CARA BIJAK PILIH SUSU FORMULA



Tidak sulit, kok, memilih susu formula yang tepat buat bayi Anda. Selain kandungannya, cara yang benar menyiapkan susu untuk bayi juga perlu diperhatikan, lho!
Jejeran susu formula bayi aneka merek di pasar swalayan sudah jadi pemandangan umum di setiap pasar swalayan. Masing-masing mengunggulkan kandungan nutrisi di dalamnya. Jika dulu susu formula hanya mengandung protein, karbohidrat, dan lemak, kini semakin banyak penelitian dilakukan yang membuat kandungan nutrisi susu formula semakin banyak.
Antara lain AA dan DHA – yang keduanya merupakan zat hasil metabolisme asam lemak esensial yang bisa merangsang kecerdasan otak – karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, sumber energi, dan mineral. Bingung memilih yang mana?
KLIK - Detail Menurut dr. Eva J. Soelaeman MD, Sp.A.K, spesialis gastroenterologi anak, penelitian di dunia medis makin lama makin berkembang, termasuk dalam hal meramu kandungan susu formula.
Pada dasarnya, tutur dokter dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini, susu formula dibagi dua, yaitu untuk bayi dan anak usia di atas satu tahun. Susu bayi, awalnya diberikan kepada bayi yang tak bisa mendapatkan air susu ibu (ASI). Bahkan, lanjutnya, dulu para dokter pernah menganjurkan agar susu formula diresepkan, sehingga pemberiannya kepada bayi berdasarkan izin dokter. Tujuannya, tak lain agar ASI tetap menjadi prioritas utama.
Namun, seiring berjalannya waktu dan kondisi, kini susu formula lebih seperti makanan yang boleh diberikan kepada bayi kapan saja. Namun sebenarnya, kriteria susu formula yang baik, menurut Eva, adalah yang kandungan nutrisinya paling mirip dengan ASI. “Semakin lengkap kandungannya, semakin bagus pula susu itu,” tegasnya.
Lalu, mengapa susu sapi yang lebih banyak digunakan sebagai bahan utama susu formula? Penyebabnya antara lain, jumlah susu yang diproduksi sapi sangat banyak dibandingkan hewan lain. Namun, perlu diketahui, kandungan elektrolit dalam susu sapi sangat tinggi, berbeda dengan ASI. Itu sebabnya, jika susu sapi murni diberikan kepada bayi sebelum diolah menjadi susu formula, akan menyebabkan bayi bisa langsung mengalami kejang-kejang, bahkan meninggal.

MENYESUAIKAN ASI
Setelah meneliti kandungan nutrisi pada ASI seperti elektrolit, natrium, portein, dan lainnya, kandungan dalam susu formula pun disesuaikan. Setidaknya mendekati, karena hingga saat ini susu formula tidak bisa menyamai ASI. “Semakin diteliti, ternyata semakin banyak kandungan ASI yang ditemukan. Karena itu makin banyak pula kandungan yang ditambahkan ke dalam susu formula,” ujar Eva.
Misalnya, Eva mencontohkan, setelah diteliti ternyata bayi yang minum ASI lebih pintar karena susu yang diminumnya telah mengandung AA dan DHA. Daya penglihatannya pun lebih tajam karena ASI mengandung lutein (zat yang bagus untuk melindungi mata).
Jadi, produsen susu berusaha menambahkan zat-zat itu ke dalam susu formula. Selain itu, ada pula vitamin dan zat-zat tertentu lainnya yang ditambahkan ke dalam susu formula. Sebab, dalam proses pengeringan dari wujud cair menjadi bubuk, vitamin yang terkandung dalam susu sapi tadi langsung hilang dan zat-zat lainnya menjadi rusak.
Padahal, asal tahu saja, ungkap Eva, faktor genetik tetap menyumbang 60 persen pada kecerdasan anak. Sedangkan 40 persen sisanya, berasal dari lingkungan, antara lain dari kandungan AA dan DHA, stimulasi (rangsangan) yang diberikan, dan sebagainya.

“Jadi, jangan berpikir, jika orangtuanya sangat bodoh lalu anaknya bisa pintar setelah diberi AA dan DHA. Sebaliknya, walaupun genetiknya bagus, tapi jika anaknya tidak pernah mendapatkan AA dan DHA atau zat-zat lain, bisa saja berpotensi kecerdasannya menurun,” terang Eva.

Jadi, sebelum memutuskan membeli susu formula, saran Eva, baca dulu kandungan nutrisi yang biasanya tertera pada luar kemasannya. Bandingkan dengan kandungan ASI, lalu cari susu formula yang kandungannya paling mirip ASI.
“Harga yang mahal bukan jaminan susunya bagus, melainkan dilihat dari kandungannya,” tuturnya lagi. Anak normal yang mengonsumsi susu tanpa DHA pun, susu itu justru bisa otomatis diubah menjadi DHA setelah masuk ke dalam tubuhnya. Sebab, DHA bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Inilah proses yang disebut biosintetis.
BERBEDA CARA
Menurut Eva, yang jadi kontroversi sekarang adalah adanya anggapan ASI yang tidak mengandung DHA. Padahal, setelah diminum, ASI bisa diubah secara biosintetis menjadi DHA oleh tubuh bayi. Sehingga, Eva meminta agar konsumen jangan mudah terbujuk untuk membeli susu yang mahal bila memang tak mampu.
Jangan sampai, lanjutnya, ibunya memaksakan diri beli susu yang mahal, padahal uangnya tak cukup. Akibatnya, jumlah susu yang diberikan kepada bayi tak sesuai kebutuhan dan susu dibuat encer. Cara seperti ini justru berbahaya karena bisa membuat anak jadi kurang gizi. Sebab, zat-zat gizi yang seharusnya terkandung dalam takaran yang diminta, jadi berkurang.

Sebaliknya, susu yang terlalu kental pun bisa merusak pertumbuhannya. Sebab, susu yang sudah ditakar dalam jumlah tertentu, mengandung multivitamin yang dibuat sesuai kebutuhan bayi. Bila dikentalkan, praktis zat-zat yang terkandung di dalamnya seperti protein, lemak, dan karbohidrat pun meningkat jumlahnya. “Ini berbahaya karena bisa membuat bayi hipervitamin tertentu, tinggi elektrolit, kegemukan, atau susah buang air besar,” tegas Eva.
Eva lalu menjelaskan, cara membuat susu di jaman dulu dan sekarang pun sudah berbeda. Dulu, susu formula susah larut karena lemaknya tinggi, sehingga harus diseduh dengan air panas. Sekarang, susu formula sudah mengandung zat pelarut, yang bila dicampurkan dengan air suam-suam kuku.

Menurut Eva, cara membuat susu yang benar adalah mencampurkan air dingin dan panas dengan perbandingan 2:1. Hasilnya, air susu tak terlalu panas atau dingin, tapi suam-suam kuku. Setelah itu, baru masukkan susu dan langsung dikocok. Bila diseduh dengan air panas, protein yang terkandung di dalam susu akan menggumpal dan vitaminnya rusak. Akhirnya, susu yang dibeli dengan harga mahal jadi percuma karena yang didapat hanya karbohidratnya saja dan sedikit lemak.

MAKSIMAL TIGA JAM
Sebaiknya, susu yang sudah dibuat jangan dibiarkan hingga tiga jam, meski dalam keadaan tertutup. Berdasarkan penelitian, udara di Indonesia termasuk lembap sehingga mengandung banyak jamur dan bakteri. Kondisi ini bisa mengubah kondisi susu. “Dimasukkan ke kulkas sebetulnya boleh, tapi dikhawatirkan kandungan di dalamnya akan terpisah, mengendap, dan sebagainya. Apalagi, saat mau diberikan pada bayi harus dipanaskan lagi,” jelas Eva. Dikhawatirkan, ada zat yang rusak saat pemanasan.

Lantas, berapa kali sebaiknya bayi minum susu dalam sehari? Menurut Eva, tergantung kondisi bayi. Bila normal, rata-rata susu diberikan delapan kali sehari atau setiap tiga jam sekali. Pemberian susu hingga 10 kali masih boleh, tapi jangan berlebihan. Sebab, bisa memicu timbulnya penyakit degeneratif, misalnya diabetes.
Selain itu, bisa menyebabkan bayi obesitas karena susu formula mengandung kadar laktosa (zat gula) tinggi. “ASI, produksinya hanya segitu saja, jadi tidak akan membuat bayi gemuk. Hanya ototnya saja yang berisi karena cukup protein,” tutur Eva seraya menambahkan, saat mencapai usia 6 bulan, bayi mulai bisa mendapat makanan padat, misalnya buah, biskuit, dan bubur susu. Di usia 8 bulan, bayi sudah mulai makan nasi tim, dan pemberian susu dikurangi menjadi empat kali sehari.
Lalu, mengapa banyak produsen susu yang mengedepankan pentingnya susu bagi perkembangan otak, bukan organ lain? Menurut Eva, itu disebabkan antara lain karena isu yang sedang menjadi tren saat ini. Sementara, masih banyak orangtua yang tak tahu apa kebutuhan bayinya. Sehingga, mereka merasa bila bayinya diberi susu dengan kandungan tertentu akan membuatnya jadi pintar.

Padahal, faktor genetiklah yang menentukan kecerdasan anak secara mayoritas. “Sebetulnya, yang penting, kan, anaknya sehat dulu, baru setelah itu dipintarkan. Enggak lucu, kan, anaknya pintar tapi sakit-sakitan. Jadi, pilih anak sehat dan pintar atau pintar tapi sakit-sakitan?” pungkas Eva.

PILIH YANG COCOK
1. Pilih yang kandungan nutrisinya paling lengkap, tapi harganya paling ekonomis di antara susu sejenis yang tersedia.
2. Kenali bayi Anda, sehingga bisa memilih susu yang cocok. Bila dia hiperaktif, beri susu yang sesuai agar tak menjadi semakin aktif dan akhirnya membuat tubuhnya kurus.
3. Jangan asal meniru orang lain dalam memilih susu formula. Sebab, reaksi bayi terhadap merek tertentu tak selalu sama. Bila reaksinya tidak bagus atau menyebabkan diare, hentikan segera.
4. Jangan menggonta-ganti susu formula, terutama bila anak mudah diare. Sering diare akan mengganggu pertumbuhan bayi.

JANGAN BERHENTI MINUM SUSU!
Sampai usia dewasa, susu tetap harus dikonsumsi karena tetap dibutuhkan tubuh. Sebaiknya, orang dewasa minum susu dua kali sehari untuk memenuhi kebutuhan kalsium yang tak akan tercukupi hanya dengan makan. Kebutuhan orang dewasa akan susu sekitar 800 mg/hari, sedangkan anak-anak dan lansia 1200 mg/hari. Dalam satu gelas susu, terkandung 250-300 mg kalsium. Jika hanya mengandalkan makan, kebutuhan ini sulit tercapai, kecuali bila rajin makan ikan teri beserta tulangnya atau makan tulang rawan, seperti kikil.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post