KAIDAH BERTUTUR AGAR MUDAH DIPAHAMI



A.  Prinsip kerjasama
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan bahasa dalam bertutur. Agar tuturan mudah dipahami oleh mitra tuturnya, seseorang menggunakan kaidah atau aturan bertutur. Berkenaan dengan kaidah tindak tutur, Grice (1975) merumuskan kaidah bertutur prinsip kerjasama (selanjutnya disebut PKS). PKS merupakan kaidah bertutur yang berisi sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. PKS dirumuskan sebagai berikut, ‘Buatlah sumbangan informasi Anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti’.
Menurut Leech dan Brown dan Levinson prinsip kerja sama sebagaimana yang dikemukakan Grice dalam komunikasi yang sesungguhnya sering dilanggar atau tidak dipatuhi oleh para peserta tutur. Hal ini disebabkan karena di di dalam komunikasi tujuan kita tidak hanya menyampaikan informasi saja, melainkan juga untuk menjaga atau memelihara hubungan-hubungan sosial antara penutur dan petutur (walaupun ada peristiwa-peristiwa tutur tertentu yang tidak menuntut pemeliharaan hubungan itu).
Grice (1975) mengungkapkan bahwa di dalam prinsip kerja sama, seorang pembicara harus mematuhi empat maksim. Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi. Dan maksim tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Maksim kuantitas       
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi
yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.      (informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin).
Maksim kuantitas juga dipenuhi oleh apa yang disebut pembatas (hedge), yang menunjukkan keterbatasan penutur dalam mengungkapkan informasi. Hal ini dapat kita lihat dalam ungkapan di awal kalimat seperti singkatnya, dengan kata lain, kalau boleh dikatakan, dan sebagainya.


2.   Maksim kualitas
     Maksim Kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang         sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-  bukti yang memadai.

3.   Maksim relevansi
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan

4.   Maksim pelaksanaan
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa (tidak ambigu), dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut.

B.Penerapan Prinsip Kerjasama
Dan contoh penggunaan pematuhan dan pelanggaran prinsip kerjasama pada peristiwa tutur adalah sebagai berikut :
1. Maksim kuantitas
v  Dosen (a)                     : Apa yang kalian tau tentang TANDUR ?
v  Mahasiswa (a)             : (beberapa menjawab)..tanami, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan..
v  Dosen                          : itukan akronim????????

Bandingkan dengan percakapan dibawah ini :
Ø Dosen (b)                    : Apa yang kalian tau tentang TANDUR ?
Ø Mahasiswa (b)             : salah satu model pembelajaran yang berakronimkan tanami, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan dimana kesemuanya itu merupakan perancangan pembelajaran.
Pada pertama mahasiswa (a) menyampaikan informasi sesuai yang diminta oleh dosen (a).  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam percakapan antara dosen (a) dan mahasiswa (a) para peserta tutur telah menaati maksim kuantitas. Para peserta tutur dalam sebuah interaksi menaati maksim kuantitas dengan tujuan agar informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh mitra tuturnya dengan jelas agar tidak terjadi salah paham.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penaatan maksim kuantitas dalam sebuah interaksi berfungsi untuk (1) menyampaikan informasi yang jelas, (2) meminta bantuan, dan (3) menghindari kesalahpahaman. Singkatnya, penerapan maksim kuantitas dilakukan peserta tutur agar interaksi yang diikuti berlangsung dengan lancar dan sampai pada tujuannya.

2. Maksim kualitas
v  Dosen               : apa yang kalian tahu tentang model pembelajaran TANDUR ?
v  Mahasiswa        : (salah satu menjawab) salah satu model pembelajaran
kreatif pak.
v  Dosen              : sudah tau..maksudnya yang kalian pahami..
v  Mahasiswa       : hehe..
Percakapan tersebut merupakan pematuhan maksim kualitas, Maksim kualitas menyarankan agar peserta tutur dalam suatu interaksi (1) tidak memberikan informasi yang diyakini salah (bohong), dan (2) tidak memberikan informasi yang tidak didukung cukup bukti.

3.      Maksim relevansi
v  Dosen               : sekarang model pembelajaran TANDUR ya...
v  Mahasiswa        : sudah pak..
v  Dosen               : review aja
v  Mahasiswa        : ya pa..
Relevansi suatu tuturan dilihat dalam kerangka hubungan yang lebih luas, yakni memiliki relevansi dengan konteks yang sedang terjadi meskipun secara literal tidak menunjukkan hubungan. Di dalam penggalan percakapan tersebut (dosen) kita dapat melihat bahwa (mahasiswa) sudah mengungkapkan jawaban yang relevan atas pertanyaan (dosen).
Secara umum, penaatan maksim hubungan dalam sebuah interaksi berfungsi untuk membuat setiap tuturan yang disampaikan memberi informasi yang relevan dengan tuturan yang direspon dan situasi ujarnya. Secara khusus, penaatan maksim hubungan memiliki fungsi untuk (1) mengusut kebenaran informasi, (2) mencari informasi, dan (3) memberikan informasi yang benar.

4. Maksim pelaksanaan
Ø  Dosen (a)                     : mengalami sama  membayangkan kalau dibuat ide puisi enakan mana ?
Ø  Mahasiswa(a)             : mengalami doong pak..
Bandingkan dengan yang dibawah ini :
Ø  Dosen (b)                    : mengalami sama  membayangkan kalau dibuat ide puisi enakan mana ?
Ø  Mahasiswa (b)             : ya mengalami pak, tapi membeyangkan juga bisa jadi ide membuat puisi, tapi tidak tau juga..
Di dalam kedua penggalan percakapan di atas kita dapat melihat bahwa jawaban mahasiswa (a) adalah jawaban yang lugas tidak berlebihan. Pelanggaran terhadap maksim dapat dilihat dari jawaban mahasiswa (b).
Untuk memenuhi maksim cara/ maksim pelaksanaan, adakalanya kelugasan tidak selalu bermanfaat di dalam interaksi verbal. Sebagai pembatas dari maksim pelaksanaan, pembicara dapat menyatakan ungkapan seperti bagaimana kalau....., menurut saya..... dan sebagainya.

C.    Faktor Penyebab Pelanggaran
Dalam sebuah interaksi komunikasi, para peserta tutur disamping mentaati prinsip kerjasama juga melanggarnya.
Secara umum pelanggaran prinsip kerjasama beserta maksim-maksimnya dalam sebuah interaksi dapat berupa pengabaian, perbenturan dan permainan. Di antara pelanggaran tersebut yang paling sering terjadi adalah perbenturan dan permainan. Pelanggaran prinsip kerjasama berserta maksim-maksimnya dalam interaksi memiliki beberapa fungsi. Pelanggaran maksim kuantitas berfungsi untuk mangaburkan informasi dan memperjelas informasi. Pelanggaran maksim kualitas berfungsi untuk menimbulkan kelucuan, menyembunyikan maksud, mengejek, dan menyelamatkan muka. Pelanggaran maksim hubungan berfungsi untuk menimbulkan implikatur percakapan, dan bercanda. Pelanggaran maksim cara berfungsi untuk menutupi malu atau menyelamatkan muka, bercanda, dan menimbulkan implikatur percakapan.
Dan yang terjadi pada pelanggaran prinsip kerjasama dalam KBM di kelas PBSI 2010 R.A adalah disebabkan oleh :
-          Faktor dosen yang humoris
-          Faktor mahasiswa yang ingin menimbulkan kelucuan
-          Faktor yang ingin memperjelas suatu informasi
-          Faktor untuk menutupi ketidaktahuan
Faktor yang ingin menimbulkan bercanda

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post