang diakibatkan
pembakangan mereka terhadap Allah dan
Rasul-Nya.

Kita masih ingat umat mana saja yang mendapatkan
azab berupa hujan yang membawa bencana, bahkan 
ada diantar mereka yang dihujani dengan batu. Kaumnya Nabi Luth, mereka dihujani dengan batu,
karena melakukan fahisyah (penyimpanngan 
seksual).....

"Dan kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu),
Maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas
orang-orang yang diberi peringatan itu. Dan Sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah)
Telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu)
dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan
batu). Maka apakah mereka tidak menyaksikan
runtuhan itu, bahkan adalah mereka itu tidak 
mengharapkan akan kebangkitan."

Juga kaum Nabi Nuh dan bahkan anaknya ikut
ditenggelamkan oleh Allah dengan hujan dan banjir

karena pengingkarannya terhadap seruan Nabi Nuh.
Itu adalah sebagian kisah dalam al qur'an yang 
menggambarkan hujan sebagai salah satu bukti
kebesaran Allah, bahwa dengan kebesarannya Allah
mampu menjadikan hujan sebagai rahmat atau
sebagai azab sesuai dengan kehendak-Nya.

Pilihannya ada pada kita, secara syari'atnya, 
bagaimana kita berperilaku, bagaimana sikap dan 
ketaatan kita kepada Allah, akibatnya akan kembali
kepada kita, baik sikap dan ketaatan kita, maka
hujan yang diturunkan Allah akan menjadi rahmat
bagi kita, sebaliknya, ketika kita lebih banyak membangkang dari pada menurut, maka seperti
kaum nabi luth dan kaum Nabi Nuh itulah hujan yang
mungkin akan kita terima.

"Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat dan 
membawa rahmat, dan selamatkan kami dari hujan-
Mu yang membawa petaka akibat kelalaian kami,
amiin Allahuma amiin…….”
Previous Post Next Post